8. Tanpa kabar

366 38 9
                                    

Happy Reading

.

.

.

Mingyu dan Wonwoo, keduanya berhasil masuk ke universitas yang mereka inginkan. Senang ? Tentu saja. Apalagi keduanya berjanji akan terus bersama dan saling menjaga apapun yang terjadi. Lagipula Wonwoo masih belum mengingat apapun kejadian dimasa lalu dan itu membuat Mingyu enggan untuk meninggalkannya. Sejauh ini Mingyu berharap bila Wonwoo tidak lagi mengingat kejadian dimasa lalu yang nantinya takut mempengaruhi kehidupannya yang sekarang.

Melihat keceriaan dan kesenangan Wonwoo saat ini saja membuat Mingyu sangat bersyukur. Ia kira Wonwoo akan meninggalkannya dan tidak akan bersamanya lagi. Sungguh, Mingyu merasa bahwa Tuhan sangatlah baik kepada keluarganya. Setelah melihat perjuangan Wonwoo demi mendapatkan kebahagiaannya, Mingyu tanpa sadar telah berjanji untuk tidak mengecewakan siapapun terutama Wonwoo. Hanya Wonwoo yang mengerti akan dirinya.

Setelah mengantarkan Seungcheol ke bandara, pria tampan itu tak pernah memberikan kabar satu kalipun. Bisa dibilang sulit untuk dihubungi, entah karena sibuk atau terjadi sesuatu ? Tidak. Mereka tidak ingin mendengar kabar buruk apapun dari Seungcheol. Setiap hari baik keluarga Seungcheol dan Wonwoo tak hentinya merapalkan doa untuk kebaikan Seungcheol.

"Eomma apa sudah ada kabar mengenai Seungcheol hyung ? Tidakkah disana banyak sekali kenalan appa dan tidak mungkin jika mereka tidak menemukannya." tanya Mingyu yang kesekian kalinya.

Sebagai seorang adik yang dekat dengan sang kakak, tak hentinya Mingyu memikirkan kakak satu-satunya itu. Meskipun Seungcheol selalu membuatnya kesal dan bertindak seenaknya, namun ia sangat takut untuk kehilangannya. Apalagi Seungcheol yang selalu merawat dirinya ketika ia jatuh sakit, ya bisa dikatakan ia lebih dekat dengan sang kakak dibandingkan dengan kedua orang tuanya.

Gelengan sang ibu sukses membuat Mingyu harus mengulum rasa kecewa. Kecewa atas ibunya yang memberikan jawaban tidak seperti diinginkan. Maklum jika ibunya memberikan jawaban seperti itu, memang kenyataanya tak mudah mencari keberadaan satu orang di negara lain. Bukan dinegara lain saja, dinegara sendiri saja akan sangat sulit untuk dicari.

"Bolehkah aku pergi kesana, eomma ? Aku ingin mencarinya sendiri." ujar Mingyu membuat sang ibu yang tengah bersandar dikasur miliknya seketika itu langsung terkejut dengan keinginan sang putra bungsu.

Tentu saja Nyonya Kim tidak setuju akan keinginan anaknya yang satu ini. Tidakkah Mingyu memikirkan bagaimana perasaannya ini ? Anak sulungnya tak pernah ada kabar, dan sekarang anak bungsu yang selalu ia jaga dengan baik akan menyusulnya dan mencarinya ? Apakah Mingyu tidak lagi memikirkan perasaannya ? Bahkan ia jatuh sakit seperti ini akibat memikirkan anak sulungnya.

Nyonya Kim langsung menarik kedua tangan sang anak bungsu dan menggenggamnya erat, "Tidak sayang. Kau tidak boleh pergi kesana, kita serahkan saja semuanya kepada Tuhan dan orang-orang yang mencarinya. Memangnya kau saja yang khawatir ? Eomma juga sama dan bahkan eomma yang melahirkannya. Jadi eomma mohon jangan membuat eomma takut, Mingyu-ya."

"Aku hanya ingin Seungcheol hyung, eomma." lirih Mingyu sebisa mungkin menahan isakannya, bahkan kedua matanya sudah memerah. Ia tidak ingin menangis didepan ibunya dan menambah beban ibunya.

Lagi-lagi Nyonya Kim menarik tubuh Mingyu kedalam pelukannya dan memeluknya untuk menenangkannya. Hanya ini satu-satunya cara agar Mingyu bisa tenang dan tidak memikirkan hal yang macam-macam. Tidak dapat dipungkiri jika Mingyu teramat khawatir dengan sang kakak, apalagi keduanya sangat dekat dan banyak menghabiskan waktu bersama.

[S2] The Beginning Of Spring [SEQUEL / END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang