Tepat satu bulan setelahnya adalah waktu ulang tahun Mama yang sudah lama Langit tunggu-tunggu. Rencananya hari ini ia akan memberikan kejutan kepada kedua orangtuanya untuk datang ke acara ulang tahun yang di selenggarakan Papanya di villa di Puncak. Menggunakan setelan suit berwarna abu yang pas melekat di tubuhnya. Langit menjulang tinggi berdiri di depan cermin. Tak lupa sebuah accesoris bunga mawar ia sematkan di saku kanannya untuk menambah kesan formal dalam penampilan Langit malam ini.
"Sudah siap?" tanya Senja yang muncul di balik tubuhnya.
Senja mengenakan dress abu-abu yang senada dengan penampilan Langit. Dress off shoulder dengan belahan tinggi pada bagian kaki hingga memperlihatkan paha Senja yang indah. Ditambah glitter yang bertabur di sisi bagian bawah dress untuk menambah kesan mewah pada penampilan Senja.
Malam ini Langit mengundang Senja untuk menemaninya mengakhiri perang dingin bersama kedua orangtuanya. Senja adalah satu-satunya orang yang menemaninya ketika ia memulai perang itu dan satu-satunya orang yang ingin Langit tunjukkan ketika perang itu selesai.
Saat pertama kali Langit mengatakan itu, Senja menangis memeluknya. Ia bahagia ucap Senja. Bagaimanapun mereka adalah satu-satunya keluarga Langit yang memang harus dijaga hubungannya dengan baik.
"Sudah," jawab Langit singkat. "You look stunning, Baby"
"Gombal."
Langit menahan lengan Senja yang berniat pergi. I menarik tangan Senja untuk semakin mendekat ke arahnya. "Apakah sudah pernah ada laki-laki yang mengatakan bahwa kamu adalah wanita yang luar biasa, Senja?"
"Banyak! Udah deh nggak usah mulai ngegombal, Lang," jawab Senja sambil berusaha melepaskan belitan tangan Langit di pinggangnya. "Gue nggak mau telat di acara ulang tahun Mama Erli."
Ketika tangan Langit terlepas, Langit mendesah pelan. Seperti itulah Senja, ia akan selalu pergi jika Langit sudah mulai mencoba membawa hubungan mereka ke arah yang lebih jelas. Selama sepuluh tahun, Langit tidak pernah lagi membahas tentang perasaaannya. Ia fokus ke dalam bisnis dan pembuktiannya kepada Papanya. Senja pun tak lagi membahas hal-hal yang berkaitan dengan cinta. Wanita itu hanya menunjukkan keberadaannya yang akan selalu berada di sisi Langit dalam kondisi apapun.
"Mau sampai kapan lo ngehindar, Nja?" tanyanya sendiri. Karena ia tahu Senja tidak akan pernah menjawab pertanyaannya karena wanita itu sudah pergi.
Langit dan Senja sampai di Villa tepat pukul delapan malam. Dengan langkah yang sedikit terburu-buru karena mereka sudah agak terlambat datang ke acaranya.
"Lo sih, Lang! Udah dibilang jangan lama-lama dandannya. Udah kaya cewek aja, dandan lama banget!" Senja berjalan dengan sedikit kesusahan karena pakaiannya. Tetapi mulutnya tak pernah berhenti mengomel kepada Langit.
"Gue tiba-tiba pengen boker. Ya kali bisa ditahan, Nja!" Langit mencoba mempertahankan sisa-sisa harga dirinya yang sudah diinjak-injak Senja.
"Udahlah, lain kali kalau acara jam delapan kita itu harus siap-siap jam lima -."
"Stop!" ucap Langit yang menutupi mulut Senja dengan tangannya. "Kita sudah sampai."
Senja langsung mengibaskan tangan Langit yang menutup mulutnya dengan kasar. "Gila lo ya! Lipstik gue bisa ilang kalau lo tutup mulut gue, Langit!"
Salah lagi gue, batin Langit.
"Lo mau masuk nggak? Atau masih mau ngomel lagi?"
"Masuk," jawab Senja dengan melingkarkan tangannya ke lengan Langit.
Ketika pintu dibuka mereka langsung di sambut dengan hamparan hiasan bunga lily yang mendominasi ruangannya. Dipadukan dengan dress code berwaran hitam, putih dan abu dari para tamu yang datang. Ruangan malam ini sangat indah dipandang mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Langit & Senja
RomansaKeberadaan Jelita menjadi bayangan di belakang seorang Langit dan Senja. Kehadirannya tak berarti, hanya sebagai pelarian Langit dari rasa cinta kepada sahabatnya sendiri. Hingga sepuluh tahun perpisahan keduanya, semuanya tak lagi sama. Sebuah raha...