27. Kekecewaan yang tak dapat ditukar oleh nyawa

316 50 10
                                    

Happy Reading

.

.

.

Wonwoo tak akan pernah marah ketika Mingyu mencekiknya dengan erat. Bila memang ia mati detik ini juga, ia akan menerimanya. Tak apa bila Mingyu membunuhnya, toh memang sudah sewajarnya. Bukankah Mingyu yang mengatakan bahwa dirinya adalah pembunuh ? Pembunuh kedua orang tuanya dan juga penyebab dari kehancuran hidupnya.

Sakit yang disertai rasa sesak dan sulit untuk bernapas, Wonwoo hanya bisa pasrah tanpa perlawanan. Biarlah Mingyu melakukan apapun yang ia senangi, namun ia juga takut bila Mingyu benar-benar mengotori tangannya telah membunuhnya. Bagaimanapun ia teramat menyayangi Mingyu dan tidak ingin saudaranya ini mengalami kejadian yang sama seperti dirinya, yaitu mendapat gelar pembunuh padahal ia tidak pernah melakukan hal keji tersebut.

Sorot mata tajam dan penuh kebencian Wonwoo melihatnya dengan jarak yang begitu dekat, "Kau tahu aku sangat membencimu ! Kenapa kau harus mengacaukan hidupku dengan cara seperti ini ? Dan bahkan kau menjadi pembunuh kedua orang tuaku !" ucap Mingyu tak ada niatan untuk melepaskan kedua tangannya pada leher Wonwoo yang telah membuat sang empunya semakin kesulitan untuk meraup oksigen.

"___rasa kecewaku bahkan tak dapat mengembalikan kedua orang tuaku dan bahkan nyawamu saja tidak ada artinya untukku." lagi Mingyu berucap. Kali ini ia langsung melepaskan kedua tangannya pada leher Wonwoo dan membuat Wonwoo sedikit tersungkur dibuatnya.

Akankah Mingyu memaafkannya ? Pikirnya. Wonwoo masih mencoba menenangkan diri sembari menetralkan napasnya. Ia tidak menduga bahwa Mingyu akan berbaik hati padanya dan tak membunuhnya. Padahal memang ia berharap Mingyu membunuhnya sebagai pelampiasan atas kekecewaannya. Tunggu ! Mengapa ia harus kecewa ? Bukankah seharusnya ia yang senang karena ia masih diberi kesempatan untuk hidup ?

"Gyu..." Wonwoo mencoba memberanikan diri untuk memanggil nama yang sudah ia rindukan selama ini. Nama seseorang yang sangat berarti di hidupnya, meskipun pada akhirnya ia sendiri yang mengacaukannya. Anggap saja ia tidak pernah bersyukur tentang apa yang telah didapatkan.

Mingyu menatap kearah Wonwoo dengan tatapan tak suka. Ya benar-benar tak suka, "Apa lagi ? Sebaiknya kau pergi dan tidak pernah menemuiku lagi ! Lebih baik kita tidak saling mengenal ataupun bertemu, aku takut kau melakukan kesalahan yang sama pada keluarga baruku."

Keluarga baru ? Ah benar, sekarang Mingyu tinggal bersama keluarga barunya yang cukup sederhana. Mungkinkah memang benar jika sekarang Mingyu bahagia ? Lalu bagaimana dengan dirinya yang menanti kepulangannya kembali ke rumahnya dan merasakan kehangatan keluarga ?

"SUDAH AKU KATAKAN, AKU TIDAK AKAN MEMAAFKANMU JEON WONWOO !" Teriaknya yang mungkin terdengar ke tempat Nyonya Lee berada. Alasannya Mingyu berteriak karena Wonwoo mendekat kearahnya dan dengan refleks ia mendorongnya sekuat tenaga. Membuat Wonwoo lagi-lagi tersungkur dan kedua telapak tangannya mendapatkan luka akibat menahan tubuhnya pada tembok yang cukup kasar.

Mingyu menarik napasnya cukup dalam ketika emosinya semakin memuncak, "___DAN BAHKAN KAU MATIPUN TIDAK DAPAT MENGEMBALIKAN KEDUA ORANG TUAKU ! KAU HANYALAH PEMBAWA SIAL DALAM HIDUPKU !" Teriaknya kembali dan tak peduli dengan keadaan Wonwoo yang masih tersungkur menahan rasa sakit pada tubuhnya. Mingyu benar-benar sangat kencang mendorongnya sampai ia tak dapat menahan tubuhnya sendiri, alhasil ia terluka.

[S2] The Beginning Of Spring [SEQUEL / END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang