Happy Reading
.
.
.
"Eomma... Maaf jika aku tak sempat membahagiakanmu dan malah membuatmu terluka atas ketidaksempurnaanku."
Nyonya Kim tak hentinya menutup kedua matanya erat menahan sesak didada sekaligus menahan air mata yang tiba-tiba saja hendak keluar kembali sesaat setelah perkataan Wonwoo lagi-lagi menghantuinya. Mengapa semua ini harus terjadi padanya? Tidak bisakah Tuhan memberikan dirinya sesuatu hal yang membuatnya benar-benar merasakan kebahagiaan dalam waktu yang lama? Jika dipikir lagi, banyak dosa yang telah ia perbuat selama ini. Lalu, haruskah ia mendapatkan balasannya seperti ini?
Orang yang benar-benar sangat ia sayangi satu persatu pergi menghadap sang pencipta, begitupun dengan anak semata wayangnya yang mungkin sekarang tak lagi merasakan sakit akan kejamnya dunia. Tak hanya kepergian mereka, sekarangpun ia harus menghadiri salah satu sidang yang ada sangkut pautnya dengan kejadian dimasa lampau. Tentang kematian seseorang yang menjadikan anak semata wayangnya menjadi pelaku atas kematian orang tersebut.
Hati ibu mana yang tidak terluka saat anaknya baru saja selesai dikebumikan, selang satu hari harus menghadiri sidang yang sama sekali tidak penting. Baginya persidangan ini hanya akan menyakiti perasaan sang putera tercinta. Bagaimana bisa anaknya pergi dengan urusan dunia yang belum terselesaikan seperti ini. Ingin rasanya ia memaki orang-orang yang dengan seenaknya bersikap semena-mena dan tidak memikirkan bagaimana hati seorang anak yang sudah tak ada lagi didunia ini.
"Eomma kau baik-baik saja? Haruskah kita pulang saja?" Soonyoung berucap sembari ia menggenggam salah satu tangan halus milik ibu sahabatnya ini. Meskipun Soonyoung belum mengikhlaskan kepergian sang sahabat, namun ia harus mencoba kuat dihadapan ibu sahabatnya ini. Jika bukan dirinya yang menguatkan sang ibu, siapa lagi?
Nyonya Kim tak menanggapi, wanita cantik itu masih betah menutup kedua matanya erat. Walaupun tangannya membalas genggaman dari Soonyoung. Andai saja ia bisa menjawab dengan jujur bahwa ia tidak baik-baik saja, akankah pikiran tentang sang anak akan hilang begitu saja? Tidak bukan?
Bukan Nyonya Kim terlihat begitu tegar seolah tidak terjadi apapun terhadap sang anak, hanya saja ia mencoba untuk tegar dihadapan keluarga Lee Jihoon. Terutama Nyonya Lee yang terlihat begitu senang diatas penderitaannya kali ini. Wanita angkuh itu terlihat begitu bahagia setelah mendengar kabar bahwa anak yang mencelakainya ikut menyusul anaknya dan tak ada lagi didunia ini. Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa kematian sang anak bukanlah karena sakit, melainkan bunuh diri.
"Aku tidak sabar mendengar bagaimana hasil dari persidangan ini. Aku yakin bahwa anakmu adalah pembunuh anakku. Pasti sekarang Tuhan tengah menghukumnya." Lagi Nyonya Lee berkata dengan angkuh seolah dirinya yang paling tahu.
Baik Soonyoung maupun Nyonya Kim keduanya tak tertarik dengan perkataan Nyonya Lee. Biarlah wanita angkuh itu berkata demikian dan paling tahu, toh memang tak ada gunanya menanggapinya. Mereka sama gilanya jika ikut menanggapi apa yang dikatakan wanita angkuh itu, jadi lebih baik diam.
"Saksi silahkan masuk." Perkataan Hakim membuat Nyonya Lee dibuat terkejut ketika dalam hitungan detik muncul seseorang yang sangat ia kenal dimasa lalu, masa dimana orang itu masih bekerja dengannya.
Tak berselang lama saksi yang dimaksud hakim langsung duduk dan siap memberika kesaksiannya dihadapan orang-orang yang hadir dalam persidangan ini. Nyonya Kim yang semula menutup kedua matanya, kali ini ia melihat dengan jelas seseorang yang baru saja hadir dipersidangan. Hati kecilnya memberikan harapan besar terhadap orang tersebut, hanya orang itu yang dapat mengembalikan nama baik sang anak untuk selama-lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S2] The Beginning Of Spring [SEQUEL / END]
FanfictionSeberapa keras kau menyembunyikan rahasia itu, tetap saja akan terbongkar dengan perlahan. Kau tahu ? Orang-orang terdekatmulah yang akan lebih terluka mengetahui fakta tersebut. Apa kau merasa bersalah ? Tidakkah kau memikirkan kembali apa yang tel...