5. Rasa itu... menyakitkan

768 115 28
                                    


Di sebuah rumah yang besar, dalam kamar yang temaram dengan wangi khas sang pemilik yang selalu dijaga oleh para penghuni rumah itu, terlihat seorang pria tinggi yang duduk disana dengan tubuh yang menghadap jendela. Tangannya menggenggam sebuah buku diary yang memang akan ia cari pertama kali saat ia memasuki kamar itu.

Seorang lainnya yang belum lama memasuki rumah kini sedang berada di ambang pintu kamar, melihat adiknya yang melamun di sana.

"Sehun..."

Yang dipanggil tersentak dan berbalik, menatap kakaknya yang juga sedang menatapnya.

"Kenapa?"

"Lo udah sarapan?"

Sehun menggeleng, Kyungsoo menghela napas dan bertanya lagi. "Yang lain kemana?"

Sehun beranjak bangun, menyimpan Diary yang ia pegang sedari tadi di laci samping tempat tidur dan berjalan mendekati kakaknya.

"Gak tahu, sebagian belum pulang. Tapi Chen sama Baekhyun kayaknya di atas."

Kyungsoo mengangguk. "Yaudah, panggilin mereka buat turun. Gue mau bikin sarapan dulu."

Sehun berjalan menurut, tapi langkahnya terhenti saat Kyungsoo mengucapkan sebaros kalimat. "Jangan sedih terus, dia gak akan seneng liat lo kayak gini. Oh iya, gue nemuin seseorang yang sangat mengingatkan gue sama Yuri. Dia... Punya sesuatu kesamaan sama Yuri kita."


***


Sore telah datang, sebuah kamar rawat dimana tempat Aera dirawat masih terasa sepi walaupun kini bukan hanya ia sendiri yang ada di sana. Salah satu dari kakaknya sedang ada di sana. Ia Taeil.

Taeil terpaksa harus datang ke rumah sakit karena Ayah dan ibu tirinya-ibu dari Aera-memintanya untuk menemani Aera di sana. Sempat melakukan Vidio call tapi sayang, Aera tak dapat melihatnya, ia tertidur setelah diberikan obat dari dokter.

Taeil masih diam disana dengan laptop menyala dan beberapa berkas terbuka. Sesekali ia melirik Aera yang masih diam tak bergerak dengan napas teratur.

"Ckckck, untung lo lagi tidur. Jadi gak lama."

Hingga jam 8 malam, tak terasa Taeil terlarut dalam pekerjaannya hingga tak menyadari bahwa aera sudah bangun sejak satu jam yang lalu. Menatap Taeil dari sana tanpa mengeluarkan suara dan pergerakan yang akan mengganggu si kakak yang sibuk. Ia tak ingin dimarahi lagi karena mengganggu walaupun hanya gangguan kecil seperti suara derit ranjang yang bergerak karena ia melakukan pergerakan.

Tak berselang lama, pintu ruangan diketuk. Taeil menatap pintu dan menyuruh orang di luar masuk, seorang dokter dan dua suster di belakangnya melangkah masuk. Taeil berdiri, berjalan kearah ranjang Aera dimana dokter dan suster yang akan memeriksa adiknya.

"Hallo Aera, kita bertemu lagi. Bagaimana keadaan kamu?"

Aera tersenyum tipis dan berucap lirih, "baik, Dok."

Taeil menatap interaksi itu, namun tak perduli banyak.

Kyungsoo sebagai dokter memeriksa keadaan Aera sebagaimana mestinya. Beberapa kali mengajaknya berbicara walaupun tak banyak ditanggapi oleh Aera. Aera hanya sesekali mengangguk dan menggeleng.

"Tuan..." Taeil yang sibuk sendiri menoleh. "Tolong jaga adik anda dengan baik." Taeil menatap Aera lalu kembali menatap kyungsoo dan mengangguk perlahan sambil tersenyum. "Terimakasih sudah mengingatkan saya, Dok."

Kyungsoo mengangguk dan pergi dari sana bersama dua suster yang setia ikut dalam pemeriksaan. Tapi sebelum itu, ia tak lupa berpamitan pada Aera, bahkan ia mengusap kening Aera dengan lembut yang membuat Taeil diam-diam bertanya dalam hati, namun ia lagi-lagi tak ingin memperdulikan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi pada Aera.

Baru lima menit Dokter keluar, Taeil telah beranjak bangun dengan laptop serta berkas-berkas yang telah dibereskan dalam tas khususnya.

"Kak... Kakak mau..."

"Gue balik, masih banyak kerjaan."

Aera menelan ludahnya sendiri, lalu kembali bertanya, "Aku... Siapa yang nemenin aku malam..."

"Yang lain, mungkin." Lalu Taeil segera pergi dengan cepat. Aera hanya bisa menghela napasnya panjang, memegang dadanya sendiri yang terasa sakit namun tak dapat di definisikan dimana rasa sakitnya berada dan sesakit apa rasa sakit itu. Menyesakkan dan terasa perih secara bersamaan.

"Mungkin aku terlalu berharap akan ditemani semalaman. Aku sudah terbiasa seperti ini, tapi kenapa masih terasa begitu menyakitkan?" Setetes air yang keluar tanpa bisa dicegah kini meluncur mulus namun terhenti kala tangannya sendiri menyekanya dengan kasar. Ia tak ingin menjatuhkan air matanya lagi.

Namun, pasti akan sangat sulit.

***

Yang rindu mana yang rindu???

Maaf loh, aku udah nanyain kangen updatean nya kapan hari tapi aku baru update sekarang. Aku abis sakit dan gak bisa fokus nulis. Malah suaraku sendiri hari ini serak banget, ampir ilang. Wkwkwk.

Dede Sehun muncul, cieeee.
Yang kangen sehun mana nih? 😁

13 agst 2019

HOUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang