We Don't Talk Anymore by: Mz Bultaorune
***
Hujan, Jimin sangat menyukai hujan terutama di malam hari karena berkatnya udara terasa lembab dan aroma hujan yang khas membantu menenangkan tubuhnya yang sudah bekerja seharian. Biasanya Jimin akan memutar lagu bertempo lembut dan memandangi hujan dengan segelas wine atau kopi, menenangkan pikirannya agar stress tidak menyerangnya.
Berbeda dengan malam ini, Jimin mengenakan hoodie dan celana pendek favoritnya. Ia duduk di lantai menghadap ke jendela dengan ekspresi mengawang, di tangannya masih tertaut ponsel yang tidak pernah memberikan notifikasi yang ia harapkan.
Kabar dari Hanbin cukup meredakan kekhawatirannya, namun masih terasa sulit karena dia tidak mendengar langsung suara yang ia rindukan. Jimin mengerjap beberapa kali dan mengarahkan irisnya menuju ponsel, dia memilih membuka galeri dan melihat history chat-nya dengan sosok yang dirindukan.
Jimin tetap mengirim pesan seperti biasanya, menceritakan kesehariannya, suasana hatinya, tempat yang ingin ia kunjungi, dan hal-hal yang biasa mereka bicarakan. Entah berapa ratus pesan yang ia kirimkan, namun tak ada yang terbaca apalagi terjawab.
Membacanya sambil membayangkan ekspresi Shira ketika mengatakannya membuat senyum tipis terukir di wajah Jimin. Senyum itu semakin mengembang saat dia melihat video ketika mereka jalan-jalan di Hongdae dengan penampilan serba tertutup seperti artis.
'Shira-ya...' layar menunjukkan wajah Jimin yang menghadap ke kamera, Shira yang dipanggil menoleh dan agak mendekatkan wajahnya.
'Wah, kita seperti idol yang sedang menyamar ya...' komentar Shira sembari membenarkan letak maskernya, komentar itu disambut tawa ringan Jimin.
'Loh, bukankah kita memang Idol?' Jimin mengikuti sandiwara Shira.
'Omo, hati-hati. Bisa saja ada wartawan yang mengambil foto kita.' Shira berlagak seolah menutup mulutnya dengan kedua tangan tanpa melepaskan tautan tangannya dengan Jimin. Jimin semakin terkikik mendengarnya.
Melihat video itu membuat Jimin tersenyum simpul, namun bukan senyum yang sama seperti di video. Senyumnya sekarang lebih menunjukkan sedih dan khawatir, sorot matanya menggambarkan rindu yang mendalam.
Jimin melanjutkan melihat-lihat dokumentasi momen-momen bahagia antara dirinya dan Shira, Jimin bahkan punya foto Shira yang tertidur di mobil saat mereka selesai makan malam. Shira yang tertidur begitu polos dan tenang, berbeda ketika menunjukkan diri sebagai CEO maupun sebagai Shira saat bangun. Melihatnya membuat Jimin semakin ingin melindunginya, bahkan mempertaruhkan apapun di dunia demi menjaga senyum manis itu.
Seketika Jimin teringat pertemuan terakhir mereka, ingat benar ketika Shira menyuruhnya pulang dan menutup pintu apartemennya.
Jimin merebahkan tubuhnya di lantai beralas karpet tebal, memandang langit-langit rumahnya yang gelap karena dia sengaja tidak menyalakan lampu.
Hubungan romantis memang bukanlah bidang yang Jimin kuasai, tapi menjalani hubungan semacam itu dengan Shira membuat Jimin paham kenapa orang-orang rela jatuh cinta walau banyak yang berakhir dengan luka. Tentunya bukan akhir seperti itu yang Jimin inginkan, dia mau kisahnya dengan Shira menjadi kisah indah yang membuat hatinya menghangat dan bahagianya meluap.
Itu juga menjadi salah satu alasan kenapa dia tidak berusaha mencari Shira, dia paham Shira butuh ruang untuk menenangkan diri. Lagipula Shira berada dalam lindungan adiknya sendiri, sesekali Jimin mengirim pesan pada Hanbin untuk menanyakan kabar Shira yang juga dijawab seperlunya oleh Hanbin. Jawaban Hanbin seputar 'Noona baik-baik saja' atau 'Noona menjalani harinya dengan baik'. Kakak-adik itu memang sangat kompak, Hanbin tidak membocorkan sedikitpun detail mengenai Shira.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Talk Anymore
FanfictionDimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan. Tapi apakah salah jika aku mengharapkan yang sebaliknya? First story from Mz.Bultaorune. Mohon bantuannya!!