PREVENTION - 15

11.8K 966 99
                                    

"Bajingan."

Naresh menatap sengit pada Jerome dan Khansa yang telah berdiri dengan senyum berseri-seri tepat setelah dia menekan bel unit apartemen di sebelah unit mereka. Winna sendiri hanya bisa ternganga selama beberapa detik sebelum akhirnya dia melangkah masuk begitu Khansa menarik lengannya ke dalam, meninggalkan para suami mereka yang masih berdiri berhadapan dengan dua ekspresi yang berlawanan.

"Kaget nggak?" tanya Jerome iseng.

"Jadi ini alasan lo nggak mau ngasih tau gue dimana alamat apartemen baru lo itu?"

Jerome menganggukkan kepalanya penuh semangat. Memang sejak beberapa minggu terakhir ini, pria itu sedang mencari-cari apartemen untuk tempat tinggalnya bersama Khansa setelah dia terlibat pertengkaran yang cukup hebat dengan sang ibu. Naresh tahu sekali bahwa hubungan Jerome dengan kedua orang tuanya memang sudah sangat kacau sejak dia masih SMA dulu. Ditambah lagi kehadiran Khansa pun semakin memperburuk segalanya padahal ibunya sendiri yang meminta Jerome untuk menikahi gadis itu agar sang ayah tidak mampu berkutik apalagi ikut campur lagi.

Yah hubungan Jerome, Khansa dan para orang tua mereka memang serumit itu sampai-sampai Naresh, Harya dan Reksa dibuat tak mampu berkata-kata lagi. Mereka hanya bisa memberikan dukungan dari jauh untuk Jerome dan percaya bahwa sahabat mereka yang paling tenang dan baik hati itu pasti bisa menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri.

"Dari sekian banyak apartemen di Jakarta, kenapa lo milihnya di sini dah? Bukannya masih ada yang fasilitasnya jauh lebih oke ya?" Naresh berjalan masuk mengikuti Jerome menuju balkon untuk merokok.

"Yang fasilitasnya oke emang banyak, tapi yang lokasinya strategis itu yang jarang," Jerome membuka pintu balkon lalu kemudian dia beralih pada Khansa yang kini sedang sibuk memotong-motong puding coklat buatan Winna. "Kei, bisa tolong buatin kopi susu nggak buat gue sama Naresh?"

"Oh iya. sebentar gue buatin! Win tolong lanjutin dulu ya?" Khansa tersenyum ceria dan  membiarkan Winna yang menggantikannya memotong-motong puding itu.

Jerome kembali mengalihkan perhatiannya pada Naresh.

"Jadi, gimana kelakuan dia selama di kantor lo?" tanya Jerome dengan nada serendah mungkin agar tidak terdengar oleh Winna.

"Mesti banget lo bahas dia pas lagi ada bini gue di sini?" Naresh melotot pada Jerome yang hanya tertawa geli mendengarnya.

"Gue mungkin emang belum kenal lama sama Winna, tapi gue rasa dia bukan tipikal cewek yang cemburuan deh."

Naresh melirik Winna yang kini sedang berjalan kearahnya dengan kedua tangan memegang piring berisi potongan puding bersama Khansa yang membawa 2 gelas kopi susu. Kedua pria itu pun terpaksa menghentikan obrolan mereka agar tidak memancing pertanyaan dari para istri mereka, terutama Winna pastinya. Selesai meletakkan kopi susunya diatas meja, Khansa langsung melingkarkan satu lengannya ke bahu Jerome. Naresh diam-diam tersenyum sembari menghisap rokoknya lagi. Seperti hubungan mereka berdua sudah menunjukkan progres yang cukup signifikan.

"Oh iya ada yang mau gue umumin juga ke lo," kata Jerome sembari mengusap-usap perut Khansa. "Khansa lagi hamil. Udah 3 minggu."

"Serius?!" Winna memekik kaget lalu kemudian langsung menghambur memeluk Khansa sedangkan Naresh buru-buru mengibaskan asap rokok yang baru saja ia hembuskan ke udara dengan tangannya. "Ih kak Selamat yaaa!"

"Makasih ya Win, Insha Allah setelah ini lo juga nyusul ya!" Khansa menepuk-nepuk punggung Winna.

"Amin!"

"Congrats ya Sa, akhirnya isi juga lo." Naresh tersenyum pada Khansa sembari mengajak perempuan itu melakukan high five.

"Thanks Resh, semoga Winna cepet isi juga ya!"

PREVENTION ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang