Happy Reading
.
.
.
Pagi ini Wonwoo tengah bersantai, tidak ada hal yang sedang ia kerjakan. Sedari setengah jam yang lalu ia hanya sibuk berbaring sembari memainkan benda pipih kesayangannya. Tentu saja ponsel. Setiap hari ia tidak pernah absen menghubungi Mingyu ketika keduanya tak bertemu, seperti layaknya tengah menjalin hubungan asmara. Tetapi memang kenyataannya seperti itu, keduanya saling menjaga dan telah berjanji untuk tidak meninggalkan. Oleh karena itulah keduanya menjadi seperti ini.
Dan sampai detik ini, Wonwoo tidak mengerti mengapa dirinya bisa menerima Mingyu dan keluarga yang sering kali menyakitinya terutama sang ibu. Permasalahan dimasa lalu Wonwoo masih merasakannya sampai saat ini dan sampai ia tidak dapat melupakannya begitu saja. Bahkan dalam tidur sekalipun, permasalahan mengerikan itu tak hentinya menghantuinya seolah sangat senang mempermainkannya. Wonwoo lelah dan berharap tidak pernah terbayangi oleh masa lalu sedikitpun, meskipun ia harus pura-pura amnesia.
Begitupun dengan Mingyu yang sudah seperti kembaran baginya. Wonwoo akui ia sangat keras kepala untuk tidak menerima Mingyu disampingnya atas dasar bahwa ia adalah seorang pembawa sial, namun nyatanya takdir berkata lain. Takdir seolah tidak membiarkan ia menjauh dari seorang Kim Mingyu yang pada akhirnya mendekatkan dirinya kepada sang ayah kandung. Ayah yang bahkan tidak pernah ia ketahui keberadaannya.
Sejak saat itu Wonwoo menyadari bahwa takdir Tuhan memanglah sangat indah, sekaligus membuat ia sangat bingung.
Tanpa Wonwoo sadari seseorang masuk kedalam kamar yang bernuansa klasik sembari menyunggingkan senyum hangatnya melihat putera satu-satunya yang terlihat sibuk dengan ponselnya, tanpa menyadari kehadirannya. Nyonya Kim, mendudukkan tubuhnya tepat dipinggir tempat tidur milik sang anak membuat Wonwoo bangkit dari pembaringannya dan memilih untuk duduk menghadap sang ibu. Wonwoo menyesal tidak menyadari kehadiran sang ibu atas kesibukannya bermain ponsel.
"Apakah eomma mengganggumu ?" tanya Nyonya Kim dengan halus seolah tidak ingin mengganggu sang anak. Apalagi sejak masuk kedalam kamar ini, ia lihat Wonwoo tengah menikmati masa liburnya. Harusnya ia membiarkan Wonwoo istirahat dan membatalkan rencananya.
Wonwoo menggeleng pelan, "Maaf tadi aku terlalu sibuk membalas pesan dari Mingyu. Oh eomma belum berangkat bekerja ? Padahal biasanya eomma sudah berangkat dari pagi sekali." ah benar yang dikatakan oleh anaknya ini, ia memang sering kali berangkat sangat pagi sampai sering tidak berpamitan pada sang anak. Mungkin kebiasaan dulu yang sulit untuk dihilangkan sebelumnia menerima kehadiran Wonwoo seutuhnya. Mungkin saat ini anaknya sangat risih melihat ibunya yang seperti ini, seharusnya ia merubah kebiasaanya itu kan ?
"Maukah kau ikut bersama eomma ke kantor ? Mungkin ini terlalu mendadak untukmu, tapi eomma ingin mengenalkanmu pada orang-orang dikantor. Sebelum semuanya terlambat." ragu. Itulah yang Nyonya Kim rasakan. Bukan ia tidak sayang pada anaknya dan terus menyembunyikan Wonwoo dari publik, hanya saja ia takut orang-orang banyak membenci Wonwoo dan menghujatnya. Apalagi anak ini terlalu banyak melewati masa sulit seorang diri.
Wonwoo tidak mengerti dengan perkataan sang ibu. Apa maksudnya sebelum terlambat ? Memang ibunya akan pergi kemana ? Tidak. Wonwoo tidak ingin kehilangan wanita cantik itu, apalagi ia baru saja menikmati masa-masa indah bersamanya. Jujur saja Wonwoo masih belum puas menikmati kasih sayang dari sang ibu, ia ingin lebih banyak mendapatkan kasih sayang yang baru saja ia dapatkan dari sang ibu tercinta. Tidak bisakah ibunya memikirkan perasaannya saat ini, bahwa ia tidak ingin berpisah dengannya ?
KAMU SEDANG MEMBACA
[S2] The Beginning Of Spring [SEQUEL / END]
FanfictionSeberapa keras kau menyembunyikan rahasia itu, tetap saja akan terbongkar dengan perlahan. Kau tahu ? Orang-orang terdekatmulah yang akan lebih terluka mengetahui fakta tersebut. Apa kau merasa bersalah ? Tidakkah kau memikirkan kembali apa yang tel...