31. cerita tengah malam

119 15 4
                                    


Haiii apa kabar, udah lama mak gak update ya huhu. Maaf bgt malah fokus di cerita sebelah. Lagi fress ide nya. Tapu tenang, jangan khawatir, pasti cerita ini dilanjut kok.

Happy reading💚

***

Sebulan sudah berlalu, kehidupan keluarga beranggotakan 7 orang ini masih dengan aktifitas nya masing-masing. Taeil dengan pekerjaannya, Johnny yang mulai membantu di perusahaan, Taeyong yang semakin sibuk di akhir-akhir semester. Jaehyun yang juga mulai sibuk dengan organisasinya, serta dua bungsu yaitu Haechan dan Aera yang mulai mempersiapkan ujian akhir. Sedangkan sang Papa, tentu saja semakin jarang terlihat karena sibuk dengan pekerjaannya, apalagi beberapa waktu lalu perusahaannya itu baru saja menjalankan proyek yang besar.

Siang hari, di sekolah tentunya ada waktu makan siang. Haechan juga ada di sana, bersama Jeno dan Renjun, sedangkan Jaemin... Entahlah, Haechan juga tak tahu kemana anak itu, yang pasti Jaemin lebih sering terpisah dari 3 temannya itu. Atau lebih tepatnya, anak itu memilih menemani Aera, saudari tiri Haechan.

Apa perasaan Haechan? Tentu ia kesal. Pikirnya Aera mulai mempengaruhi Jaemin untuk menjauh dari teman-temannya sendiri. Ditambah lagi, ia masih terpikir ucapan kakaknya yang bilang bahwa Aera akan cepat pergi tapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda sedikitpun untuk Aera pergi dari rumahnya.

"Dia kenapa sih?" Tanya Renjun pada Jeno yang jelas-jelas tak tahu jawabannya seperti dirinya.

"Lo tanya aja deh, dari kapan hari tumben banget kan ngelamun mulu."

Renjun menjentikan jarinya di depan muka Haechan, tapi tak berhasil. Anak itu masig melamun. Jeno yang sudah greget juga akhirnya menepuk bahu Haechan, niatnya pelan tapi tenaganya tidak mudah dikontrol ternyata. Berakhir Haechan mengaduh kesakitan.

"Apa-apaan sih lo? Sakit banget gilaaaa."

"Eh sorry-sorry. Kekencengan ya." Jeno meringis sambil menatap tangannya.

"Iya lah bege."

"Lo kenapa sih, Chan?"

"Apa nya yang kenapa?" tanya Haechan balik sambil menatap Renjun yang ada di depannya. "Gue gak kenapa-kenapa."

"Yakin? Lo gak lagi mikirin yang aneh-aneh kan?"

"Yang aneh-aneh apaan? Kagak ada. Dah lah, bentar lagi bel. Ayo masuk." Haechan beranjak dan pergi yang tentunya diikuti oleh dua temannya.

Waktu berjalan cepat, jam pelajaran terakhir juga sudah berakhir. Langit masih cerah, masih terasa cukup panas. Haechan pulang dengan bis kali ini. Motornya masuk bengkel. Renjun dibonceng Jeno saat berangkat jadi Haechan tidak bisa nebeng salah satu temennya. Jaemin? Anak itu akhir-akhir ini sering membawa Aera di belakangnya.

Dan kebetulan sekali, orang yang dipikirkannya barusan lewat di depan matanya.

"Emang parasit."

Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri nya. "Kamu gak suka kan sama dia?" Haechan menoleh. "Anda berbicara dengan saya?"

"Tentu."

"Kamu benar-benar benci kan sama dia?"

"Siapa?"

"Orang yang diboncengan barusan."

"Ya, benci banget."

"Mau bekerja sama?"

"Apa?"

***

Aera berjalan memasuki rumah, masih sepi. Kakak-kakaknya belum ada di rumah. Aera berjalan ke kamar, mengganti pakaian dan langsung melakukan tugasnya seperti dulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang