20. Sebatas mimpi

233 34 7
                                    

Happy Reading

.

.

.


"Sudah aku bilang kan jangan melupakan jaketmu, Kim Wonwoo. Kau ini selalu menyiksa tubuhmu." omel seseorang dengan wajah kesalnya sekaligus membawa satu jaket berwarna baby blue kesukaan orang yang tengah ia omeli, siapa lagi jika bukan Wonwoo.

Pagi ini memang Wonwoo pergi berjalan-jalan seorang diri tanpa mengajak satu orangpun. Ia memang sengaja melakukannya karena ingin menikmati waktu sendiri untuk menikmati hari libur yang tidak pernah ia lakukan seorang diri. Ralat, bukan ia tidak pernah. Hanya saja dulu ia memang selalu pergi seorang diri sekedar menangkan diri dari berbagai masalah yang menimpanya, katakan saja kurang menikmati waktu sendirinya.

Sedangkan sekarang, sangatlah berbeda. Wonwoo benar-benar menikmati waktunya seorang diri tanpa beban pikiran seperti yang dulu ia rasakan. Wonwoo sangat menikmati rasanya hidup diperlakukan baik oleh orang-orang yang selama ini ia inginkan kehadirannya. Meskipun terkadang apa yang ia lakukan cukuplah salah dan ia yakin bila kebahagiaan ini akan sirna dengan cepat.

Kebohongan ini tidak akan bertahan lama yang mungkin sebentar lagi ia tak akan lagi dapat membuat skenario yang seperti ini. Wonwoo tidak ingin terus berbohong kepada orang-orang yang sudah menerima kehadirannya dengan baik. Sudah cukup sampai disini kebohongan yang mungkin saja bisa membuat mereka kecewa. Jadi, wonwoo berharap mereka tetap sama dan tak lagi membencinya seperti sedia kala.

"___kau melamun !" tambahnya lagi membuat Wonwoo tersadar dari lamunannya.

Wonwoo menyunggingkan senyuman terbaiknya sembari mengambil jaket baby blue yang berada ditangan seseorang yang cukup berarti dihidupnya. Tak berselang lama ia memakainya dan benar jika cuaca pagi ini sangatlah dingin. Pantas saja hidungnya cukup berair karena dingin. Ah beruntunglah Mingyu membawakan jaket meskipun yakin karena suruhan sang ibu.

"Terima kasih jaketnya." ujar Wonwoo tak lupa berterima kasih pada saudaranya yang terlihat cukup kesal dibuatnya.

Mingyu tak langsung menjawab. Ia melipat kedua tangannya didepan dada sembari menatap keindahan sungai Han dipagi hari. Pagi tadi saat dirinya pergi ke kediaman Wonwoo, Nyonya Kim berkata bahwa Wonwoo pergi jalan-jalan seorang diri dan melupakan jaketnya. Oleh karena itulah Mingyu langsung mencarinya dan tak lupa membawa jaket saudaranya tersebut, tentu saja disepanjang jalan Mingyu tak hentinya mengomel.

"Lain kali jangan lupakan jaketmu. Apa kau sengaja ingin sakit ? Dan tolong bila kau bepergian ajaklah aku !" nyatanya Mingyu masih kesal padanya. Dari nada bicaranya saja masih terdengar kurang ramah. Anak bongsor ini benar-benar tidak sadar dengan badannya, masih saja bersikap seperti anak-anak.

Wonwoo mendelik malas mendengar Mingyu yang tak berhenti mengomel dan terus marah padanya. Ayolah padahal ini hanyalah masalah jaket bukan masalah besar. Jika sudah seperti ini maka siap-siaplah ia yang harus berjuang mengembalikan mood saudaranya ini. Jika dibiarkan terus begini, maka sampai kapanpun Mingyu tidak akan berhenti mengomel.

"Aku mau cari makan. Kau tidak lapar terus mengomeli hal yang tidak penting ?" ajak Wonwoo berharap bila Mingyu berhenti mengomel dan ikut bersamanya mencari makanan sebagai sarapan paginya. Jujur saja saking terburunya Wonwoo melupakan sarapan paginya.

"Hah ?! Tidak penting katamu ? Tentu saja aku lapar, bodoh !"

Sebenarnya Mingyu ini kenapa, pikir Wonwoo. Seharusnya ibunya tidak mengijinkan Mingyu untuk menyusulnya, ini bahkan tidak membuat Wonwoo bisa menikmati waktunya seorang diri. Kehadiran Mingyu ini bahkan membuat dirinya bertambah pusing dibuatnya, "Berhentilah mengomel dan diamlah aku sedikit pusing dengan omelanmu ini, Kim." kesal Wonwoo pada akhirnya setelah kesabarannya telah habis.

[S2] The Beginning Of Spring [SEQUEL / END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang