Naresh memerhatikan layar ponselnya dengan sorot mata setajam elang. Bahkan Hazmi yang duduk di sebelahnya pun sampai berkali-kali melirik ke arah nya karena penasaran sekaligus takut dengan aura gelap yang terus menguar dari tubuh rekan kerja sekaligus teman dekatnya itu. Belum lagi tangan Naresh terus meremas-remas ponselnya dengan intensitas tingkat tinggi yang langsung membuat Hazmi tidak berani mengeluarkan sepatah katapun apalagi bertanya.
"Mi, kira-kira minuman apa yang bisa naikkin mood?" tanya Naresh tiba-tiba.
"Hah?" Hazmi bengong sebentar lalu kemudian berpikir keras. "Gue sih biasanya beli susu indomilk rasa stroberi kalau mood lagi anjlok."
"Susu indomilk stroberi ya?" Naresh mengangguk-anggukkan kepalanya paham
"Emang kenapa? mood lo lagi jelek?"
"Biasalah," Naresh beranjak dari bangkunya. "Gue izin cabut duluan ya? kalau ada yang nanya, bilang aja gue lagi ada misi untuk menegakkan kebenaran."
Tanpa mendengarkan jawaban dari Hazmi, Naresh memasukkan semua barangnya kedalam tas lalu kemudian menyampirkan tasnya ke bahu. Dia menepuk-nepuk pundak Hazmi yang masih berusaha mencerna maksud dari kata-katanya barusan sebelum akhirnya melenggang keluar dari ruangan dengan santainya.
Tapi dibalik sikapnya yang sangat cuek dan santai itu, dia mempunyai sebuah misi tersembunyi yang harus ia selesaikan dengan sebaik-baiknya. Naresh mengeluarkan ponselnya dan melihat lagi chat yang dikirimkan oleh nomor tak dikenal yang mengajaknya untuk bertemu di kafe miliknya, La Reverie. Naresh tidak perlu bertanya siapa pemilik nomor itu karena dari ketikannya yang sangat dingin serta menyimpan jutaan emosi yang tersembunyi, sebuah nama yang tak asing pun langsung muncul di kepalanya.
Kebetulan juga hari ini Naresh tidak ada jadwal menjemput Winna di kantornya karena sang istri ingin membawa mobilnya sendiri untuk mengantar sekaligus menemani Ryuka fitting baju pengantinnya. Winna bilang Ben akan menyusul Ryuka ke butiknya nanti karena dia masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Naresh menghentikan langkahnya begitu dia melihat meja Meisya yang kosong. Tas gadis itu bahkan tidak ada disana juga. Tumben sekali dia pulang lebih awal dari biasanya karena setahu Naresh, sekretaris dirut itu selalu pulang tepat waktu. Dan Meisya adalah tipe perempuan yang sangat patuh pada aturan dan prosedur.
Naresh mengangkat alisnya sedikit lalu kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran. Dia harus segera sampai ke La Reverie secepatnya agar bisa menyelesaikan masalahnya dengan si pemilik nomor asing itu.
Tidak butuh waktu lama bagi Naresh untuk sampai ke kafe nya karena jalanan lancar jaya tanpa diwarnai kemacetan yang menjemukan. Dan begitu dia selesai mengunci mobilnya, langkahnya terhenti lagi begitu dia mendapati mobil Pajero hitam milik Jerome, Fortuner putih milik Reksa dan CRV silver milik Harya. Naresh memijat pelipisnya. Kenapa disaat dia membutuhkan waktu untuk menyelesaikan suatu perkara, ketiga temannya selalu saja hadir tanpa bisa diduga sebelumnya?
Dan pada akhirnya, Naresh pun terpaksa harus menjelaskan kepada mereka begitu ketiganya menyapa dengan cengiran polos yang sangat menggemaskan.
"Gue nggak tau apa ikatan pertemanan kita emang terlalu kuat atau lo bertiga emang hobi banget muncul di saat-saat yang nggak tepat," Naresh menatap ketiga sahabatnya lurus-lurus. "Tapi gue lagi ada misi penting di sini, lo bertiga jangan nguping apalagi ikut campur. Nanti kalau misinya udah kelar, gue bakalan langsung cerita."
"Mau ngapain sih anjir? Sore-sore jangan ngoceh yang aneh-aneh lu!" balas Harya yang memang paling tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Ya udah sana lo kelarin dulu dan misi lo, kita nggak bakal ikut campur kecuali kalau lo minta." kata Reksa membuat Harya melotot tidak terima.

KAMU SEDANG MEMBACA
PREVENTION ( ✔ )
RomanceWinnaura Malya, seorang gadis cantik yang keras kepala dan pemberontak berniat untuk kawin lari dengan pacarnya yang berbeda keyakinan. Sebagai bentuk upaya pencegahan, kedua orang tuanya pun menikahkan Winna dengan Naresthra Jibran, seorang pemuda...