11

2.3K 253 0
                                    

BAB 11
PENCULIKAN DAN PRADUGA TENTANG ERVIN

Banyak hal yang bisa kita nilai, namun perkara benar dan salahnya, bukan ranah kita untuk ikut menyimpulkan hanya dari satu sudut pandang

"***"

Rapat setiap ekstrakurikuler baru saja selesai 15 menit yang lalu. Ternyata pihak sekolah ingin adanya perubahan pada merayakan ulang tahun sekolah tahun ini, yaitu dengan mengadakan acara rekreasi kepuncak selama tiga hari.

Pihak sekolah juga sudah memutuskan untuk menyelenggarakan acara tersebut bulan depan, dan sudah mempersiapkan dengan menyewa salah satu villa dipuncak dan nantinya setiap ekstrakurikuler harus menyiapkan satu pertunjukan dari sekarang untuk dipertontonkan saat acara tersebut.

Savana dan teman teman yang lainnya kini tengah menunggu angkutan umum sambil membahasa pertujukan yang akan dipersembahkan nantinya.

"Gue bingung asli mau mempertunjukkan apa, kita kan dilatih cuman memanah doang,"ucap Anggun salah satu teman ekskul Savana.

"Memanah juga punya seni kan? Nanti kita bisa minta saran dulu ke Ka Kio gimana?"ucap Savana memberi masukan, mendengar itu Anggun ikut mengangguk setuju.

"Bener juga ya, kan ada beberapa trik yang unik yang bisa kita tampilin" timpa Iren, disebelah Anggun.

Savana pun ikut mengangguk setuju. Perhatian Savana teralihkan keponselnya yang bergetar disaku seragamnya, ada satu notifikasi chatting yang masuk.

Whats'App

Ayahh❤️
Ayah jemput kamu sekarang, tunggu ya Kaka cantik

Anda
Okeee Ayahh, cepetan yahh takut keburu hujan


Ayah❤️

Meluncur.

***

Setelah membaca pesan dari Ayah, Savana memasukan ponselnya kembali kedalam saku.

Tak lama angkutan umum datang namun hanya satu, membuat beberapa siswa tampak berebut untuk naik lebih dulu.

Sementara Savana memilih duduk di kursi tunggu halte yang sudah kosong.

"Afaa!" Suara panggil yang menggelegar itu membuat Savana seketika merinding dan bergidik ngeri.

"Kalo dipanggil tuh nyaut, diem diem bae torek lu?" gerutu Alina yang sudah duduk disebelah Savana.

Ya itu memang suara Alina, kini Savana menatap sahabatnya itu. "Panggil Lo kaya panggilan gaib bikin merinding, hhhaaa" tutur Savana yang langsung mendapat geplakan lima jari dijidatnya oleh Alina.

"Gue marah pokonya, ngga temenan lagi kita," ucap Alina bersidekap dada dengan bibir yang mengerucut.

"Sejak kapan kita temenan?"gurau Savana sambil menyenggol bahu Alina, membuat sang empu langsung berkomat kamit menyumpahi sahabat yang laknat ini.

Melihat itu Savana terkekeh, matanya kini menatap langit yang mulai mendung. "Ayah ko lama yaa" gumam Savana dalam hati.

Sementara Alina kini sedang menelfon papahnya yang sebentar lagi akan menjemput.

The Hole Of HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang