51

1K 172 4
                                    

BAB 51

TERASA ASING

Persahabatan tak perlu harus lama, karena salah satu yang terpenting adalah mengenal tabiat masing-masing—
"***"

U

dara pagi hari ini begitu sejuk, Ivana menatap koridor sekolah dengan kepala terangkat tampak angkuh. Sepanjang ia berjalan tampak para siswa yang berada disekitarnya seolah menghindar.

Ivana mengulam senyum tampak puas, nyatanya ditakuti orang lain ternyata jauh lebih menyenangkan setidaknya kehidupan disekolah bisa jauh lebih damai.

Ivana awalnya cukup berbaik hati dan menjujung tinggi reputasi baik dan ramahnya seperti saat menjadi Savana. Jadi salahkan saja para siswa sekolah ini yang keterlaluan saat mencemooh dan mengolok-olok dirinya, coba saja jika mentalnya lemah mungkin dirinya akan memilih bunuh diri ketimbang bertahan.

Dari ujung koridor terdapat Kalla dan juga Laura yang melambaikan tangan padanya, alis Ivana terangkat, apa-apaan dua sejoli itu terlihat begitu akrab bak dua orang sahabat yang saling merangkul dengan kasih.

"Hai ... Baru datang? Tumben agak siang nih anak rajin,"tutur Laura terkekeh, Kalla ikut mengangguk mengiyakan.

"Kalian udah baikan?"tanya Ivana tak menggubris perkataan Laura, Kalla hanya tersenyum tipis lalu mengangguk antusias, sedangkan Laura mengangkat bahunya dengan raut wajah cerah.

"Kalla udah minta maaf, dan selebihnya kita mau coba memperbaiki hubungan dulu."jawab Laura, tampak menerawang kedepan, sepertinya Kalla melakukan sesuatu yang cukup luar biasa hingga membuat Laura bisa memberinya kesempatan seperti itu.

"Abis pulsek, kita nongki yoo ... ajakin si salsa sama falda juga biar rame, udah lama kita ngga kumpul." Kalla tampak antusias sambil merangkul leher Ivana.

Ivana berdehem, "Emang Lo udah sembuh total?" Ivana melepas rangkulan Kalla menatap dari bawah sampai atas kondisi gadis didepannya itu.

Laura memutar bola matanya malas,"Kelakuan udah kaya orang utan begini ya pasti udah sembuh'lah, ya ga?"ujarnya dengan tampang mengejek.

Mata Kalla melotot garang,"Sembarang Lo nyet! Gue disamain sama orang utan,"sanggah Kalla, membuat Laura kembali tertawa melihat bibir gadis itu maju dengan pipi mengembung.

Momen tersebut tiba-tiba menjadi hening saat seorang gadis menjatuhkan dirinya sendiri didepan Kalla, mata Ivana melebar tak percaya.

"Mawar!"pekikan itu datang dari balik tubuh Ivana, terlihat Kavindra berlari kearah nya dengan wajah garang tampak marah.

Pemuda itu membantu Mawar yang masih berada dilantai sambil terisak kecil, "Lo semua apa-apa sih?! Dan Lo Ivana, kenapa Lo jadi kaya dulu lagi?"tanya Kavindra tak habis pikir.

"Babi, cewek Lo jatohin diri! Buta kali tu mata,"ujar Laura melotot garang pada Mawar, sementara Kalla mendelik jijik melihat drama didepannya.

"Kalian jahat banget! Padahal aku udah putusin Kavindra biar kalian ngga jahatin aku lagi hiks,"adu Mawar dengan lirih, Kavindra mengepalkan tangannya.

Sementara Ivana melongo tak percaya, astaga sebenarnya apa yang terjadi. Namun tak ayal Ivana menggeram marah meski dalam keadaan bingung.

"Pfffttt ... akting Lo murahan tahu ngga, kalo emang kita mau ngebully. Kita ngga bakal tanggung-tanggung!"ujar Kalla dengan dagu terangkat.

"Lo mau Kavindra? Ambil! Gue ngga sudi sama barang bekas yang udah dimonopoli sama jalang kaya Lo!"lanjutnya, tangan Kavindra terangkat hendak menampar namun tertahan diudara.

Tangan ditahan oleh Liam yang sedari tadi duduk tak jauh dari mereka tanpa mereka sadari, dengan setumpuk buku di lengan kirinya, "Gue liat dia jatohin dirinya sendiri."ujar Liam dengan datar pemuda itu menatap rendah pada gadis yang tertunduk yang tampak memegang.

Kavindra menatap Liam dengan serius dengan dahi berkerut, "Terserah mau percaya atau ngga, yang pasti inget gue sahabat Lo." Ucapan Liam terdengar seperti kalimat biasa namun Kavindra tahu makna dibalik kalimat tersebut, dimana Liam menegaskan jika dirinya tak percaya maka jangan anggap diri sahabat lagi.

Orang lain tak akan paham, namun Kavindra yang tahu tabiat Liam hanya bisa terdiam, ia menarik tangannya lalu pergi dari sana dengan perasaan kacau. Sementara Mawar semakin terisak pilu yang memunculkan rumor yang tidak-tidak.

Ivana ingin bertanya, namun Ivana merasa asing dengan gadis didepannya itu. Seperti bukan Peony maupun Mawar, atau—

Apa ini sifat Peony yang sebenernya.

"***"
Jangan lupa vote dulu sebelum lanjut
Happy nice day

See you next chapter guyss ❤️

rbilqisasiah

The Hole Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang