PREVENTION - 8

12.3K 1K 168
                                    

"Gue mesti gimana ya, Ryu?"

Sedari tadi Winna terus sibuk mondar-mandir di dalam ruangannya sementara Ryuka duduk bersedekap di sofa dengan ekspresi sedatar jalan tol. Setelah Save mengirimkan chat bahwa dia akan datang ke kantornya untuk berbicara 4 mata saat makan siang tadi, Winna jadi tidak bisa berkonsentrasi untuk bekerja. Kini keduanya sedang berada di ruangan khusus untuk istirahat dan bersantai di lantai 3. Bahkan ruangan yang terkenal dengan kenyamanan serta kebersihannya itu saja tidak cukup mampu untuk meredam kegelisahan Winna.

"Ya temuin aja, Win. Cepat atau lambat lo berdua itu emang harus ketemu dan ngobrol soal ini. Mau sampe kapan kalian saling ngegantungin kayak gini coba? lo udah jadi bini orang juga lagian." kata Ryuka.

"Nanti kalau dia sedih gimana?"

"Ya itu resikolah, sayang! Mau nggak mau si Save juga harus nerima kalau status lo udah jadi istri orang! Emangnya lo masih berharap pengen balik sama dia?"

"Gue kan belum resmi putus sama dia..."

"Ya udah nanti sore putusin."

"Enteng sekali rahang mu wahai anak muda."

Ryuka memutar bola matanya malas. Winna ini sebenarnya adalah seorang wanita yang sangat kuat, mandiri dan pintar. Meskipun Ryuka baru berteman dengan Winna saat masih sama-sama kuliah di UI dulu, tapi Ryuka tahu kalau Winna itu prestasinya sangat banyak. Mulai dari pidato berbahasa inggris, olimpiade matematika tingkat nasional, hingga lomba debat bertaraf internasional saja semuanya berhasil ia juarai. Saking pintarnya, Winna sampai berhasil lulus dengan predikat cum laude dari fakultas psikologi UI, 3 tahun yang lalu dan tak lama kemudian dia juga diterima kerja di perusahaan mereka yang sekarang sebagai salah satu staff divisi personalia dengan gaji yang sangat besar.

Tapi namanya manusia memang tidak ada yang sempurna. Winna mungkin memang memiliki penampilan yang sangat cantik serta otak yang sangat encer dalam bidang akademis, dedikasinya untuk pekerjaan yang sedang digelutinya itu juga luar biasa besar, tapi kebodohannya soal percintaan juga setara dengan kepintarannya dalam menyeleksi karyawan-karyawan baru yang akan masuk ke Lanford, perusahaan mereka.

Intinya Ryuka sangat benci dengan sifat Winna yang kalau sudah jatuh cinta itu sering kali lupa diri dan lupa daratan. Dia bahkan tidak bisa mengontrol akal dan perasaannya sendiri jika sudah berhadapan dengan Save.

"Lo tuh ya, kalau nyeleksi karyawan baru aja galaknya minta ampun, sampe-sampe manajer HRD aja nggak ada yang berani nentang pendapat lo. Tapi kalau udah berurusan sama si Save, gobloknya langsung keluar!" tukas Ryuka pedas.

"Ya Allah Ryu... gue pengen sakit hati dengernya tapi semua yang lo bilang emang bener..." ucap Winna dengan nada memelas.

"Hiih gemes gue! udah ah gue mau balik ke ruangan aja, bisa-bisa gue tambah emosi ngobrolin ini sama lo!"

"Ih Ryuka maaah!"

Ryuka tidak menggubris rengekkan Winna dan tetap berjalan keluar dari ruang santai sambil misuh-misuh. Tapi sebelum benar-benar keluar, kepala Ryuka kembali menyembul dari balik pintu.

"Jangan lupa kasih tau Naresh kalau lo mau ketemu sama si Save, biar nanti nggak ada kesalahpahaman di antara kalian. Ngerti nggak lo?"

"Iyaaa."

Sepeninggal Ryuka, Winna pun kembali menyandarkan kepalanya ke sofa sementara jemarinya terus bergerak aktif di atas layar ponsel. Dia masih belum membaca chat dari Save dan pria itu juga tidak mengirimkan chat lain lagi yang mana Winna yakin, kalaupun dia berani menolak, Save pasti akan tetap datang ke kantornya. Sudah 3 minggu berlalu sejak pernikahannya dengan Naresh terjadi, dan sepertinya Winna memang harus menyelesaikan segalanya dengan Save secepat mungkin.

PREVENTION ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang