12. Takdir yang tak dapat dihindari

308 35 12
                                    

Happy Reading

.

.

.

"Apa maksudmu ? Mengapa kau mengatakan ini padaku ? Aku sungguh tidak mengerti dengan perkataanmu ini." ucap Mingyu tak mengerti maksud dari perkataan yang Wonwoo katakan. Kebohongan apa yang Wonwoo maksud ?

Lagi-lagi Mingyu harus melihat ekspresi kebencian dari saudaranya ini, "Kau benar-benar sangat bodoh ! Dengarkan aku baik-baik ! Selama ini aku telah berbohong tentang aku yang amnesia. Aku tidak pernah mengalami amnesia dan aku ingat semua yang pernah kalian lakukan padaku ! Jadi sekarang, aku tidak harus berbohong lagi pada kalian."

Tanpa bisa ditahan lagi Mingyu meraih baju Wonwoo dan mencengkram kerah bajunya dengan erat, "JANGAN BERCANDA ! AKU TAHU KAU SEDANG MENJAHILIKU !" marahnya dan tak peduli jika Wonwoo akan kesulitan bernapas karenanya.

"APAKAH AKU TERLIHAT MENJAHILIMU !" teriak Wonwoo sembari memperlihatkan sorot mata yang sangat tajam membuat Mingyu tak dapat menghindarinya. Melihat bagaimana marah dan seriusnya Wonwoo, Mingyu percaya bahwa perkataan Wonwoo memang benar adanya. Tidak ada kebohongan dibalik perkataannya. Mengapa Wonwoo harus melakukan hal ini ? Membohongi semua orang dengan rencananya sendiri.

Mingyu membantingkan tasnya keatas sofa begitupun dengan dirinya yang duduk tak jauh dari tempat tasnya berada. Hari ini entah mengapa ia sangat lelah, tidak seperti biasanya. Biasanya ia tidak pernah merasakan selelah ini. Ah apakah karena ia telah bertengkar dengan Wonwoo sampai harus berteriak dan saling menyalahkan ? Bahkan Wonwoo mengabaikannya dan tidak peduli dengannya. Hanya saja satu yang Mingyu lihat, Wonwoo terlihat sangat putus asa.

Tunggu ! Mengapa Wonwoo seperti ini ? Apa yang membuat ia seperti itu, mungkinkah karena Wonwoo putus asa tidak mendapat kabar tentang Seungcheol ? Tidak seharusnya Wonwoo bertindak seperti ini, apalagi sampai menyalahkan orang lain. Memangnya hanya Wonwoo saja yang putus asa ? Dirinya juga sama. Belum lagi Mingyu yang harus melihat ibunya jatuh sakit akibat memikirkan keberadaan Seungcheol.

Apa yang Wonwoo lakukan tadi berdampak pada kepalanya. Ya. Kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit setelah memikirkan kembali perbuatan Wonwoo tadi. Mingyu tidak percaya bahwa saudaranya itu bisa dengan mudah mengatakan kalimat yang tidak seharusnya ia katakan. Mingyu semakin berpikir, apa ada yang mengganggunya ? Maksudnya ada seseorang yang tidak menyukainya sampai harus membuat Wonwoo seperti itu.

Ah, mengapa tadi ia tidak menenangkan Wonwoo dan membuatnya mau menceritakan yang sebenarnya telah terjadi. Bodoh. Seharusnya ia tidak ikut terpancing emosi dan membuat Wonwoo membencinya, begitupun membuat suasana menjadi mencekam. Mungkin jika tadi ia tidak ikut emosi, besar kemungkinan Wonwoo tidak akan seperti ini bukan ?

Haruskah ia menghubungi Wonwoo dan meminta maaf kepadanya ? Akankah Wonwoo mau berbincang dengannya setelah yang terjadi diantara keduanya ? Bagaimana bisa ia menjadi seperti ini dan egois tanpa memikirkan perasaan Wonwoo ? Ini memang bukan salah Wonwoo seluruhnya, ia ikut terpancing emosi karena terlalu banyak pikiran yang ia pikirkan. Semuanya tentang sang kakak yang tak kunjung ditemukan keberadaannya.

Tak ingin berlama-lama menyimpan rasa bersalah terhadap Wonwoo, Mingyu pada akhirnya memberanikan diri untuk mencoba menghubunginya. Mingyu merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih yang ia letakan pada saku celananya. Setelah berhasil, ia langsung mendial salah satu nomor yang berada diponselnya. Siapa lagi jika bukan Wonwoo, mau tidak mau ia harus bisa mengutarakan permintaan maaf kepada saudaranya tersebut. Mingyu tidak ingin Wonwoo membencinya dan kesalahan dimasa lalu terulang kembali.

[S2] The Beginning Of Spring [SEQUEL / END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang