Bab 20 - I Still Hate You

5.9K 453 4
                                    

Bagi Jelita, acara yang paling dia suka itu adalah kondangan. Entah kenapa, bisa jadi karena momentnya yang begitu spesial atau karena acaranya yang meriah atau hanya tentang makanannya yang banyak. Itu semua sudah cukup menjadi alasan kenapa Jelita menyukai datang ke acara kondangan. Apalagi jika yang menikah itu adalah sahabat sejatinya, Anyelir.

Bagaimana proses kedekatan Anye dan Aldo yang dulu bagaikan anjing dan kucing kemudian memutuskan untuk hidup bersama hingga maut memisahkan, Jelita sendiri pun tidak terlalu paham. Karena jarak yang memang memisahkan mereka bertiga membuat keduanya khususnya Jelita dan Anye tak lagi sering bercerita setiap hari seperti dulu. Apalagi ditambah aktivitas pekerjaan masing-masing yang memang membutuhkan konsentrasi, tenaga dan pikiran yang wajib harus diprioritaskan.

Menjadi manusia dewasa memang tidak mudah, sist!

Tapi bagaimanapun mereka kemudian bersatu tak penting bagi Jelita karena yang terpenting baginya adalah kebahagiaan Anyelir. Itu saja.

"Jelitaaaaaa!"

Anye dengan suara khas cemperengnya yang memang tidak pernah berubah. Berteriak kegirangan seperti baru saja melihat kedatangan Jennie blackpink ke dalam kamar penganten miliknya. Gadis yang sebentar lagi akan menjadi seorang wanita itu kini duduk berbalut kebaya berwarna putih dengan jarik coklat khas wanita jawa. Rambutnya yang panjang kini ditata rapi membentuk sanggul ukel konde. Jangan abaikan make up yang terpoles sempurna tanpa cacat sehingga mampu menutupi Anyelir yang kekanakan.

"Gue udah dateng!"

"Makasiiih ... unch unch."

Anyelir sudah mulai lebay yang hanya ditanggapi Jelita dengan cibiran. Sekarang ini Anyelir sudah bersiap di dalam kamar pengantin. Mereka sedang menunggu akad nikah diikrarkan Aldo dan kemudian Anyelir akan keluar menemui suaminya itu.

"Lo nggak cemas, Nye?"

"Iya gue cemas. Jangan sampai Aldo malu-maluin sampai salah ngucap ijab kabulnya."

Jika Anye belum selesai berdandan dan bersiap, mungkin sebuah boneka bisa terlempar mengenai wajahnya. Tetapi Jelita tidak melakukan itu, ia hanya mendesis menjawab dengan geraman kalimat Anye.

"Yang gue tanya bukan cenas karena takut Aldo salah ucap tapi apa lo nggak cemas karena sebentar lagi jadi istri orang?"

"Ooh," jawab Anye malu. "Gue udah yakin sama Aldo."

"Kalian memang keren," jawab Jelita.

Kalimat "SAH" mendominasi rumah Anya, tempat dimana akad nikah dilangsungkan. Rona kebahagiaan sama sekali tidak bisa di tutupi oleh Anye bahkan justru satu tetes air matapun tidak terlihat mengalir dari pipinya. Hanya gurat kebahagiaan yang ada di wajah itu.

"Selamat ya, Nye."

"Thank's, Ta."

Anyelir memeluk Jelita, ia ingin membagi kebahagiaannya dengan sahabatnya.

Setelah akad nikah selesai mereka didudukkan dalam satu meja bersama wali nikah dan penghulu untuk menandatangani beberapa proses administrasi untuk melegalkan status pernikahan mereka. Musik-musik jawa menemani setiap prosesi pernikahan yag dilakukan kedua mempelai. Jelita hanya melihat dari kejauhan hingga akhirnya waktu yang ditunggu-tunggunya datang juga, yaitu waktunya makan.

Jelita mencoba mengedarkan pandangannya di beberapa booth yang mulai di kerumuni tamu yang datang. Kebanyakan adalah keluarga terdekat Anye dan Aldo. Dan pilihan Jelita jatuh ke Kambing Guling yang terlihat memiliki antrian lebih panjang. Tetapi Jelita pantang menyerah, dia tetap melangkahkan kakinya mendekati stand booth itu.

Jelita berdiri dibelakang laki-laki berkemeja batik yang menjulang tinggi di hadapannya. Laki-laki yang terlihat asik ngobrol bersama temannya. Berkali-kali Jelita melirik ke bagian depan, mencoba menghitung kurang berapa lagi antrian yang harus ia tunggu. Hingga tiba-tiba laki-laki dihadapannya mengambil ponsel yang ia letakkan di saku celananya. Namun, rokok yang terselip di sakunya ikut keluar dan terjatuh di dekat kaki Jelita.

"Mas, maaf rokoknya jatuh." Jelita memberi tahu dengan sopan sambil tangannya mengetuk-ngetuk bagian lengan laki-laki itu yang terasa liat.

"Oh, iya-."

Ketika tatapan mereka bertemu, tubuh Jelita menegang. Matanya terpaku ke arah laki-laki yang terlihat sama terkejutnya dengan dirinya. Demi kambing guling yang terlihat menggoda namun tiba-tiba terbuang sia-sia. Jelita berharap tiba-tiba tubuhnya menghilang begitu saja atau jika boleh meminta ada pintu doreamon yang bisa membuatnya pergi entah kemana. Laki-laki itu berada di depannya.

Laki-laki yang sudah menjelma menjadi pengingat sakit hati setiap Jelita mencoba membuka hatinya kepada Bagas atau laki-laki lain.

Laki-laki yang sialnya sekarang terlihat semakin dewasa dan mempesona!

Dia Langit Angkasa Adjisuseno, laki-laki brengsek yang sudah mengambil kepercayaan Jelita tentang cinta.

"Sorry," ucap Jelita kemudian berlalu pergi.

Di setiap langkahnya menjauh, bayang-bayang masa lalu kembali menguar ke permukaan. Tetapi hebatnya, bukan kenangan terburuk yang datang tetapi justru kenangan-kenangan saat kebersamaan mereka yang saling berebut meminta perhatian Jelita. Langit sekarang sangat berbeda dengan Langit yang dulu, namun garis wajah dan aura jahat masih ada pada dirinya.

"Ta -."

"Nggak usah ikutin gue!" jawab Jelita marah ketika ia tahu bahwa laki-laki itu menyusulnya.

"Ta, berhenti dulu."

"Nggak mau!"

"Jelita! Berhenti dulu atau gue bisa ngelakuin sesuatu yang lo nggak suka!"

Jelita berhenti kemudian memberanikan diri untuk membalikkan tubuhnya menghadap Langit. Ia tidak mau merasa kalah dan tertekan. "Mau apa lo? Bukannya gw udah bilang kalau ketemu lagi jangan anggap kita saling mengenal, sudah jelas kan?"

Langit justru tersenyum, senyum manis yang membuat hati Jelita berdesir tidak karuan. Sialan memang!

"Gue mau balikin cluth lo yang terjatuh. Gue takut lo nggak bisa pulang karena di dalamnya ada dompet dan ponsel." Langit mengucapkan kalimat itu dengan wajah tengil sambil tangannya menyerahkan cluth warna hitam emas milik Jelita.

Sedetik kemudian Jelita merasa dirinya begitu bodoh jika berfikir Langit mengejar untuk dirinya. Jelita malu, tambah malu!

Jelita berjalan dengan kasar mendekat ke arah Langit yang menyerahkan cluth miliknya. Dan dengan cepat Jelita mengambil tas itu kemudian berlalu pergi mengakhiri pertemuan mereka.

Ini hanya sebuah pertemuan, kemudian mereka akan kembali menghilang. Itu saja bukan?

Diantara Langit & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang