Hari minggu adalah primadona bagi pekerja seperti Jelita. Hari libur yang bisa dimanfaatkan Jelita hanya untuk dirinya sendiri. Memilih untuk menghabiskan waktu liburnya dengan memasak, Jelita sudah meluangkan waktunya pagi-pagi untuk pergi ke pasar. Hari ini ia ingin membuat ayam teriyaki dengan capcay goreng pedas kesukaannya.
Jelita mengiris daging bagian dada, kulitnya sengaja ia sisihkan. Ia akan menggorengnya nanti. Dengan cekatan tangannya menyiapkan bawang bombay, bawang putih, jahe, paprika dan beberapa bumbu lainnya. Bagi Jelita, memasak adalah kegiatan yang menyenangkan. Dalam waktu cepat makanan sudah siap tersaji untuk ia nikmati seorang diri.
Tak ingin terlalu menangisi kesendiriannya, Jelita hendak mengganggu Anye ketika secara bersamaan panggilan dari Mas Bagas masuk.
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, dek. Kayanya lagi happy banget dari suaranya."
"Lagi libur dan Jelita lagi masak ayam teriyaki dan sudah matang," jelasnya melalui sambungan telefon.
Jelita melihat ke arah layar ponselnya ketika panggilan telefon milik Bagas berubah menjadi permintaan panggilan video call. Dengan cepat Jelita menggeser icon warna hijau untuk menerima. Wajah Bagas yang terlihat baru bangun tidur langsung terpampang di layar. Dengan cengingiran Bagas menggaruk kepalanya bagian belakang.
"Mas Bagas ih, ilernya diilangin dulu itu kalau mau vidcall."
Bagas merasa tersinggung. "Enak aja! Mas udah sholat, udah nggak ileran yo."
Jelita tertawa kemudian ia menata beberapa masakannya yang sudah jadi di meja dan menunjukkannya kepada Bagas.
"Keliatannya enak."
"Nggak cuma keliatan. Jelita pastikan bahwa masakan Jelita itu enak."
"Iyaa, iyaa yakin enak. Sayangnya cuma satu."
Jelita meletakkan ponsel miliknya di tempat tissue yang ada di meja dengan tetap mengarahkan kamera ponsel itu ke arahnya. "Sayangnya apa?"
"Sayangnya belum menerima cintaku. Coba kalau mau kunikahi, tiap pagi Mas bisa merasakan enaknya masakan Jelita."
Jelita tersipu, namun berbanding terbalik dengan bibirnya yang manyun. "Pagi-pagi udah ngegombal, emang ya laki-laki kalau udah ada maunya."
"Hahaha, ya iya memang ada maunya."
"Mas Bagas kerja?" tanya Jelita mengalihkan pembicaraan.
"Iyaa, bentar lagi siap-siap. Nggak ada hari libur walaupun hari Minggu. Mas Bagas lagi banyak-banyakin nabung buat nikahin kamu."
"Mas Bagas ih."
"Hahaha, maaf-maaf. Ya sudah kamu sarapan terus menikmati hari liburmu. Besok kalau sudah nikah sama Mas, hari liburmu nggak akan pernah Mas sia-siakan," kata Bagas masih tetap menggoda Jelita. "Bye sayang."
Klik.
Jelita merasakan ada yang janggal dengan kalimat Bagas yang terakhir, namun ia mencoba untuk abai. Bagas memang selalu suka menggodanya, dasar!
Jelita menyelesaikan makannya dalam diam dan tepat ketika ia selesai sarapan bel pintu rumahnya berbunyi membuat Jelita bertanya-tanya siapa gerangan tamunya di hari Minggu. Tidak mungkin Anye, ia sedang berbulan madu bersama Aldo.
Hash! Sepertinya memang Jelita tidak akan bisa menikmati hari liburnya pagi ini.
"Iyaa, sebentar," teriaknya dari dalam.
Jelita berjalan dengan cepat ke arah pintu kemudian membuka pintunya dengan tergesa. Jelita terkejut hingga hendak mengumpat namun tertahan karena logikanya masih tersisa. Seperti melihat hantu di siang hari, Jelita merasa bumi sedang tidak berbaik hati kepadanya. Di depan rumahnya berdiri wanita setengah baya yang masih terlihat sangat cantik, Mama Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Langit & Senja
RomanceKeberadaan Jelita menjadi bayangan di belakang seorang Langit dan Senja. Kehadirannya tak berarti, hanya sebagai pelarian Langit dari rasa cinta kepada sahabatnya sendiri. Hingga sepuluh tahun perpisahan keduanya, semuanya tak lagi sama. Sebuah raha...