Part 32

8 2 0
                                    

We Don't Talk Anymore, By: MzBultaorune


***

"Jum'at depan Crystal Group go public." Ucap Hanbin ditengah pekerjaannya menyiapkan bahan-bahan untuk membuat es buah, dia baru bangun siang ini sementara Shira baru kembali dari ladang. Hanbin memang ingin membuat sesuatu yang segar untuk kakaknya yang sangat bekerja keras di ladang.

"Tahu dari mana?" Shira melepas bootsnya dan masuk ke rumah, dia membasuh tangan dan wajahnya.

"Kakek." Shira membeku sejenak, namun berusaha terlihat biasa.

"Kau menemui Kakek?" Shira beranjak mencuci kaki dan tangannya dengan selang yang ada di halaman belakang.

"Aku ke perusahaan untuk menemui Hyera-Noona, ternyata ada Kakek di sana, mencarimu." Hanbin mencampur semua buah dalam mangkuk besar serta menambahkan es batu dan susu.

"And then?" Shira menyeka sisa air dengan handuk di lehernya.

"Aku ceritakan, tentu saja." Hanbin menuangkan es buah untuk kakaknya.

"Soal Appa?" Hanbin dapat merasakan tatapan menusuk dari Shira.

"Hanya soal perjodohan, tidak lebih." Shira melahap es itu, benar-benar meredakan dahaganya. Shira dan Hanbin sama-sama menikmati es buah tanpa kata, hingga Shira kembali mengisi mangkuknya.

"Aku akan beli saham perusahaan." Shira menatap adiknya tidak percaya.

"You sure?" Sejujurnya Shira terkejut karena dia tidak ingat Hanbin pernah tertarik dengan perusahaan keluarga, apalagi dia sibuk dengan sekolahnya.

"Yup, aku sudah siapkan semuanya. Aku minta Hyera-Noona untuk mewakiliku." Hanbin mengisi kembali mangkuknya.

"Kenapa tidak datang langsung?" Ujar Shira menatap adiknya penasaran.

"Aku malas kalau datang sendiri."

"Ajak pacarmu."

"Kau kira ini acara pernikahan." Hanbin menatap kakaknya aneh, keduanya lalu tertawa.

"Bagaimana keadaan Kakek?" Bohong jika Shira tidak rindu dengan kakeknya, beberapa hari ini dia pun memimpikan kakeknya.

"Missing you badly."

"Hey, don't say that." Hanbin sangat tahu kelemahan kakaknya. Hanbin ingat betul Shira rela pulang dari Vienna saat mendapat kabar kakek mereka masuk rumah sakit.

"Aku hanya menjawab pertanyaanmu."

"Aku bertanya tentang kesehatannya."

"Bagaimana menurutmu keadaannya jika diliputi rasa khawatir?"

Shira diam, Hanbin benar-benar adiknya. Di dunia ini hanya ada dua orang yang Shira turuti tanpa banyak protes juga bisa membuatnya diam seribu bahasa, yaitu Hanbin dan Hyera.

Keheningan kembali mengisi diantara mereka.

"Pinjam ponselmu." Hanbin memberikannya begitu saja.

"Kau mau menghubungi siapa?" tanya Hanbin.

"Belahan jiwaku." Jawab Shira santai, tidak menghiraukan tatapan aneh Hanbin.

"Huh?" Shira sudah menempelkan ponsel di telinganya.

"Hey honey, how are you?" suara ceria itu mengawali percakapan di telpon.

"Apa ini? Apa ada yang perlu ku urus?" samar-samar Hanbin mendengar suara Hyera dari ponselnya.

We Don't Talk AnymoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang