Mobil yang membawa Ibu Erli dan Langit membelah jalanan kota Bandung untuk kembali ke Jakarta. Ditemani hujan yang semakin lama semakin deras menambah hawa dingin yang sudah mendominasi mobil alpahrd milik Mama Erli. Langit duduk di depan menemani sopir agar tidak mengantuk selama perjalanan sedangkan Mama Erli duduk di belakang kemudi dengan pikirannya yang masih tertinggal di Rumah Sakit.
"Mulai minggu depan Mama bisa melakukan fisioterapi di Jakarta. Nggak perlu bolak-balik ke Bandung karena perjalanannya jauh," ucap Langit yang berniat mengajak Mamanya berbicara. Semenjak pulang dari Rumah Sakit Mama Erli masih terdiam. Adegan yang dipertontonkan Langit dengan Jelita pasti memberikan pengaruh kepada Mamanya.
"Kamu ada hubungan apa dengan suster dokter Aga?" tanya Mama Erli dengan pandangan tetap mengarah keluar memperhatikan derasnya hujan di luar sana.
"Ma -."
"Jawab Mama kalau kamu masih anggap Mama ini ibumu. Mama hanya ingin tahu dengan kehidupan anak satu-satunya miliknya." Kali ini Mama Erli menatap Langit. Saat tatapan mereka bertemu Langit melemah. Mama Erli yang selama ini mempertanyakan kesendirian Langit seperti merasa menemukan titik temu berharga yang harus ia cari tahu.
"Dia cuma teman," jawab Langit singkat.
"Teman apa sampai marah-marah nggak tahu tempat?" Mama Erli tidak mau kalah. Ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah luar mobil. "Apa dia wanita yang selama ini membuatmu memilih untuk sendiri?"
"Ma, Jelita cuma teman SMA Langit. Itu saja, tidak lebih," jawab Langit sekali lagi.
"Oh, namanya Jelita."
"Ma," Langit merasa harus waspada terhadap sesuatu. "Tidak perlu mencari tahu, aku dan Jelita hanya sebatas teman. Itupun dulu." Kalimat Langit melemah di akhir kalimat, tidak tahu apa jenis hubungan Langit dan Jelita. Yang jelas kisah mereka hanya ada di masa lalu.
Langit tahu sifat Mamanya, apalagi dengan keinginan Mamanya yang ingin segera melihat Langit menikah atau sekedar mengenalkan seorang perempuan kepada keluarganya. Langit yakin Mamanya akan mencari tahu tentang Jelita. Dan sebelum semua itu terjadi, Langit akan mencegah apapun yang akan dilakukan Mamanya.
"Mama hanya ingin yang terbaik untuk anaknya."
"Langit tahu apa yang terbaik untuk Langit."
Keduanya terdiam dengan berbagai pemikiran masing-masing. Langit merutuki kebodohannya yang terpancing emosi ketika melihat Jelita yang selalu menghindarinya. Ia tidak melihat situasi bahwa mereka tidak hanya sedang berdua di ruangan itu. Dan lebih parahnya, ada Mamanya yang siap menuntut penjelasan sampai benar-benar tuntas seperti sekarang. Langit yakin Mamanya tidak akan tinggal diam.
***
Beep .. beep.
Tungku air panas berteriak ingin segera di angkat dari perapian. Suasana dingin selepas hujan adalah waktu yang tepat bagi Senja untuk menyeduh teh hijau yang ia campur dengan creamer sebagai pemanis. Siang ini Bandung di guyur hujan deras yang menambah suasana dingin di hari liburnya. Setelah menyelesaikan acara simposium dengan sempurna minggu lalu, Senja mendapatkan hari libur yang ia gunakan untuk pulang ke Bogor lalu ke Jakarta untuk bertemu dengan Langit dan datang ke acara ulang tahun Mama Erli. Sekarang ini ia menyisakan satu harinya untuk dirinya sendiri. Ditemani setumpuk novel yang sudah lama ia beli tetapi belum sempat ia baca.
Pesan masuk
Langit:
Sudah sampai di Jakarta, sudah di apartment.Langit mengabari Senja bahwa ia sudah sampai di Jakarta. Senja tahu bahwa Langit sedang mengantarkan Mama Erli berobat di salah satu rumah sakit di Bandung, bahkan tadi ia sempat ditelfon untuk bertemu tetapi Senja menolak. Setumpuk novel lebih menggodanya hari ini.
Me:
Oke.Jawab Senja singkat.
Jika ditanya hubungannya dengan Langit, Senja akan bilang bahwa hubungan mereka baik-baik saja selama sepuluh tahun ini. Semenjak ucapan cinta Langit waktu itu mereka memutuskan untuk diam. Tidak lagi mengungkit masalah perasaan. Senja sangat nyaman memiliki Langit sebagai sahabat tidak lebih dari itu. Ada batas yang sengaja ia ciptakan karena memang seharusnya seperti itu.
Bagi Senja, ada Langit sebagai sahabatnya itu sudah cukup. Dia tidak pernah ingin dekat dengan laki-laki ataupun jika ada yang mendekat Senja selalu menolak. Ia sudah cukup dengan memiliki Langit, ia tidak membutuhkan hal lainnya.
Beep.. Beeppp
Suara handphone miliknya berbunyi, Senja berfikir adalah Langit yang menghubunginya tetapi tidak melainkan Mama Erli.
"Ya, Ma."
"Lagi apa, dek?"
"Baca novel, besuk udah mulai kerja lagi," jawab Senja jujur. "Gimana, Ma? Sehat kan?"
"Sehat, tadi sudah diantar Langit berobat ke Bandung. Kata dokter sudah boleh fisioterapi di Jakarta saja."
"Syukurlah, Maa."
"Dek, Mama boleh nanya seuatu? Tentang Langit."
"Boleh," jawab Senja singkat. Ia sedikit bingung dengan ucapan minta persetujuan dari Mama Erli. Bukankah biasanya Mama Erli memang sering bertanya tentang Langit kepada dirinya?
"Dek, kamu tahu Jelita?"
Tubuh Senja menegang ketika nama itu disebut. Kenangan sepuluh tahun kembali lagi muncul di pikirannya. Senja pikir, nama Jelita sudah mati dalam kehidupannya dengan Langit. Tetapi kenapa nama itu kembali di sebut? Bahkan nama itu keluar dari Mama Erli.
Senja merasa waspada, entah karena apa. Untuk sekarang ini ia hanya takut jika apa yang ia takutkan selama ini terjadi.
"Ta -tahu, Ma," jawab Senja terbata. "Kok, Mama tahu tentang dia?"
"Mama belum tahu, tapi Mama mau mencari tahu. Dan orang yang pertama kali ingin Mama tanyain itu kamu, sebagai orang yang sangat dekat dengan Langit. Kamu tahu hubungan Langit dan Jelita?"
Senja bingung, sejujurnya Langit sudah tidak pernah membahas wanita itu selama ini. Yang Senja ketahui, mereka sudah tidak berhubungan. Tetapi tiba-tiba Mama Erli bertanya tentang sosok Jelita. Apakah itu artinya Langit selama ini masih bertemu dengan wanita itu?
"Setau Senja mereka sudah tidak memiliki hubungan apa-apa, tetapi Senja kurang tahu juga Ma. Siapa tahu Langit menyembunyikannya dari Senja." Ada secuil perasaan sakit yang bisa Senja rasakan ketika kemungkinan selama ini Langit menutupi hubungannya dengan Jelita itu, ada.
"Sudah tidak memiliki hubungan apa-apa, memang sebelumnya mereka hubungannya apa?" tanya Mama Erli yang masih ingin mengorek informasi dari Senja.
"Dulu, dulu mereka pacaran waktu SMA tapi putus waktu kita lulus sekolah. Dan selama itu setahu Senja mereka sudah tidak pernah berhubungan lagi."
Penjelasan Senja memberikan titik terang kepada Mama Erli. Selama ini, Langit tidak pernah dekat dengan perempuan selain Jelita, membuat Mama Erli berasumsi bahwa masih ada perasaan terpendam milik Langit untuk Jelita.
NB :
Orangtua udah ikut campur, runyam deh runyam nasib lo Langit!
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Langit & Senja
RomanceKeberadaan Jelita menjadi bayangan di belakang seorang Langit dan Senja. Kehadirannya tak berarti, hanya sebagai pelarian Langit dari rasa cinta kepada sahabatnya sendiri. Hingga sepuluh tahun perpisahan keduanya, semuanya tak lagi sama. Sebuah raha...