#20

1.1K 110 49
                                    

Prabu Siliwangi, Kian Santang, Rara Santang, Surawisesa, dan Walangsungsang sedang berkumpul di aula pertemuan termasuk Resi Danayaksa.
Namun, di aula itu hanya mereka berenam saja yang hadir dan para punggawa tidak diizinkan untuk masuk.

Kian Santang dan yang lainnya sedang berdiskusi soal Ketiga Batu yang menjadi incaran Hydra.

"Resi, aku masih belum mengerti soal Ketiga Batu itu. Aku pun masih belum mengetahui asal usul dari Ketiga Batu itu!"kata Kian Santang sembari melipat kedua lengannya di depan dada.

Resi Danayaksa melangkah ke arah meja yang berada di sana lalu membuka sebuah kertas yang berisi tiga gambar Batu.

"Ketiga Batu ini adalah Batu Keabadian. Batu berwarna merah adalah Batu Kekuatan, Batu berwarna Hijau adalah Batu Waktu dan Batu berwarna Kuning adalah Batu Jiwa. Ketiga Batu ini memiliki kekuatannya masing masing. Sekarang, Hydra sudah memiliki Batu Kekuatan berarti sisa Batu Waktu dan Batu Jiwa. Jangan sampai Batu Waktu dan Batu Jiwa jatuh ke tangan Hydra. Jikalau itu sampai terjadi, maka setengah populasi manusia akan musnah!"jelas Resi Danayaksa.

"Resi, Batu Waktu berada di tanganmu dan tugas kita sekarang adalah mencari dimana Batu terakhir, yaitu Batu Jiwa!"sambung Kian Santang.

"Apa yang dikatakan oleh Rai Kian Santang itu benar, sekarang kita harus mencari Batu Jiwa. Tapi, bagaimana cara untuk mencari Batu Jiwa!"sambung Walangsungsang.

"Kau tidak perlu khawatir Raden, karena aku tahu siapa pemilik Batu Jiwa itu!"jawab Resi Danayaksa.

"Katakan Resi, siapa pemilik Batu Jiwa itu?"

"Raden Mirza Hakim, Kakak dari Nyimas Dewi Rengganis!"balas Resi Danayaksa.

"Baiklah, kalau begitu kita pergi berangkat ke Istana Baabulah dan menemui Raden Mirza Hakim!"

Resi Danayaksa membuka sebuah portal menggunakan Batu Waktu yang berada di tangannya.

"Masuklah ke dalam Portal ini agar kita lebih cepat sampai ke Istana Baabulah!"saran Resi Danayaksa.

"Baik Resi. Mari, Putraku Putriku!"

"Mari Ayahanda!"

Saat semua sudah di dalam portal dan hendak pergi menuju Istana Baabulah, Kian Santang menghentikan langkahnya di depan portal.

"Putraku Kian Santang, ada apa sehingga kau tidak ikut?"tanya Siliwangi.

"Maaf Ayahanda, aku akan tetap disini untuk menjaga Istana dan Ibunda Subang Larang!"

"Baiklah, jaga dirimu baik baik!"

"Baik Ayahanda!"

Kemudian, lingkaran portal tertutup dan menghilang.

- Masa Lalu

Jaya Sangara berusaha mengeluarkan Tombak Halilintar dari dalam tubuhnya namun, Tombak itu menolak untuk keluar.

"Kenapa Tombak ini tidak mau keluar, Tombak ini satu satunya caraku agar aku bisa kembali ke Masa Pajajaran!"

Sekali lagi, Jaya Sangara berusaha mengeluarkan Tombak Halilintar dari dalam tubuhnya namun tetap Tombak itu tidak mau keluar.

Tiba-tiba, Pamanah Rasa masuk ke dalam kamar Jaya Sangara.

"Ayahanda?"

"Jaya Sangara, ikut aku!"

"Tapi kemana, Ayahanda?"

"Hari ini kita akan bertempur melawan Argadana dan Ayahanda ingin kau ikut dalam pertempuran ini!"

"Baik Ayahanda"

*****

Setelah semua Prajurit Pajajaran sudah bersiap untuk berperang, barulah mereka berangkat menuju medan pertempuran.
Prabu Dewa Niskala tidak pergi sendirian karena Pamanah Rasa dan Jaya Sangara ikut dalam pertempuran ini.

Kembalinya Raden Kian Santang ( Season 3 ) | Chapter 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang