We Don't Talk Anymore
By:: MzBultaorune
*
Shira baru saja tiba di kamarnya, dia langsung membasuh kakinya yang sudah terbungkus sepatu.
'Aku baru masuk ke kamar,' begitulah pesan yang Shira tulis dan dikirimkan pada Jimin.
Setelah melepas blazernya Shira membuka botol air minum karena dia sangat haus, pertikaian yang terjadi sebelum akhirnya dia bisa masuk ke kamar lebih melelahkan daripada tidak tidur selama 14 jam di pesawat akibat kopi yang dia minum sebelum naik ke pesawat. Ponselnya berdering tepat saat Shira mendudukkan diri di kasur, nama Jimin yang tertera di layar.
"Hello, Sweetheart." sapa Jimin dari seberang telepon, wajah Jimin terlihat begitu sumringah karena akhirnya bisa melihat wajah kekasihnya.
"Hai..." Shira mau tidak mau ikut tersenyum melihat wajah Jimin yang selalu membuatnya gemas.
"Kau terlihat lesu, kenapa?"
"Aku tidak tidur selama di pesawat, ditambah tadi ada sedikit masalah sebelum akhirnya aku bisa sampai di kasur ini..." Shira merebahkan diri di kasur, helaan napas berat terselip diantara ucapannya.
"Apa bosmu kembali berulah?" Jimin terlihat duduk di salah satu sudut dapur, dia terlihat sangat siap bekerja karena baju khas Chef bertuliskan namanya dan apron yang melilit pinggangnya.
Rambutnya yang kini bewarna ash brown akibat warna abu yang sudah luntur, kemudian tata sedemikian rupa sehingga menunjukkan kening yang selalu membuat Shira terpesona. Sangat berlawanan dengan Shira yang kini hanya dengan kaos putih V neck dengan sisa make up sejak di Korea dan rambut yang terurai berantakan.
"Bukan bosku jika tidak berulah, Oppa." ucapan Shira disambut kikikan kecil dari Jimin yang masih menampakkan wajah imutnya.
"Apa kau sudah makan?"
"Tadi di pesawat, aku hanya akan mandi lalu minum susu dan tidur. Aku tidak bisa tidur selama di pesawat tadi..." Shira menyisir rambutnya dengan jari.
Percakapan diantara mereka terus berlanjut, rupanya restoran belum ramai sehingga Jimin bisa lebih leluasa berbicara dengan Shira. Shira merasa lelahnya juga sedikit terangkat karena Jimin menghiburnya walaupun hanya dengan saling menatap lewat layar ponsel.
Baru saja hati Shira terasa ringan, bel kamarnya berbunyi. Dia meminta Sungjae untuk membelikan makanan tadi, jadi bisa saja itu Sungjae.
"Sebentar Oppa..." Shira tetap membawa ponselnya di tangan sementara membukakan pintu.
Dia tidak terkejut dengan adanya Sungjae, dia justru terkejut dengan Sungjae yang membawa barang-barangnya bersamanya.
"Ada apa? Kenapa kau membawa barang-barangmu?" Shira mengeluarkan tatapan bingung setelah menerima susu dan sereal yang dimintanya sebelumnya.
"Direktur Utama memaksaku bertukar kamar, beliau ingin satu lantai dengan anda." Adu Sungjae.
Dia tahu ini hal sepele dan dia tidak masalah untuk pindah kamar. Tapi mengingat siapa yang memintanya bertukar kamar membuat Sungjae merasa tidak nyaman dan was-was. Shira memang meminta secara khusus kepada Sungjae dan Hyera agar dihindarkan dari Luigino karena dari yang Shira lihat Luigino berusaha lebih keras untuk mendekati Shira sementara Shira tidak suka itu. Jika Sungjae membiarkannya maka akan tidak baik untuk Shira, ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi jika Sungjae tidak waspada. Itulah mengapa Sungjae melaporkannya pada Shira karena ini demi kenyamanan atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Talk Anymore
FanfictionDimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan. Tapi apakah salah jika aku mengharapkan yang sebaliknya? First story from Mz.Bultaorune. Mohon bantuannya!!