34. Sebuah Hukuman ?

195 27 9
                                    

Happy Reading

.

.

.

Setelah aku bertemu denganmu, mataku terbuka,
aku melihat ruang kosong ini
aku akan mengisi ruang kosong ini
Aku tidak tahu bahwa hidup untuk orang lain bisa membuatku bahagia
Sekarang aku akan berada disana

.

.

.

Kedua matanya sembab setelah semalaman tak hentinya menangis. Menangisi kepergian sang adik tercinta untuknya. Ia, Kim Seungcheol merasa bahwa dirinya telah gagal menjadi kakak yang baik untuk sang adik. Diakhir hayatnya, sang adik justru mengkhawatirkannya ketimbang mengkhawatirkan dirinya sendiri. Dan lagi selama ini ia tidak mengira jika dirinya memiliki seorang adik yang cukup berpengaruh pada kepribadiannya.

Tidak dapat dipungkiri dulu sebelum mengenal Wonwoo sampai ia sempat membencinya, ia tidak pernah sekalipun bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan berikan. Ketika dirinya marah saja, ia tidak dapat mengontrol emosinya. Bahkan sampai melukai kedua sahabat sang adik hingga menyuruhnya untuk tidak menemuinya, bukankah itu sangat kejam dan tidak memiliki hati nurani?

Setelah kecelakaan itu Seungcheol semakin bertambah sadar bahwa selama ini dirinya terlalu egois untuk sesosok manusia lemah seperti dirinya. Sampai Tuhanpun menegurnya dengan cara sedemikian rupa. Mungkin jika bukan karena Jeonghan, ia tidak akan bisa kembali ke negeri kelahirannya sendiri dan akan tersesat dinegeri orang.

"Hyung aku tahu kau adalah kakak yang baik. Aku sangat yakin jika kau akan menjadi kakak yang akan selalu ada untuk adiknya, dimanapun kau berada. Begitupun juga dengan Mingyu yang akan selalu bangga memiliki kakak seperti dirimu, kau sangat pekerja keras dan tidak mudah menyerah. Bolehkah aku berkata jika kau sangat keren, Kim Seungcheol hyung. Aku akan selalu bangga padamu selamanya, karena kau adalah panutanku."

"Bagaimana jika sumber penyemangatku pergi dan aku kembali kehilangan arah? Siapa yang akan menyadarkanku selain Jeonghan?"

"Tentu saja Mingyu. Bukankah dia adalah adik kesayanganmu, hyung?"

"Tidak Wonwoo. Hanya kau sumber penyemangatku. Kaulah yang telah mengubahku menjadi pribadi yang sekarang ini. Berkatmu aku menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, lebih bisa menjaga emosi dan juga lebih menghargai keberadaan orang lain. Hanya kau yang menjadi penyemangatku, jadi bertahanlah."

Lagi-lagi air mata kembali membasahi kedua pipinya setelah percakapan itu hadir kembali diingatannya. Percakapan beberapa hari sebelum Wonwoo pergi untuk selamanya. Sangat disayangkan sekali saat itu ia tidak diberi kesempatan untuk berterima kasih padanya, walaupun Wonwoo tahu bagaimana isi hatinya untuknya.

Seungcheol mematung ditempatnya saat ini ketika didekatnya berdiri seseorang yang sangat ia rindukan. Keluarga satu-satunya yang masih bertahan didalam dunia yang penuh luka liku. Seseorang itu hanya dapat mematung tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pasti ia tidak akan mengira bahwa kakak yang selama ini tidak diketahui keberadaannya masih hidup dan sehat.

"Kau Seungcheol hyung?" Pertanyaan macam apa itu yang keluar dari mulutnya. Siapa lagi jika memang benar ia adalah kakaknya sendiri. Kakak yang telah meninggalkan sang adik sebatang kara seperti ini. Dan lagi Seungcheol kembali merasa menyesal karena telah bersembunyi cukup lama.

[S2] The Beginning Of Spring [SEQUEL / END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang