We Don't Talk Anymore
By:: Mz Bultaorune
***
Luigino baru saja pergi, meninggalkan Jimin dan Shira di ruangan. Jimin pun duduk di samping Shira.
"Bagaimana keadaanmu Shira-ya, apa kata dokter?"
"Dokter bilang aku hanya kelelahan, tidak perlu khawatir." Wajah Shira terlihat lebih berseri sekarang, tidak sepucat sebelumnya.
"Terima kasih atas teh tadi pagi Chef, itu sangat membantu..." Shira kembali bicara.
"Ah, tidak perlu sungkan. Aku tahu kau sedang tertekan sekarang, aku tidak tahu bisa membantu apa jadi aku kirimkan teh itu." Jimin tersenyum hangat.
"Oh iya, apa kau sudah makan?" Jimin bangkit dari duduknya dan menuju meja makan.
"Belum, perawat belum mengantarkan makanannya."
"Aku membuatkan risotto dan steak, aku juga membawakan pannacota," Jimin membuka satu persatu tempat bekal.
"Waah!! Aku mau!!!" Shira terlihat bersemangat, Jimin pun menyiapkan semuanya lalu menarik meja portable untuk Shira. Disusunnya semua makanan dihadapan Shira.
"Kau membuat sendiri semuanya?"
"Tentu saja," Jimin kembali duduk ditempatnya semula.
"Selamat makan!!" Shira langsung menyendok risotto didepannya.
"Bagaimana? Bisa kau terima?"
"Rasanya agak berbeda dari biasanya,"
"Yang kau makan di restoran itu risotto seafood, ini risotto sayuran biasa. Aku pikir karena aku membuat steak juga, lebih baik aku buatkan risotto sayur. Apa tidak enak?"
"Apa maksudmu, Chef? Ini sangat enak!!" Shira kembali menyuapkan risottonya, dia kemudian mencomot daging steak yang sudah dipotong oleh Jimin.
"Chef, ini saus apa? Enak sekali!"
"Aku membuatnya, itu saus resepku sendiri,"
"Yaa... Chef... kau yang terbaik..." Shira mengacungkan jempolnya.
"Benarkah? Aku bahkan tidak mencobanya tadi,"
"Yaa, kau harus coba Chef..." Segera Shira sendokkan risotto lalu meletakkan daging steak diatasnya dan menyuapkannya langsung pada Jimin.
Jimin agak terkejut, tetapi dia tetap menerimanya.
"Bagaimana?" Tanya Shira.
"Hmm, enak..." respon Jimin.
"Ini bukan hanya enak Chef, ini enak sekali!" Shira kembali melahap dengan semangat, sementara Jimin di sampingnya memperhatikan dengan seksama gerak-gerik Shira. Tanpa sadar senyum terlukis di wajahnya.
"Shira-ya..."
"Ne?"
"Kau bisa memanggilku Jimin mulai sekarang,"
"Hm?" Tanpa Jimin sadari kata-kata itu terucap dengan sendirinya, entah apa yang mendorongnya untuk membiarkan Shira memanggilnya lebih 'akrab'.
"Kau yakin?" Shira yang awalnya menunjukkan ekspresi terkejut segera mengendalikan diri dengan menujukkan ekspresi konyol. Dia naikkan sebelah alisnya dengan mata yang menatap seolah bicara –kau serius dengan perkataanmu?-
"Hm, aku yakin." Jimin yang tidak menangkap maksud Shira mengiyakan.
"Jimin-ah~" Jimin langsung terbelalak karena Shira benar-benar hanya memanggil namanya.
"Yaa... apa maksudmu eoh?" Jimin langsung menegakkan duduknya dan menatap Shira tak percaya.
"Kau menyuruhku memanggil nama, jadi ya ku panggil kau begitu..." Shira melanjutkan makannya.
"Yaa.. aku menyuruhmu memanggil namaku bukan berarti tanpa embel-embel seperti itu..."
"Ok ok, I got it, Jimin-Oppa," Shira menatap Jimin sembari tersenyum.
'DEG'
Jimin merasa dia melewatkan satu detak jantungnya akibat Shira memanggilnya dengan sebutan 'Oppa', setelah itu jantungnya berdetak lebih cepat.
'Yaa... Jimin-ah, ada apa dengan dirimu eoh? Kau salah tingkah?' batin Jimin bicara pada dirinya sendiri.
"By the way, benarkah Hyera yang memberitahumu aku dirawat?" Shira kembali membuka percakapan.
"Ya, aku menelfonnya karena aku khawa..." Jimin seketika menghentikan bicaranya.
"Khawa? Khawatir?" Shira memperjelas sembari tersenyum menatap Jimin.
"Oh, kau khawatir padaku , Oppa?" Shira semakin menggoda Jimin yang salah tingkah.
"Ya mau bagaimana, aku melihat konferensi itu, lalu aku melihat penangkapan kemarin, bagaimana aku tidak khawatir?" Dan ya, Jimin tidak sadar kalau dirinya sudah kelepasan sekarang. Dia seketika melebarkan matanya sendiri, tidak percaya dengan apa yang telah keluar dari mulutnya.
Shira tersenyum melihat Jimin yang sudah sadar dari kelepasannya, mereka kini bertatapan. Dapat Shira lihat wajah Jimin memerah yang memicu senyum mengembang diwajahnya sendiri.
"Uuu... kau lucu sekali, Oppa..." Shira menekan-nekan pipi chubby Jimin dengan telunjuknya, Jimin hanya diam.
"Sudahlah, jangan menggodaku. Cepat selesaikan makanmu..."
"Hehehe, ok ok..." Shira pun melanjutkan makannya.
***
Anyeong yeorobun!!!
gimana gimana??? berasa gak kiyut-kiyut-nya Jimin-Shira??? wkwkwkwkwkwkwkwk
romancenya mulai berasa gak nih? atau masih kurang nampol? silahkan tinggalkan comment yass!!!
thank you so much semuanya yang sudah setia menunggu update darikuh! semoga aku bisa update lebih sering supaya kalian semua bisa baca terus!!!
tetap setia menanti update We Don't Talk Anymore ya gengs!!
as always jangan lupa dong vote and comment-nya, semakin banyak komen, semakin banyak vote, semakin semangat aku update!
Hope u like it!
Kamsahamnida!
Much Luv~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Talk Anymore
FanfictionDimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan. Tapi apakah salah jika aku mengharapkan yang sebaliknya? First story from Mz.Bultaorune. Mohon bantuannya!!