PREVENTION - 9

13.5K 1K 112
                                    

Sepulangnya dari makan malam di salah satu restoran seafood besar di daerah Ancol, Winna dan Naresh memutuskan untuk langsung mandi dan mengganti pakaian mereka dengan pakaian rumah yang lebih nyaman. Setelah selesai berbenah diri, Naresh langsung memainkan PS 4 nya di ruang TV sedangkan Winna memilih untuk beristirahat sejenak di kamar. Keduanya masih sedikit teguncang dengan obrolan yang mereka lakukan bersama para mantan masing-masing jadi untuk mengalihkannya, mereka memutuskan untuk sama-sama menyendiri dulu.

Setelah puas merebahkan diri sambil scrolling instagram selama hampir setengah jam, Winna pun beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan keluar dari kamar untuk mengambil segelas air minum. Tenggorokannya terasa sangat kering sekali karena terlalu lama menangisi perpisahannya dengan Save.

Langkahnya sempat terhenti sejenak begitu dia melihat Naresh yang sedang fokus memainkan game di PS 4 nya. Ekspresinya tenang cenderung datar seperti biasa, tapi tatapan matanya sama sekali tidak bisa berbohong. Pria itu pasti sama terpuruknya seperti dirinya, hanya saja kali ini dia lebih pandai menyembunyikannya ketimbang saat dia pertama kali bertemu dengan Meisya beberapa hari yang lalu.

Entah angin dari mana, tiba-tiba saja Winna berjalan mendekati Naresh lalu kemudian duduk di pangkuan pria itu dan menyembunyikan wajahnya di dadanya yang bidang.

"Kirain udah tidur." kata Naresh sambil mengusap singkat pinggang ramping Winna lalu kemudian dia kembali memainkan PS nya.

"Belum," Winna menghirup dalam-dalam wangi sabun mandi serta aroma maskulin Naresh yang akhir-akhir ini menjadi salah satu aroma favoritnya. Dia memeluk pinggang pria itu sembari memejamkan matanya. "Wangi banget sih lo."

"Nanti kalau bau, lo protes lagi,"

"Gue suka."

"Suka apa?"

"Wangi lo," Winna mengeratkan pelukannya yang mana langsung membuat Naresh terkekeh pelan. "Wangi bangeeet... sukaaa!"

Naresh melayangkan sebuah kecupan singkat di puncak kepala Winna, merasa sangat gemas sendiri dengan tingkah istrinya itu. Pada dasarnya Winna ini adalah wanita yang sangat manis dan menggemaskan. Bahkan suaranya saja masih terdengar seperti suara anak kecil meski usianya sudah menginjak 25 tahun. Hal itu juga didukung dengan tubuh Winna yang sangat ramping dan mungil, saking mungilnya, terkadang dia bisa dengan mudahnya tenggelam dalam dekapan Naresh.

"Jangan gemes-gemes ginilah, pusing gue nanti." kata Naresh.

Winna tertawa pelan sementara tangannya mengusap-usap dada bidang Naresh dengan sorot menerawang jauh. Pikirannya kembali melayang ke peristiwa yang terjadi beberapa jam yang lalu antara dirinya dengan Save. Dia juga mengingat betul bagaimana wajah Save yang bersimbah air mata serta suaranya yang bergetar hebat saat dia meminta dan memohon padanya agar mereka tidak berpisah. Jika mengingat hal itu, dada Winna terasa begitu sakit seolah seperti sedang ditikam oleh sebilah pisau.

"Capek banget ya hari ini?" tanya Naresh tiba-tiba. Tampaknya dia bisa merasakan dan juga memahami kegelisahan Winna. "Sakitnya cuma sebentar kok, besok-besok juga lupa."

"Amin." jawab Winna singkat seraya menyembunyikan wajahnya ke leher Naresh. "Lo juga yang kuat ya. gue tau banget pasti lo yang paling tersakiti di sini. Jangan suka dipendem sendiri makanya, sini bagi-bagi sama gue."

"Jangan. Lo juga lagi sakit masa gue tambah-tambahin sih."

"Nggak apa-apa. Udah biasa kok disakitin gini sama kehidupan."

Naresh tertawa lagi sambil tetap fokus memainkan gamenya sementara Winna iseng menciumi lehernya berkali-kali. Naresh sama sekali tidak terlihat terganggu, dia malah menaikkan sedikit kepalanya agar akses Winna untuk menjelajahi lehernya bisa lebih leluasa. Awalnya Naresh merasa biasa-biasa saja tapi konsentrasinya pun perlahan menghilang begitu Winna mulai menggigit pelan jakun miliknya lalu kemudian bibir perempuan itu naik ke area dagu dan rahangnya dengan gerakkan yang begitu sensual.

PREVENTION ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang