Happy Reading
.
.
.
Dimalam yang sunyi ini terlihat seseorang berjalan pelan diatas jembatan yang dulu sering kali ia lewati bersama seseorang yang tengah memberinya pelajaran. Pelajaran untuk dirinya sadar dengan apa yang telah ia lakukan selama ini. Sekarang ia sangat sadar dan menyadari bahwa tak seharusnya ia bersikap egois kepadanya, apalagi sampai menjadi orang yang tidak tahu menahu tentang penyakit saudaranya tersebut.
Sakit.
Penyesalan yang lebih dominan daripada rasa sakit itu sendiri.
Ada rasa didalam lubuk hatinya yang paling dalam, rasa sesak yang tiada tara setelah keegoisannya sendiri. Seandainya ia tahu dari awal jika Wonwoo sakit, mungkin ia akan ikut kembali ke Seoul tanpa penolakan. Apalagi saat melihat Wonwoo yang terlihat pucat waktu itu, mungkin ia akan langsung menanyakan keadaannya tanpa harus ada pertengkaran.
Seandainya ia tak egois, mungkin saat ini Wonwoo masih berada disampingnya mengukir sebuah cerita indah bersamanya. Lalu sekarang ia harus apa? Bagaimana ia bisa hidup dengan penyesalan yang bahkan ia tak sanggup lagi menanggungnya. Mengapa Tuhan lagi-lagi mengambil orang-orang yang paling ia sayangi untuk sekian kalinya? Tidak bisakah Tuhan mengabulkan permintaannya? Ataukah Tuhan membencinya atas yang telah ia lakukan selama ini?
Langkahnya terhenti tepat dipembatas jembatan, air matanya kembali mengalir tanpa bisa dihentikan. Lagi-lagi ia menangis setelah tak puas menangis dipemakaman siang tadi, sungguh seperti orang yang sangat mengenaskan. Dalam pikiran dan hatinya tak hentinya mengatakan kata mengapa. Ya, mengapa semua ini harus terjadi padanya.
"Gyu... Dulu aku memang tidak bisa berpikir jernih dan melompat dari jembatan ini. Aku mohon padamu, jika aku tak ada disampingmu ataupun kau ada masalah yang cukup berat. Tolong jangan melakukan hal bodoh seperti yang pernah aku lakukan. Mungkin alasan mengapa Tuhan tak memanggilku waktu itu karena aku melakukan hal bodoh yang sangat dibencinya, sampai pada akhirnya masalah tak hentinya berdatangan."
Ya, itu memang hal bodoh. Jika Wonwoo tak melompat dari jembatan ini mungkin sampai detik inipun ia tidak akan pernah tahu jika ayahnya memiliki anak lain yang tak lain teman anaknya sendiri. Takdir dari pertemuannya ini memang sangat indah, namun terkesan sangat menyakitkan. Karena pada akhirnya ia harus ditinggalkan orang yang paling ia percaya, apalagi perpisahannya ini tanpa pesan perpisahan. Bisa dikatakan ini terdengar sangat menyakitkan.
"Lalu sekarang aku harus apa, Wonwoo? Rasanya aku mati rasa dan kehilangan arah. Aku sungguh tidak sanggup hidup seperti ini, justru aku seperti seorang pembunuh." Batinnya dengan kedua tangan yang mencengkram erat pembatas jembatan. Ia tak peduli dengan lirikan mata orang-orang yang menatapnya iba. Ayolah mereka mungkin akan berpikir dirinya menangis karena putus cinta, tapi kenyataannya ia ditinggal mati oleh saudaranya sendiri.
"Mengapa orang-orang membohongiku dengan penyakitmu, Wonwoo. Apakah aku memang sejahat itu padamu? Sampai kalian semua membohongiku. Dan juga mengapa Seungcheol hyung tak langsung mendatangiku, justru malah sibuk menyimpan rahasia penyakitmu. Tolong berikan aku jawaban atas permintaan maafku." Tambahnya bersamaan dengan semakin deras air matanya.
Saat Mingyu tengah meluapkan segala amarahnya, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya pelan tanpa suara.
"Bisakah kau tinggalkan aku ? Aku sedang tidak membutuhkan hiburan dari siapapun." Ujar Mingyu saat tahu siapa orang yang berada disampingnya. Siapa lagi jika bukan Soonyoung yang tercium dari wangi parfumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S2] The Beginning Of Spring [SEQUEL / END]
FanfictionSeberapa keras kau menyembunyikan rahasia itu, tetap saja akan terbongkar dengan perlahan. Kau tahu ? Orang-orang terdekatmulah yang akan lebih terluka mengetahui fakta tersebut. Apa kau merasa bersalah ? Tidakkah kau memikirkan kembali apa yang tel...