Jika ditanya apakah Winna sudah siap menjadi seorang istri sebelumnya tentu saja jawabannya adalah sudah. Dia bahkan rela menyisihkan sedikit waktu istirahatnya untuk belajar memasak dan mengurus rumah dibawah bimbingan ibu dan kakak perempuannya setelah Save mengutarakan niatnya untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersamanya. Tentu saja Winna merasa sangat bahagia, dan semangatnya untuk belajar menjadi seorang istri yang baik pun semakin membara.
Dan meskipun pada akhirnya pria yang menikah dengannya bukanlah Saverio Jonathan, tapi setidaknya kemampuan memasak dan mengurus rumah sekaligus suami benar-benar terpakai sekali. Apalagi Winna baru mendapatkan satu fakta lagi bahwa Naresh adalah seorang pria yang sangat clingy. Dia menunjukkan afeksinya lewat sentuhan secara spontan dengan orang yang sekiranya sudah cukup dekat dengannya.
Contohnya seperti sekarang ini. Bahkan suara alarm yang berasal dari kedua ponsel mereka pun tidak mampu membangunkan Naresh yang masih tertidur nyenyak dengan kedua tangan yang melingkar secara protektif di pinggang mungil Winna. Gadis itu bahkan harus bersusah payah menggerakkan tubuhnya untuk meraih ponselnya dan juga ponsel milik Naresh yang diletakkan di nakas kanan dan kiri tempa tidur mereka.
"Resh, awas dulu ih, gue mau matiin alarm lo nih!" seru Winna yang kesusahan meraih ponsel Naresh di nakas sebelah kirinya.
"Sini gue yang matiin aja," balas Naresh dengan suara serak khas orang bangun tidur yang luar biasa seksi sekaligus berbahaya bagi kesehatan jantung Winna itu. Pria itu mematikan alarmnya dalam hitungan detik lalu kemudian kembali memeluk Winna. "Tuh udah. Yuk lanjut bobo lagi, mumpung kita lagi libur."
"Gue mau nyiapin sarapan dulu, lo nggak mau makan emang?" tanya Winna.
"Nggak ah, masih kenyang gue."
"Dih, emang lo makan apaan? Perasaan tadi malem kita langsung tidur deh, nggak ada pesen-pesen makanan juga tuh!"
"Makan lo."
Winna berdecak namun tetap pasrah membiarkan hidung mancung Naresh menelusup masuk ke area leher dan bahunya. Dia bahkan bisa merasakan hembusan nafas dari suaminya itu yang entah kenapa berhasil membuat bulu kuduknya meremang. Nareshtra ini memang benar-benar tipe pria yang cukup berbahaya jika sudah menempel di ranjang.
"Eh yang ada juga lo yang makan gue ya, lupa gue," kekeh Naresh iseng membuat kedua pipi Winna merona. Tentu saja dia masih ingat betapa liarnya dia saat melahap kulit Naresh tadi malam. "Enak tapi, Win. Jago juga lo ternyata."
"Diem!"
Naresh terkekeh lagi lalu kemudian kembali mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Winna sementara gadis itu hanya diam membiarkan sembari memandangi langit-langit kamar tidur mereka dengan sorot menerawang jauh. Setelah tadi malam mereka mencoba untuk lebih membuka diri lagi satu sama lain, Winna jadi bingung sendiri dengan perasaannya. Di satu sisi dia masih mencintai dan menginginkan Save, tapi di sisi lain dia juga tidak mungkin memutuskan ikatan pernikahannya dengan Naresh begitu saja. Apalagi Naresh juga sudah mengajaknya untuk menjalani pernikahan ini bersama-sama.
"Resh." panggil Winna.
"Hm?" balas Naresh dengan dehaman.
"Menurut lo kita bisa ngejalanin ini sama-sama?"
Sepasang mata bening Naresh terbuka namun dia tetap pada posisinya. Selama beberapa saat pria itu hanya diam sampai akhirnya dia tersenyum tipis.
"Bisa kalau lo nya juga mau."
Winna diam.
"Kalau ada yang mau lo tanyain ke gue, tanya aja. Gue akan coba jawab sejujur-jujurnya," kata Naresh sambil melepaskan pelukannya lalu kemudian mengubah posisinya menjadi berbaring. Dia ikut menatap langit-langit kamar mereka dengan tatapan penuh arti. "Gue tau lo masih penasaran sama gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
PREVENTION ( ✔ )
عاطفيةWinnaura Malya, seorang gadis cantik yang keras kepala dan pemberontak berniat untuk kawin lari dengan pacarnya yang berbeda keyakinan. Sebagai bentuk upaya pencegahan, kedua orang tuanya pun menikahkan Winna dengan Naresthra Jibran, seorang pemuda...