21. Bertemu kembali

141 37 12
                                    

Aera berjalan ke halte dekat sekolahnya, hari-harinya dulu dan sekarang di sekolah ternyata tetap sama. Tak ada perubahan apapun, ia masih tak punya teman dan juga tak ada yang peduli padanya.
Tapi, setidaknya ia bersyukur. Tak ada yang mengetahui keadaannya dan ia juga merasa tenang karena tak ada yang mengganggunya. 

Aera dari dulu jarang sekali keluar kelas, ia menggunakan waktu jam istirahat dengan baik untuk mengerjakan tugas sekolah. Ya, ia mengerjakan pekerjaan rumahnya langsung saat jam istirahat tiba. Aera tak memiliki cukup uang untuk makan dikantin seperti siswa siswi yang lain. Ingat kan Taeil tak pernah memberinya uang jajan? Taeil hanya memberikan uang untuk keperluannya saja, itu pun masih sangat kurang.

Aera menunggu Bus dengan beberapa murid, Aera sering melihat mereka tapi tak pernah mengenalnya. Aera tak tahu namanya, dan tak berminat juga untuk berkenalan.

"Haish, sial sekali hari ini."

Aera menoleh dan mendapati dia lagi, ya, dia yang tadi pagi. Aera hanya diam, ia ingin mengucapkan rasa terima kasihnya tapi ia enggan untuk mendekat, apalagi banyak siswi yang memperhatikan siswa itu. Aera tak ingin mencari masalah karena dengan melihatnya saja, Aera tahu siswa itu pasti siswa populer seperti Haechan.  

Bus muncul setelahnya, Aera ikut masuk dan untung masih mendapat kursi di bagian belakang bus. Saat duduk, ia kaget karena siswa populer itu duduk tepat di sebelahnya. Aera mencuri-curi pandang pada name tag yang dikenakannya, tertulis nama 'Na Jaemin' disana. "Ahhh ternyata dia yang namanya Jaemin." gumamnya sangat pelan.

"Ya, kau memanggilku?" Aera tersentak, tak mengira gumamannya terdengar. Aera menoleh dan melihat Jaemin menatapnya dengan pandangan bertanya. "Aaaa... Eum... Aku mau berterima kasih."

"Terima kasih?" Aera mengangguk, "terima kasih karena sudah membantuku tadi pagi."

"Heummm, tadi pagi?... Aaaaa kau yang tadi...."

"Iya, jangan diteruskan, aku masih kesal jika mengingatnya." Jaemin hanya mengangguk-angguk. 

Hening diantara mereka, tak ada lagi yang bersuara setelah itu. Lagi pula, apa yang harus dibicarakan. Mereka hanya dua orang yang tak kenal satu sama lain, hanya dipertemukan tak sengaja karena kejadian tadi pagi.

Tak lama, Aera bangkit saat bis berhenti di halte tujuannya. Tak disangkan Jaemin juga turun di sana. "Kau turun di sini?" Tanya Jaemin saat bis sudah menjauh dari mereka, Aera hanya mengangguk dan mulai berjalan.

"Tapi kenapa aku tak pernah melihatmu sebulan ini?" Aera mengeryit, mencoba memahami dan satu yang terlintas dipikiran nya saat itu. "Kau baru pindah kesini?" tanya Aera. Jaemin mengangguk, "ya, aku baru pindah ke daerah ini. Baru satu bulan."

"Aaaa, pantas saja."

"Apanya?"

"Tidak."

Aera kembali diam, ia tak menyangka Jaemin lumayan cerewet, padahal kesan pertama mereka saat bertemu tadi pagi, ouh laki-laki itu terlihat berbeda.

Jaemin berhenti di sebuah rumah, Aera hanya melihatnya sekilas saja. "Kau, tunggu. Aku belum tahu siapa namamu?"

Aera terdiam sesaat menatap Jaemin. "Namaku Aera, aku duluan."

"Aera? Kenapa aku tak pernah mendengar atau melihatnya di lingkungan sekolah ya." Jaemin mengedikan bahunya tak perduli lalu masuk ke dalan rumahnya, walau tak bisa dipungkiri, ada sedikit rasa penasaran dalam dirinya.

***

Aera yang baru sampai, sudah melihat Bundanya yang tengah duduk santai di halaman depan. Disana dibuat taman kecil yang terawat karena sering dibersihkan. Aera berjalan menghampiri sang Bunda. "Bundaaaa."

"Ehhh, sudah pulang." Aera mengangguk, duduk di kursi sebelah sang Bunda dan memegang tangan nya, memijat halus tangan yang kini terasa begitu kurus itu.

"Bunda udah minum obat?"

"Sudah, Ayi jangan khawatir. Ada bibi yang selalu menemani dan mengingatkan Bunda di rumah ini." Aera tersenyum, ia juga begitu menyayangi bibi yang baik dan juga  sering membantu Aera.

"Iya Bunda, tapi tetap saja, Ayi pasti khawatir jika terjadi apa-apa pada Bunda. Cuma Bunda yang Ayi punya saat ini."

Bunda mengusap rambut anak gadisnya perlahan. "Ayi kan punya kakak sama Papa juga, Ayi gak akan sendirian." Aera hanya tersenyum tipis serta mengangguk pelan.

'Bunda gak pernah tahu seberapa besar kakak membenci keberadaanku di rumah ini.'

***

Pagi guyssss, eheeeee.
Kabar gimana kabar, baik kan.
Semoga baik-baik semua ya.
Maaf ceritanya gak panjang dan terima kasih buat yang masih setia baca dan nungguin cerita ini😁 love you❤

Bye-bye, sampai jumpa di chapter selanjutnya.

HOUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang