We Don't Talk Anymore by MzBultaorune
***
Jas yang Jimin gunakan telah berpindah ke pundak Shira, keduanya memilih untuk duduk bersisian dengan memandang Sungai Han. Shira tidak lagi menangis, hanya tersisa isakan ringan menandakan napas Shira mulai stabil.
"Apa kau ingin menceritakannya?" tangan Jimin menggenggam tangan Shira, menyalurkan kehangatan di tengah dinginnya malam. Jimin dapat mendengar helaan napas bersamaan dengan kepala Shira yang bersandar di pundaknya.
"Ingat dengan cerita bagaimana aku bisa menjadi direktur?" pertanyaan Shira ditanggapi dengan anggukan Jimin.
"Tentang permintaan nenekmu?" Shira mengangguk, Jimin beralih merentangkan tangannya di pundak Shira agar Shira dapat bersandar lebih nyaman di dadanya.
"Semua orang selalu merendahkanku karena menganggap aku menjadi pimpinan dengan jalan pintas, semua orang berpikir aku tidak punya kemampuan di bidang bisnis karena latar belakang sekolahku yang kedokteran.
Aku berhasil mendapatkan gelar dokter, namun beberapa bulan kemudian nenek meninggal dan menitipkan wasiat pada kakek agar aku memimpin salah satu perusahaan keluarga. Entah nenek yang tidak menyebutkan alasannya pada kakek atau memang kakek yang tidak mau mengatakannya padaku..." Shira memainkan jari Jimin yang berada di pangkuannya.
"Sambil bekerja di rumah sakit, aku mengambil sekolah bisnis dan mengikuti banyak seminar untuk belajar memimpin perusahaan hingga akhirnya aku menyerah dari rumah sakit dan memfokuskan diri di bisnis. Banyak yang menentang, tapi itu jalan yang aku pilih, sekitar enam bulan kemudian aku ditetapkan menjadi CEO di Crystal Jewelry dalam keadaan masih sekolah bisnis.
Sungjae dan Hyera adalah teman masa kecil ku, mereka bukan dari keluarga sembarangan dan bisa meraih pekerjaan yang lebih baik. Hyera bisa saja menjadi dokter spesialis dan Sungjae bisa saja menjadi insinyur hebat, tapi mereka memilih untuk berada di sisiku dan itu sangat aku syukuri." Air mata kembali menghiasi pipi Shira.
"Aku terus menunjukkan kemajuan untuk perusahaan dengan didampingi Hyera dan Sungjae, di tahun kedua aku menjabat itulah masalah mulai berdatangan. Para petinggi berusaha menjatuhkan ku dengan berbagai cara, segala sesuatunya dimanipulasi agar namaku terlihat buruk namun selalu gagal atau ketahuan, di saat yang sama ayahku mulai memandang ku rendah karena termakan omongan para petinggi. Dan beginilah posisi ku sekarang, terus bertahan dengan memegang diriku sendiri." Mata Jimin ikut berkaca-kaca, namun dia menyembunyikannya dari Shira.
"Apa kau pernah bicara pada ayahmu?" Shira menggelengkan kepala.
"Dapat aku simpulkan ayahku bersikap seperti ini karena kakekku sudah membuat surat wasiat bahwa pembagian hartanya akan jauh lebih besar padaku daripada pada ayah yang anaknya, ayahku merasa tersaingi dengan anaknya sendiri." Shira tersenyum miring, menyadari betapa menyedihkannya hidupnya.
"Bukankah ayahmu memimpin cabang di London?"
"Tidak banyak yang tahu, tapi posisinya diganti karena kinerjanya yang menurun. Alasannya pulang ke Korea karena mau menghadiri acara launching, padahal karena dia dipindahkan menjadi manager di kantor pusat."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Sungjae dan Hyera bukanlah orang-orang yang dapat diragukan kemampuannya, tanpa berusaha pun mereka bisa mendapatkan informasi dari mana saja." senyuman tersungging ketika Shira bicara tentang kemampuan Sungjae dan Hyera.
Jimin tidak menyangka bahwa di usianya yang terbilang muda Shira sudah mengalami banyak sekali kisah yang bahkan tidak bisa Jimin bayangkan, rasa bersalah entah kenapa menyelimutinya, membuatnya memeluk Shira erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Talk Anymore
FanfictionDimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan. Tapi apakah salah jika aku mengharapkan yang sebaliknya? First story from Mz.Bultaorune. Mohon bantuannya!!