44

1.1K 175 9
                                    

BAB 44

PERDEBATAN RICUH
DI KANTIN

—Banyak yang ingin menghancurkan dirimu, berhati-hati dengan semuanya karena orang yang tidak mungkin menurut mu, bisa menjadi tersangka utama—
"***"

Hari ini adalah hari terburuk bagi Ivana, mungkin, atau jika dia boleh berteriak dengan jujur ia akan menjawab dengan lantang IYA!

Sepanjang koridor sekolah para siswa terus mencemooh Ivana, belum lagi sekelibat guru yang melihat hal tersebut hanya diam dan ikut memandang sinis.

Sial!

Kali ini Ivana, tengah berada dikantin bersama dengan Malik, entah kenapa hanya laki-laki itu yang tidak terpengaruh, malahan Malik akan dengan tegas memperlihatkan perangai garangnya didepan orang yang berani mencemooh Ivana.

"Vana Lo ngga papa kan?" tanya Malik dengan hati-hati, Ivana terkekeh pelan lalu menyedingkan bahunya tanpa acuh.

Malik menghembuskan nafas lega, ia benar-benar tak salah menilai Ivana, gadis ini bukan hanya menarik tapi juga sosok yang tahan banting.

Beberapa saat kemudian ada segerombolan, gadis dengan pakaian kelat tampak menghampiri Ivana dan Malik, pemuda itu refleks memegang tangan Ivana tampak was-was.

Enam gadis tersebut mengelilingi meja ivana dengan pandangan penuh provokasi, dan satu hal yang ia tak bisa tahan—

Byur

Sebuah jus jeruk disiram tepat diwajah Ivana, gadis itu memejamkan matanya sementara Malik berancang-ancang akan memberi pelajaran, namun tercekal oleh tangan Ivana.

"Gimana? Seger kan hhhaaa!"tawa tampak menggelegar bahkan seisi kantin ikut mencemooh dirinya.

"Ngga usah sok berkuasa! Lo bukan satu-satunya orang yang punya pamor!" ujarnya tampak tersenyum remeh.

Gadis itu tertawa puas melihat Ivana yang hanya diam tak melawan, ia mengambil dagu gadis itu dan menujuk kearah pojok kantin.

"Liat Kakak Lo sendiri diem aja, bener-bener menyedihkan,"ucap wanita itu, Ivana menata kearah yang dituju memang benar Bagas nerada disana dengan wajah daratnya bersama dengan Reno dan dua temennya.

Mata Ivana bertemu dengan Reno pemuda itu tampak menatapnya dengan jijik, dan Ivana tahu saat ini itu bukanlah jiwa Derren lagi yang sedang mengambil alih.

Enam perempuan itu tampak tertawa puas, dua dari mereka batu berukuran kecil membuat dahi Ivana  bahkan berdarah. Sementara Malik dirinya ditahan oleh gerombolan laki-laki yang entah siapa mereka.

Astaga, ia bahkan tak mengenal mereka. Dan berani-berani mereka melakukan hal sekasar ini. Ivana terkekeh pelan dirinya menyeringai tipis tanpa disadari siapapun.

"Saya punya masalah apa dengan anda?"tanya Ivana to the points tampak tenang membuat para gadis itu tampak kurang puas.

"Lo itu jalang! Masih nanya? Lo tuh ngga pantes sekolah disini!"

"Heyy ... Kalian semua yang disini tahu kan, cewe naif didepan gue ini suka main sama Om Om, "teriaknya, seluruh perhatian yang ada dikantin tampak terarah ke meja Ivana saat ini.

"Ngga ngerti gue, ga tahu malu banget anjir!"

"Parahh, ngga ngerti gue, jijik banget!"

"Ihhh ... kasian banget sih kurang belayan,"

Ivana menegakan kepalanya yang sempat menunduk, melirik sebentar kearah Bagas yang rupanya tampak acuh. Ivana tertawa miris, ia memandang dengan dingin kearah mereka semua.

The Hole Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang