28. Jail

96 20 9
                                    


"Apasih, gak lah. Dia bukan tipe gue."

Bukan tipe gue

Tipe

Ingin rasanya Aera memecahkan kepalanya, kenapa kata-kata itu muncul terus di kepalanya.

Ya, pembicaraan Jaemin dan Haechan dengan dua temannya itu terdengar jelas oleh Aera tanpa mereka sadari.  Dan itu sungguh membuat Aera tak nyaman. Ia tak ingin memikirkan hal itu karena ada yang lebih penting, tapi entah bagaimana ucapan mereka berputar terus menerus dikepalanya.

Berbicara tipe, Aera tak memiliki tipe pria idaman, cukup membuatnya aman dan nyaman itu yang ia pikirkan. Dan sejak hari itu Aera merasa nyaman dengan teman Haechan yang seharusnya tak boleh ia rasakan itu. Aera sadar diri ia buan perempuan yang pantas untuk orang seperti teman Haechan, maka dari awal pun ia memang menampik semua rasa nyaman itu. Dan ya setidaknya, disebut bukan tipe nya tidak akan terlalu sakit terasa.

Ya, tidak terlalu.

Hanya menggores saja.

Lagi pula, hati nya sudah remuk kok. Sudah pernah merasakan sesuatu yang lebih sakit dari itu.

Aera meyakini itu dan sekarang ia hanya diam saat dia (Jaemin) duduk di sebelahnya. Menunggu bus bersama seperti sebelumnya.

"Lo udah disini." Aera hanya mengangguk dan kembali fokusnya dialihkan pada jalanan yang hari ini terasa cukup ramai.

Jaemin ikut diam, ia merasa canggung dengan situasi ini. Tapi ingin mengajak bicara orang disebelahnya saja, rasanya susah.

Beberapa orang mulai ikut berkumpul menunggu bus, Aera dan Jaemin masih diam. Jaemin sesekali melirik Aera, ia penasaran kenapa hari ini Aera terasa beda. Biasanya ia ceria saat disapa oleh Jaemin. 

"AYYYY."

Orang-orang di halte menengok, terlihat orang dengan hoodie hitam di dalamnya meringis malu saat orang-orang melihatnya. Aera yang tiba-tiba bangun membuat Jaemin reflek menahan tangannya. "Lo mau kemana? Bus kita bentar lagi dateng."

"Duluan aja. Gue ada perlu." Aera menarik tangannya dan berjalan ke arah orang yang berteriak tadi dengan Jaemin yang masih memperhatikan dari tempatnya.

"Brisik banget sih lo."

"Hehe, namanya juga teriak ya pasti berisik. Btw, siapa tuh pegang-pegang?"

"Bukan siapa-siapa."

"Yaudah, masuk." Aera membungkukan badannya, melihat siapa orang yang ada di samping mark. "Tumben bukan atuy?"

"Si atuy lagi ngikut sama Jun."

"Oh." Aera langsung masuk ke kursi belakang.

"Lo gak mau pamit sama temen lo dulu? Liatin lo mulu tuh dari tadi." Aera menatap malas orang di samping mark itu. "Gak, gue gak punya temen."

"Ohhh, hokey."

Setelahnya, tak ada lagi percakapan. Aera diam tanpa mau menoleh pada Jaemin yang masih memperhatikan kepergian mobil yang membawa Aera serta rasa penasarannya yang semakin tinggi.

"Woyyy, Jem!"

"Yooo." Jaemin langsung menyahut dan berjalan kearah orang yang menyebut namanya. "Gue ngikut lo ya, males naik bus gue."

Orang itu mendengus sambil menjalankan mobilnya. "Lagian, lo punya mobil sendiri gaya-gayaan pengen naik bus. Biar apa lo begitu? Mau jadi kayak cowok-cowok drama?"

"Berisik lo."


***

"Sore-sore begini enaknya makan ice cream gak sih?"

"Gak, enaknya minum kopi."

"Ishhh, tapi aku maunya ice cream, Babe."

"Pergi sendiri kalo gitu."

"Babeeeeee..."

"Ok, ice cream. Jangan ngerengek."

"Nah gitu dong, thanks Babe."

Aera mencibir dua orang yang menurutnya menjijikan itu. Ia keluar dari persembunyiannya dan berjalan menjauh tanpa membeli. Ya, Aera tak berniat membeli apapun di sana, hanya bertemu pemiliknya dan menyerahkan apa yang jadi yanggung jawabnya. Ya, masih barang yang sama dengan dua orang yang membawanya tadi.

"Lo ngapain?"

Aera menoleh. "Gak, gue lagi curiga sama orang."

"Seragam?"

"Mungkin."

"Ayo cepet balik kalo gitu." Mark menarik Aera yang tersenyum senang karena sudah membuat temannya itu khawatir dan panik. Padahal ia bersembunyi bukan karena orang berseragam yang dimaksud temannya itu, tapi karena salah satu kakak tirinya ada di sana. Hampir berpapasan dengannya jika saja dirinya tidak cepat masuk ke ruang ganti.

"Masuk cepet." Keduanya masuk bersamaan. "Jalan buruan, Bang."

"Buru-buru banget," balasnya tak terima waktu ber telepon dengan sang pacarnya terganggu dengan kedatangan mereka berdua.  Walau begitu, ia tetap menjalankan mobilnya.

"Si Aera ada curiga sama orang."

"Siapa?"

"Tanyain noh ke anaknya di belakang."

"Pftttt... Ahahahahaha."

"Dih gila..." Setelah mengatai Aera, Mark tahu pasti kenapa partnernya itu tertawa. "Sinting ya lo, udah bikin gue panik."

"Ahahahahahaha, maaf Mark."

"Apasih, gue gak ngerti."

"Nih anak Sinting ngerjain gue, Bang. Bilang curiga sama orang, gue tanya 'seragam' dia ngangguk. Gue udah panik, takut keciduk."

"Jail juga ya lo."

"Hehe, Bang Wonu kayak gak tahu aja."

"Emang gue kagak tahu."

"Hihi... Btw, anterin gue ke RS ya."

"Ngapain lo ke RS?"

"Ada lah, mau tahu aja sih lo."

Mark mendelik. "Bang turunin nih anak disini aja, Bang. Gedeg gue dikerjain mulu."

***

Heloooo epribadeh...
Aku kemaren abis sakit, baru bisa lanjut ini sekarang mumpung bocil lagi bobo ciang.
Hihi...

HOUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang