We Don't Talk Anymore, By: MzBultaorune
***
Seminggu berlalu sejak terakhir Jimin bertemu dengan Shira, dan selama itu juga Jimin diselimuti rasa khawatir. Ditambah lagi keadaan ibunya yang sempat memburuk dan urusan perusahaan yang kini menjadi tanggung jawabnya. Berulang kali Jimin mencoba menghubungi Shira namun tidak ada kabar sama sekali, Sungjae dan Hyera juga tidak mengabarinya. Dia juga sudah datang ke apartemen dan kantor Shira namun tidak menemukan jawaban.
Di tengah kekalutan itu Jimin memilih mengalihkan pikirannya dengan datang ke restoran, sekedar tenggelam di aroma bumbu dapur dan menyalurkan kesukaannya. Dia bahkan datang sangat pagi untuk memeriksa bahan yang masuk dan memasak beberapa pesanan pelanggan.
Waktu istirahat telah tiba, Jimin mendudukkan diri di kursi kerjanya. Memejamkan mata bukannya menghilangkan rasa lelah tapi justru mengembalikan kekalutan yang berusaha dia singkirkan, menatap pemandangan sibuknya jalan raya juga tidak membantu.
Ponsel yang akhir-akhir ini hanya menerima pesan dari perusahaan berdering, menandakan ada panggilan masuk. Melihat layar, nomor tak dikenal terlihat di sana.
"Hallo? Ada yang bisa dibantu?"
"Hallo, Chef Park. Aku Kim Hanbin, adik Kim Shira." sontak mata sipit Jimin terbelalak, tubuhnya spontan berdiri.
"Kau sungguhan adiknya Kim Shira?" Jimin kembali memastikan.
"Ya, ini aku. Apa anda kosong siang ini? Bisakah kita bertemu? Sebentar saja."
***
Setelah mobilnya terparkir, Jimin bergegas menuju cafe yang disebut Hanbin. Begitu masuk ke dalam cafe, mata Jimin menelusuri sekeliling. Seseorang berdiri melambaikan tangan yang Jimin yakini adalah Hanbin, langsung saja Jimin duduk di hadapannya.
"Anyeong haseo, Chef Park. Aku Kim Hanbin."
"Senang bertemu denganmu, aku Park Jimin." keduanya bersalaman.
"Aku memesan iced Americano untukmu, jika kau tidak keberatan. Kau terlihat terengah, minumlah dulu." Hanbin mendorong gelas yang berada di depan Jimin.
"Ah, terima kasih." Jimin meminumnya, keheningan menyelimuti sesaat mengingat keduanya belum pernah bertemu sebelumnya.
"Maaf jika aku terdengar tidak sabaran, tapi aku ingin tahu bagaimana keadaan Shira." Jimin menyingkirkan gelasnya agak ke samping. Hanbin dapat menangkap jelas mata yang sudah tidak sabar lagi.
"Jika kau berbicara tentang malam itu maka kau tidak perlu khawatir karena aku ada di sana, aku rasa Hyera-Noona sudah memberitahu mu. Untuk sekarang, Shira-Noona sedang menenangkan diri. Kedatangan Appa bukanlah sesuatu yang baik bagi Noona mengingat bagaimana cara beliau memperlakukan Noona." Hanbin menjawab pertanyaan Jimin tanpa berbelit.
"Lalu di mana Shira sekarang?" Jimin tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
"Noona aman bersamaku, sementara Noona akan menjauh dari dunianya sampai situasinya lebih baik. Aku tidak ingin Noona jadi stress karena semua permasalahan yang tidak penting seperti ini, kondisi Noona adalah yang terpenting bagiku." Jimin tidak mengalihkan sedikit pun pandangannya dari Hanbin, bahkan ketika dia minum.
"Sebenarnya tujuanku mengajak mu bertemu adalah memberitahu kalau Noona akan tidak bisa dihubungi untuk sementara waktu, juga agar kau tahu kondisi Noona sekarang. Aku tahu kau sangat khawatir, jadi aku meminta kontak mu dari Hyera-Noona." Hanbin berusaha menjawab setenang mungkin agar tidak membuat Jimin semakin khawatir
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Talk Anymore
FanfictionDimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan. Tapi apakah salah jika aku mengharapkan yang sebaliknya? First story from Mz.Bultaorune. Mohon bantuannya!!