BAB 5 - Berhak cemburu?

5.4K 377 3
                                    

Sebuah rak tinggi berwarna coklat dengan buku yang berjejer rapi berbaris di setiap sudut ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah rak tinggi berwarna coklat dengan buku yang berjejer rapi berbaris di setiap sudut ruangan. Jelita sedang berdiri diantara barisan rak yang berada di ruang perpustakaan sekolahnya. Berada di rak paling ujung dengan tulisan 'sastra' di bagian depan. Jelita membawa jari jemarinya menyusuri buku demi buku yang ada dihadapannya. Sedikit membungkukkan badannya ketika tidak mendapati buku yang ia cari. Jelita mencoba mencari di bagian bawah rak yang terlihat banyak tumpukan buku usang.

Jarinya berhenti di sebuah buku berwarna coklat tebal dengan tulisan 'Puisi dikala malam' di sampulnya. Jelita membawa buku itu ke tempat duduk yang terletak di tengah ruangan dengan rasa puas.

"Gue cari lo dari tadi."

Anyelir, sahabat satu-satunya yang Jelita miliki. Salah satu orang kaya baik yang mau menerima Jelita sebagai teman berbaginya. Anyelir tidak pernah melihat Jelita dari status sosialnya, bahkan gadis itu yang selalu menyemangati Jelita untuk segera menyelesaikan sekolahnya dengan baik.

"Aku disini dari tadi."

"Masa sih? Ada gosip baru tentang lo, Ta."

"Bukannya memang aku sering digosipkan ya? Sejak memiliki hubungan sama Langit."

"Iya sih, tapi ini mah gosipnya udah keterlaluan, Ta. Gue sebagai sahabat merasa nggak terima lo dikatain kaya gitu," ucap Anye diplomatis.

Hanya ada helaan nafas jenuh yang keluar dari bibir Jelita. Sejak dikabarkan memiliki hubungan dengan Langit tak henti-hentinya kabar buruk mencoba mengusik kehidupan Jelita yang sebelumnya nyaman dan biasa-biasa saja. Terkadang Jelita hanya ingin abai, enggan terlalu dalam merespon semua gosip tentang dirinya. Tetapi Anyelir, sahabatnya yang notabennya adalah ratu gosip di sekolahnya seperti menjadi pengganjal terbesar keinginannya itu. Anyelir selalu datang dengan berbagai macam gosip yang ditujukkan kepada Jelita.

"Lo digosipin cuma sebagai pelarian Langit doang soalnya doi nggak bisa ngedapetin Senja."

Jemari Jelita menghentikan gerakannya untuk membuka lembar buku di tangannya, berusaha untuk tetap biasa saja walaupun gemuruh di hatinya meronta untuk dikeluarkan. Seandainya dia bisa memaki atau membalas orang yang sudah menyebarkan berita buruk tentang dirinya mungkin akan terasa lebih mudah. Tetapi disini? Jelita hanyalah seorang gadis biasa yang hanya ingin segera mendapatkan kelulusannya dengan baik.

"Lo nggak marah?"

"Marah nggak akan menyelesaikan segalanya, Nye."

"Tapi harga diri lo diinjek-injek kalo kaya gini caranya, Ta."

"Harga diri di sini dilihat dari seberapa banyak uang yang ia miliki dan kamu tahu aku nggak punya itu."

"Tapi Ta--."

"Udah yaa, aku nggak mau denger lagi apapun gosip tentang aku, Nye. Aku disini mau baca." Jelita memperlihatkan buku yang di genggamnya di hadapan Anyelir. Ia ingin menunjukkan bahwa untuk saat ini tidak berniat sedikitpun membahas berita yang dibawa Anyelir.

Diantara Langit & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang