Bab 21 - First Meet

6.3K 435 6
                                    

Satpam disebuah gedung perkantoran membukakan pintu untuk seorang laki-laki yang tak lain adalah bos di perusahaan tempatnya bekerja. Sebuah bangunan yang tidak terlalu luas dengan pintu tinggi berwarna tembaga dengan aksesoris tambahan kaca-kaca gelap di sekelilingnya. Sepertinya, sang empunya bangunan ini sangat ingin menonjolkan sisi maskulin. Dilihat dari desain bangunan tipe industrial yang didominasi warna abu dan hitam.

"Saya bawa mobil sendiri saja, Pak," kata bos itu sesampainya di parkiran.

"Lho, nggak langsung pulang, Den?"

"Nggak pak. Saya mau jemput Senja dulu di Bandung, besok mau ada acara bareng."

"Oh, siap Den."

Ya, laki-laki itu adalah Langit yang kini menjelma menjadi seorang laki-laki dewasa yang penuh toleransi. Tak seperti Langit muda yang egois dan anarkis, Langit sekarang lebih menjadi seorang laki-laki dewasa baik hati idaman semua kalangan wanita. Semua dalam hidupnya berubah semenjak penelantaran Papanya sepuluh tahun lalu. Langit menjual apartement, satu-satunya benda yang tersisa yang bisa dia manfaatkan. Uang yang ia dapatkan dari penjualan apartment digunakan untuk kuliah di dalam negeri.

Harapan semua manusia adalah mendapatkan uang melalui hobbynya. Itu yang Langit lakukan.

Bermodalkan otak encer dan hobby game, Langit mulai menekuni bidang Pemrograman dan software gamers. Hingga akhirnya ia mampu mendirikan sebuah perusahan yang bergerak di bidang itu. Langit bisa membuktikan kepada Papanya bahwa tidak perlu kuliah ke luar negri untuk menjadi orang yang sukses, yang terpenting adalah niat dan cerdik mengambil peluang.

Namun semua itu tidaklah di capai Langit dengan sesuatu yang mudah. Jatuh bangun Langit mempertahankan perusahaannya untuk tetap eksis di dunia gamers. Sering ia ditipu, sering juga ia bermain licik untuk mendapatkan hal yang diinginkan. Tetapi semua itu membuat Langit semakin lebih dewasa.

"Nja, gue udah sampai depan Rumah Sakit." Langit berbicara dengan Senja melalui telefon genggam. Ia sedang berada di dalam mobil yang sudah memasuki kawasan rumah sakit tempat Senja bekerja sekaligus belajar.

"Ya bentar, gue keluar."

Beribu manusia silih berganti datang bertemu dengan Langit tetapi hanya satu orang yang tetap setia mendampinginya di saat suka maupun duka, sahabatnya Senja.

Senja, tidak mungkin tidak mendapatkan apa yang dicita-citakan. Wanita yang sudah mendapatkan gelar dokter umum itu kini sedang mengambil resident anak. Wanita yang sekarang terlihat lebih langsing dan semakin cantik karena sudah pintar bermain dengan make up serta selalu menjaga tubuhnya. Senja selalu sempurna di mata Langit.

"Kita makan dulu, Lang! Laper gue," ucap Senja setelah bertemu dengan Langit di lobby rumah sakit.

"Oke."

Hari ini Langit menjemput Senja untuk ke Jakarta karena mereka berdua akan datang ke pernikahan Aldo besuk pagi. Sebenarnya mereka berdua dapat jadwal datang ke acara resepsi di siang hari, tetapi karena Senja siangnya sudah ada acara jadi mereka memutuskan untuk datang di pagi harinya.

Dua paket makanan siap saji sudah berada di meja di hadapan mereka. Tanpa dipersilahkan dan beramah tamah, Senja langsung melahap cheese burger yang terlihat begitu menggoda di matanya yang kelaparan.

"Easy baby, gue nggak akan minta bagian lo."

Senja membersihkan bibirnya menggunakan tissue ketika merasakan saus yang bercecer di sana. "Sumpah, gue la..pher bhaanget," jawabnya.

"Senja, lo belajar bukan kerja rodi."

"Iya sih Lang, tapi acara simposium besok siang itu penting banget buat gue. Gue mau semuanya perfect," ucap Senja tidak mau kalah.

Diantara Langit & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang