Naresh memijat kepalanya dengan perlahan setelah hampir seharian sibuk memandangi layar komputernya lekat-lekat. Selama 2 bulan ini, Naresh benar-benar disibukkan dengan jabatan barunya sebagai Expert Programmer yang setara dengan manajer di Electranoid. Jabatannya itu mengharuskan dirinya pulang-pergi baik itu keluar kota maupun keluar negeri untuk mengembangkan program website ciptaannya yang berhasil membuat salah satu perusahaan besar di Surabaya mau bekerja sama dengan Electranoid. Dan jabatan itu juga membuatnya harus berpisah ruangan dengan Hazmi yang memang bekerja sebagai seorang Software Engineer.
Selain beban pekerjaan yang semakin besar, Naresh juga harus pintar-pintar membagi waktunya dengan Winna yang kehamilannya sudah menginjak angka 9 bulan. Hemma memprediksi bahwa kemungkinan besar anak mereka akan lahir kurang lebih 5 sampai 7 hari lagi, dan bisa jadi lebih cepat dari itu, tergantung dari sebesar apa kontraksi yang dirasakan oleh Winna. Karena itu Naresh terpaksa harus menitipkan Winna di rumah mamanya dan mama mertuanya secara bergantian agar jika kontraksinya semakin besar, ada banyak orang di rumah itu yang bisa langsung membawa sang istri ke rumah sakit.
Sejujurnya Naresh lebih mengkhawatirkan kondisi Winna daripada pekerjaannya ini dan dia berharap bisa berada di sisi Winna saat istrinya itu akan melahirkan.
Ditengah kelelahan dan juga kekhawatirannya itu, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka dan menampakkan sosok Hazmi yang terlihat lebih ceria daripada biasanya. Naresh mengangkat kedua alisnya heran karena tidak biasanya Hazmi mengunjunginya di jam-jam menjelang petang seperti ini kalau bukan untuk mengajaknya pergi.
"Yuk!" ajak Hazmi tiba-tiba.
"Yuk apaan? Mau kemana?" tanya Naresh bingung.
"Makan. Lo belum makan apa-apa dari pagi kan? tadi Winna minta tolong gue buat ngajak lo makan."
"Nggak laper gue. lo ajalah sana."
"Mau laper atau nggak, gue bakalan tetep maksa lo sampe lo mau," balas Hazmi kalem. "Pak Andre juga udah ngizinin lo balik cepet kok hari ini."
"Anjir pake ilmu macam apa lo sampe bisa bikin pak Andre nurut gitu?"
"Apa sih yang gue nggak bisa? Nge-hack website orang aja gue bisa, masa ngelobi bos sendiri nggak bisa," Hazmi berdecak jumawa. "Ayo buruan ikut! Gue udah pesen tempat nih!"
"Mau makan dimana sih emang?" tanya Naresh malas.
"Dih banyak tanya nih bocah! Guys angkut ajalah langsung!" Hazmi menggeser tubuhnya dan membiarkan Jerome dan Harya masuk ke dalam ruangannya. Melihat kedatangan dua sahabat dekatnya itu, Naresh pun hanya bisa ternganga. "Kalau masih nggak mau juga, lo gendong aja Jer si Naresh."
"Lo berdua ngapain di sini dah?!" Naresh menatap Jerome dan Harya yang hanya tertawa sembari membereskan semua barang-barangnya dengan kaget.
"Buruan yuk, si Reksa udah nunggu di restoran bareng si Arjun, Eric, Sakti sama Felix. Kalau kita kelamaan dia bakalan ngomel-ngomel nggak jelas nanti!" Jerome meraih lengan Naresh dan menyeretnya ke luar ruangan.
Naresh menghela nafas pasrah begitu Jerome dan Hazmi membawanya menuju parkiran motor sementara Harya mengikuti di belakangnya sambil cengengesan. Kalau tidak dipaksa seperti ini, Naresh pasti tidak akan mau ikut karena dia lebih memilih untuk langsung menjemput Winna di rumah orang tuanya dan menjaga istrinya itu semalaman. Semakin mendekati waktu melahirkan, Naresh benar-benar semakin tidak ingin melepaskan Winna dari pengawasannya.
"Mau makan di mana sih?" Naresh mengulang pertanyaannya lagi ketika dia sudah duduk dengan aman di boncengan motor Jerome, sedangkan Hazmi duduk di boncengan motor Harya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PREVENTION ( ✔ )
RomansaWinnaura Malya, seorang gadis cantik yang keras kepala dan pemberontak berniat untuk kawin lari dengan pacarnya yang berbeda keyakinan. Sebagai bentuk upaya pencegahan, kedua orang tuanya pun menikahkan Winna dengan Naresthra Jibran, seorang pemuda...