PREVENTION - EPILOG

14.3K 811 67
                                    



Winna masih ingat betul saat dirinya bertemu dengan Naresh untuk pertama kalinya.

Saat itu Winna sedang dalam mode ngambek karena gagal melaksanakan rencana kawin larinya dengan Save dan sedang dihukum untuk tidak keluar rumah selain pergi kerja oleh sang papa. Windy dan Damar yang biasanya sering kali membelanya pun saat itu memutuskan untuk berpihak pada sang papa karena menurut mereka perbuatan Winna benar-benar sudah sangat keterlaluan.

Dihukum kurung selama 3 bulan benar-benar membuat Winna kesulitan bertemu dengan Save. Papa dan Damar bergantian mengantar jemput dirinya untuk kerja sehingga dia tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan Save saat itu dan mereka terpaksa harus berhubungan dengan hanya menggunakan telepon genggam. Meskipun kesal, namun Winna sadar bahwa perbuatannya itu memang sudah tidak bisa ditolerir lagi. Orang tua mana yang tidak marah saat putrinya berniat untuk kawin lari dengan pacarnya coba? ditambah lagi keyakinan mereka yang berbeda pun semakin memperburuk segalanya.

Di bulan pertama hukuman itu, papa dan mama tak sengaja bertemu dengan teman SMA mereka yang memiliki anak laki-laki yang setahun lebih tua daripada Winna. Sebelum pertemuan keluarga, mama sudah memberitahu segala macam informasi tentang laki-laki itu pada Winna dengan nada yang terlampau bahagia. Winna yang masih setengah mati mencintai Save dan berharap memiliki kesempatan lain untuk bisa bersama kekasihnya itu pun menanggapinya dengan dingin. Sungguh Winna tidak peduli dengan itu semua karena yang ada di dalam pikirannya adalah bagaimana caranya agar dia dan Save bisa bersama.

Akhirnya pertemuan pertama itu pun terlaksana. Winna yang tadinya bersikeras tidak ingin keluar dari kamar akhirnya menyerah begitu Windy dan Damar membujuknya. Damar yang biasanya selalu dingin dan jutek pada semua laki-laki yang mendekati Winna, termasuk Save, tampak begitu ceria dan bersemangat untuk membujuknya agar dia bertemu dengan anak laki-laki dari teman orang tua mereka itu. Melihat pemandangan yang tak lazim dari kakak laki-lakinya itu, Winna pun akhirnya jadi penasaran. Seperti apa sosok Nareshtra Jibran ini sehingga dia berhasil membuat abangnya yang super judes itu bisa tersenyum hingga berseri-seri seperti itu?

Dan begitu Winna melihat penampilan Naresh yang saat itu terlihat begitu sederhana dengan kemeja putih dan celana jeans hitamnya, mau tak mau sisi perempuannya pun ikut menjerit juga. Laki-laki itu sangat tampan. Dia juga sopan dan selalu berbicara dengan nada yang halus dan juga lembut. Tidak ingin munafik, tapi Winna harus mengakui bahwa Naresh ini benar-benar sosok pria idaman. Tak hanya idaman wanita, tapi juga ibu mertua.

Dan Winna juga masih ingat dengan percakapan mereka berdua di halaman belakang rumahnya sehari sebelum pernikahan mereka terlaksana.

"Gue nggak mau nikah sama lo!" seru Winna sengit.

"Ngomongnya nggak mau mulu, tapi cincin lamaran nya tetep dipake juga." balas Naresh santai yang mana langsung membuat Winna langsung menutup cincin yang tersemat di jari manisnya dengan wajah merah padam.

"I-Ini gue terpaksa tau! Kalau nggak dipake nanti papa sama mama marah!"

"Kenapa sih emangnya kalau nikah sama gue? gue kurang ganteng apa gimana?"

Winna mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Bukan masalah ganteng atau tidak nya. Hanya saja hati Winna masih belum bisa menerima orang lain selain Save. Dia masih sangat mencintai pemuda itu, dan membayangkan bagaimana dia akan segera resmi menjadi istri orang lain esok hari nya membuat dadanya terasa begitu sesak. Naresh mengangkat kedua alisnya, masih setia menunggu jawaban dari Winna yang pasti tak akan jauh-jauh dari nama Save.

"Gue masih cinta banget sama Save! Gue nggak bisa nikah sama orang lain selain dia! gue nggak mau!"

"Tapi yang punya takdir maunya lo nikah sama gue, gimana dong?"

PREVENTION ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang