30

1.4K 211 1
                                    

BAB 30
GUNDAH DAN RASA NYAMAN

Rasa tenang, senang dan nyaman. Tuhan pun bisa memberi hal itu, tanpa kamu perlu berharap lebih pada manusia lain—
"***"

Seorang pemuda tengah menyesap minuman alkohol dengan pelan, menikmati setiap rasa yang tercipta didalam mulutnya.

Ahh ...

Suara itu terdengar, menggambarkan pemuda yang sedang minum tersebut tampak menikmati.

"Bro, Lo udah minum berapa gelas? Inget waktu hei ... ini udah hampir subuh, untung gue yang punya nih tempat, kalo ngga udah diusir Lo," oceh seseorang dari belakang tubuh pemuda tersebut.

Namun sayang, ucapannya tersebut tidak diindahkan. Terlihat dari sang empu yang kembali fokus pada minuman ditangannya.

"Kavindra, Kavindra Lo tuh ya ... Ckckck, ngga nyangka gue, Lo bisa se-setres itu cuman karena satu perempuan."tutur pemuda tersebut, ya pemuda yang tengah meminum alkohol adalah Kavindra.

"Sok tahu,"jawabnya singkat.

Pemuda yang tadi bertanya pada Kavindra menggeleng kan kepalanya, menepuk bahu Kavindra sebelum ia berlalu pergi meninggalkan pemuda yang setengah mabuk itu.

Pada dasarnya Kavindra melampiaskan emosinya pada alkohol saat ini bukan hanya karena masalah Mawar yang ia lihat makan bersama Orion.

Itu karena Mamah-nya, yang kini semakin mendesak untuk selalu dekat dengan Kalla. Gadis sialan itu bisa-bisa menangis dan mengadu kepada Erika, sang Mamah atas hubungan nya dengan Mawar.

"Jangan deket-deket sama perempuan yang ngga sederajat sama kita, apalagi sampai punya hubungan khusus. Inget itu Kavindra,"

Perkataan itu terus mengiang dikepala-nya, ia tidak suka dikekang. Apa lagi masalah asmara, untuk itu ia sangat membenci Kalla yang menjadi awal dari gundah dihatinya saat ini.

"Gue harus apa?"gumamnya dalam hati, setidaknya ia harus bisa melepaskan tali jeratan dari Kalla.

Ia sangat membenci gadis itu, Kavindra menutup matanya memikirkan cara terbaik. Apapun itu pasti akan ia lakukan untuk memutuskan hubungan dari Kalla dan memiliki Mawar untuk selamanya.

"***"

Ditempat lain Ivana berangkat sekolah sangat pagi, apa lagi alasannya jika bukan karena ingin menghindari drama sinetron keluarga ini, telinganya sudah cukup toleran kawan sungguh.

Sampai disekolah Ivana menyimpan tas nya dikelas dan berniat ke taman belakang dengan kotak bekal ditangannya, tempat yang sepertinya akan menjadi tempat favorit baginya.

Tidak terlalu banyak orang yang sering berkunjung kesana, dan pemandangan hijau yang menyejukkan mata menjadi daya tarik sendiri untuk seseorang yang ingin bersantai, seperti dirinya.

Disepanjang koridor yang sepi, Ivana sedikit bersenandung hingga saat dirinya akan berbelok menuju taman belakang, terlihat seorang pemuda yang tampak berjalan dengan sempoyongan.

Badan pemuda itu tampak familiar, terlintas nama Reno dipikiran Ivana. Lagi pula Reno lah yang mengenalkan taman belakang padanya pertama kali, jadi Ivana menebak asal mungkin saja Reno juga menyukai tempat itu dan ingin bersantai, pikirnya.

Sampai ditaman belakang, pemuda itu sudah duduk membelakangi dirinya, bersendar dipohon rindang sambil meminum sebotol minuman kemasan rasa lemon.

Ivana duduk tak jauh dari pemuda itu, membuka bekalnya meski awalanya ada niat ingin menegur tapi takut bahwa ia akan salah orang dan berakhir malu sendiri.

The Hole Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang