PREVENTION - 18

11.5K 949 328
                                    

Hazmi mengerutkan dahinya keheranan tatkala ia memerhatikan Meisya yang sedari tadi sibuk memandangi Naresh dari bangku yang terletak tak jauh dari bangku mereka. Sebenarnya Hazmi sudah tahu tentang kisah kasih yang terjadi antara Naresh dan Meisya dari Jerome, Jira dan juga Naresh Sendiri. Tapi saat dia melihat langsung bagaimana Meisya masih tampak begitu mengharapkan Naresh, mau tidak mau dia pun jadi ikutan risih juga.

Jadilah selama meeting ini berlangsung, Hazmi tak henti-hentinya menyenggol Naresh dengan lengan maupun pahanya sembari menunjuk Meisya dengan dagunya. Untungnya Naresh adalah tipe laki-laki yang sangat pandai menjaga diri serta pandangannya, jadi dia tidak akan mungkin terpancing dengan itu semua. Lagipula dia juga tidak ingin mencari masalah dengan Meisya selama dirinya sedang berjauhan dengan Winna seperti sekarang.

"Ini perasaan gue doang apa si Meisya emang ngeliatin lo mulu ya dari tadi?" bisik Hazmi dengan suara sepelan mungkin.

Naresh mengangkat kedua bahunya. "Dia ngefans sama gue kali."

"Dih, artis lo?!" Hazmi memutar bola matanya malas.

"Cewek-cewek yang demen K-Pop di kantor kita sering bilang katanya muka gue mirip Jaemin NCT."

"Jaemin NCT? Siapa tuh?"

"Mana gue tau. Tapi tanpa gue harus searching gue yakin kalau si Jaemin-Jaemin ini udah pasti ganteng."

"Jijik banget, Resh. Sumpah."

Kedua sudut bibir Naresh terangkat sedikit. Kalau saja mereka sedang tidak ada di ruang meeting sekarang, mungkin dia akan langsung mengumandangkan tawanya. Sayangnya senyum itu diartikan berbeda oleh Meisya. Perempuan itu mengira bahwa Naresh tersenyum karenanya padahal hal itu disebabkan oleh respon sebal Hazmi terhadap jawabannya.

Setelah meeting selesai, pak Andre selaku pimpinan perusahaan memutuskan untuk mengajak para karyawannya serta karyawan dari salah satu investor perusahaannya di Surabaya untuk makan siang serta bersantai-santai bersama di salah satu restoran mahal yang sudah dipesan Nada, sekrestris dari direktur investor Electranoid. Mereka semua menyambut hangat ajakan itu karena sejak tiba di Surabaya kemarin hingga sekarang ini waktu mereka hanhya dihabiskan untuk meeting, meeting dan meeting. Naresh dan Hazmi saja yang tadinya berniat untuk jalan-jalan malam di seputaran kota pun terpaksa membatalkannya karena sudah keburu kelelahan duluan.

Beberapa karyawan perempuan dari perusahaan investor Electranoid secara terang-terangan menghampiri Naresh dan Hazmi untuk mengajak keduanya mengobrol. Mereka bahkan tidak peduli dengan cincin pernikahan yang melingkar di kedua jari manis para pria itu dan terus menggoda mereka dengan caranya masing-masing. Beruntung Naresh dan Hazmi masih mempunyai iman yang kuat untuk tidak menanggapi para gadis itu dengan serius.

"Mas Naresh sering-sering ke Surabaya dong, biar nanti kita bisa jalan-jalan atau nongkrong bareng. Saya tau beberapa tempat yang keren dan asyik buat nongkrong di sekitaran sini!" seru salah satu dari mereka sambil mengerjapkan matanya genit.

"Iya mbak. Insha Allah saya main kesini lagi nanti," jawab Naresh halus. "Sama istri saya."

Para gadis itu langsung terdiam tanpa kata. Naresh pamit untuk berjalan lebih dulu bersama Hazmi yang sedang mati-matian berusaha menahan tawanya. Meisya yang melihat pemandangan itu pun tak kuasa menahan senyum. Naresh masih sama seperti dulu. Dia tidak pernah membuka aksesnya kepada perempuan manapun ketika dia sudah memiliki wanita yang ia cintai. Dan Meisya merasa sangat beruntung karena setidaknya pria itu masih memiliki rasa cinta untuknya dan dia membatasi diri untuk tidak berinteraksi dengan para wanita itu karenanya.

Ya, Meisya bahkan tidak peduli meskipun Naresh secara tegas menyebut 'istrinya' yang mana itu bukanlah dirinya. Dia masih yakin bahwa Naresh masih mencintainya apapun yang terjadi.

PREVENTION ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang