1. Puasa

1.3K 126 54
                                    

Siang yang terasa menyengat membuat siapapun yang berada di bawahnya pasti ingin segera berteduh. Mencari tempat sejuk dengan didampingi sebotol minuman dingin.

Rasanya pasti sangat segar.

Itu pula yang ada pada pikiran seorang gadis bernama Jung Aera. Ia meneguk ludahnya saat melihat teman satu kelasnya yang berbondong-bondong ke kantin lalu membeli dan meminum minuman yang pasti lah sangat segar jika melewati tenggorokannya.

Aera menghembuskan napasnya kencang. Menjilat bibirnya yang kering dan berjalan berlawanan arah dari kantin.

Aera menyesal telah melupakan botol minumnya, dan lagi... Ia tak memiliki uang untuk membeli minuman itu.

Heyyyy, bukankah keluarganya kaya?

Benar, tapi sayang, uang jajannya tak pernah ia terima. Uang jajan dari Ayahnya hanya sampai pada tangan kakaknya, Jung Taeil.

Aera tak pernah mendapatkan uang jajannya sejak ia tinggal di sana. Tinggal dengan keluarga barunya saat ia berumuh enam tahun.

.

.

Aera menelungkupkan wajahnya di atas meja. Mencoba tertidur di saat yang lain berada di kantin. Tapi ternyata tak bisa. Perutnya merasakan lapar dan tenggorokannya haus.

Aera akhirnya keluar, berjalan ke lorong yang berada di pojok sana dan memasuki pintu yang diatasnya terdapat papan kecil dengan tulisan toilet.

Apa yang kalian pikirkan jika seperti ini?

***

"Bunda gak sayang lagi sama aku?"

Aera menatap foto sang Bunda yang terlihat dalam ponselnya. Ponsel keluaran lama yang tak pernah ia ganti. Aera menutupnya dan mendongak, menatap pada langit jingga sore hari yang indah. Merasa hidupnya tak akan pernah seindah langit jingga di atas sana.

Aera beranjak bangun, mulai melangkah dalam hening dengan lemas. Ia malas untuk pulang, tapi... Jika ia tak pulang, kemana ia harus mencari tempat untuknya sekedar berteduh? Ia tak punya tempat lain. Ia tak punya teman dan juga saudara. Aera merasa dirinya benar-benar hanya sendirian.

Tiga puluh menit Aera berjalan sendiri, langit telah menggelap dan matahari telah tenggelam. Kakinya telah menapaki teras rumah, melangkah lebih dalam hingga pintu besar kini berada di hadapannya. Mendorongnya perlahan hingga terbuka.

Brak!

Aera terdiam mematung, kepalanya menunduk dalam seiring dengan sebuah suara yang terasa dingin masuk ke pendengarannya. "Keluyuran lagi, huh? Lo bukannya beresin rumah bantuin Bibi malah keluyuran sampe jam segini! Lo gak kasihan tuh sama Bibi Im hah? Dia udah tua harusnya ada yang bantuin."

"Maaf, K-kak. Ayi pulang telat."

"Gak ada maaf buat lo! Langsung ke belakang, ngepel, nyapu, terus masak buat makan malem. Harus selesai sebelum makan malem!"

"Iya, Kak."

"Yaudah gih, cepetan. Kenapa masih aja di situ?"

Aera bergerak cepat, melewati ruang tamu dan ruang keluarga lalu memasuki kamar untuk menyimpan tasnya. Ia tak punya waktu banyak untuk sekedar mengganti pakaian.

Dengan cepat, Aera benar-benar melakukan perintah kakak nya itu. Bergerak tanpa henti bahkan sekedar untuk minum pun, ia tak ada waktu.

Waktu terus berjalan, Bibi Im yang kasihan pada nona nya itu sedang memasak dan segera dibantu oleh Aera setelah gadis itu beres dengan kegiatan sebelumnya yang menguras tenaga.

"Bi, udah... Ini biar Ayi yang lanjutin, nanti Bibi dimarahin kakak kalo ketahuan."

"Iya, Non. Itu udah mau mateng sup nya. Tinggal dicobain, takutnya ada yang kurang."

"Iya, Bi. Makasih udah bantuin Ayi."

Bibi Im hanya tersenyum dan berlalu pergi. Aera segera mencicipi sup sesuai dengan apa yang Bibi Im bilang, menambahkan sedikit bumbu yang ia rasa kurang. Lalu segera menyiapkannya dan menaruh di meja. Berlanjut pada masakannya yang lain.

Aera menggoreng telur sambil sesekali memegang perutnya yang meronta kelaparan saat mencium bau masakan. Aera hanya bisa meringis sambil menggigit bibir bawahnya.

"Udah siap belom?" Aera tersentak saat sebuah suara terdengar. Berbalik dan mendapati satu kakak nya yang sudah duduk di meja makan diikuti yang lainnya.

"S-sebentar, Kak." Aera segera menaruh telur dadar itu ke piring dan segera menyimpannya di meja. Setelahnya, Aera menarik kursi dan ingin duduk, tapi gerakannya tertahan.

"Lo mau ngapain?"

Aera menoleh pada Jaehyun dan berucap lirih, "mau duduk, Kak."

"Gak! Bisa hilang napsu makan gue. Sana ke belakang, lo makan nanti."

Dengan lemas, Aera berjalan kembali ke dapur. Ia mengambil air dari kulkas dan meminumnya. Aera menggenggam botol minumnya yang dingin dengan erat.

Aera mengusap perutnya sambil berucap, "perut, kita puasa lagi ya."

Terlalu sering untuk Aera yang tak pernah mendapat makanannya dengan layak. Ia hanya memakan-makanan sisa, malah terkadang ia tak mendapatkan apapun seperti yang akan ia duga malam ini.

Mata sendunya hanya bisa menatap mereka yang makan dengan lahap tanpa memikirkan ia yang kelaparan di sana.





***

Aera, sini nak. Mama masakin makanan biar kamu gak kelaperan :')

Ps: Ayi itu panggilan kecilnya.

28 Jun 19
Rinmy98

HOUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang