We Don't Talk Anymore
by:: MzBultaorune
***
Saat berhenti di persimpangan lampu lalu lintas, Shira sempatkan menelpon ibunya.
"Yeoboseyo, Eomma..."
"Eoh, Shira-ya. Waeyo?"
"Eomma dimana sekarang?"
"Di apartemenmu, wae?"
"Apa Eomma mau makan sesuatu? Aku sudah diperjalanan pulang."
"Tidak perlu, kau langsung pulang saja. Eomma sudah pesan Jajjangmyeon."
"Baiklah, aku akan langsung pulang."
"Ne, hati-hati~"
Telpon berakhir, Shira menambah kecepatan mobilnya agar lebih cepat sampai di rumah.
Sesampainya di lingkungan apartemen, Shira langsung memarkirkan mobilnya di basement dan menuju unitnya di lantai 21.
"Aku pulang..." Ujarnya begitu masuk ke unitnya.
"Eoh, kau sudah sampai? Makanlah, kebetulan jajjangmyeon-nya baru sampai."
"Jimin dimana?" tanya Shira sembari duduk dimeja makan.
"Meow..." Jimin pun muncul dengan mata kuningnya yang membesar.
"Uuu, Jimin-ah... apa kau sudah makan?"
"Meow..." Jimin mengelus kepalanya di kaki Shira.
"Sebentar ya, Noona makan dulu. Setelah itu kita tidur, mainlah dulu..." Shira melemparkan mainan karet yang sering dimainkan Jimin.
Setelah Jimin menjauh Shira mulai makan bersama ibunya.
"Jadi, bagaimana di kantor?" ibu Shira memulai pembicaraan.
"Aku tidak mau membahasnya Eomma, melelahkan sekali melihat dewan-dewan itu..." ujar Shira sembari menyuapkan mandu.
"Begitukah? Eomma juga berpikir begitu..." Shira tersenyum mendengar tanggapan ibunya.
"Apa Eomma benar-benar diantar Chef Park?"
"Ya, dia mengantar Eomma sampai depan pintu."
"Wow..." Shira terlihat terkejut.
"Shira-ya, kenapa kau memanggil Jimin seperti itu? Eomma bahkan sudah memanggilnya Jimin."
"Hah? Yang benar?"
"Iya, dia memintanya. Katanya dia merasa tidak enak jika Eomma memanggilnya seperti kau memanggilnya, jadi Eomma panggil dia Jimin." Ibu Shira menenggak air digelasnya.
"Kau sendiri, kenapa terus memanggilnya seperti itu?"
"Dia tidak meminta." Shira bicara acuh tak acuh.
"Bagaimana dengan caranya memanggilmu?"
"Dia memanggil namaku."
"Sejak awal?"
"Tidak, awalnya dia memanggilku Direktur Kim. Setelah ku beritahu umurku dan ku suruh memanggil nama, dia melakukannya."
"Benarkah? Yaa, ku rasa dia agak kaku denganmu. Tapi kenapa dengan Eomma justru sangat charming?"
"Entah, mugkin dia suka pada Eomma." Shira menyelesaikan makannya.
"Begitukah? Haruskah Eomma tinggalkan Appa-mu demi daun muda?" ibu Shira menangkupkan wajahnya yang berseri-seri.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Don't Talk Anymore
FanfictionDimana ada pertemuan, disitu ada perpisahan. Tapi apakah salah jika aku mengharapkan yang sebaliknya? First story from Mz.Bultaorune. Mohon bantuannya!!