"Terima kasih, ya, sudah mau mendaftar di ekskul ini. Jujur saja, aku sebagai ketua merasa senang karena kau mau bergabung."
"Itu juga karena aku, Kak. Aku menawarkan dia agar bergabung dengan kita, dan dia langsung tertarik begitu saja."Nari tersenyum dan mengangguki ucapan Hajin. Saat ini Hajin, Yoona, dan Nari sedang berada di ruang konseling. Nari memutuskan untuk bergabung ke ekstrakurikuler tersebut dan kini berhadapan dengan ketuanya, Nancy. Kelas 3-1.
"Bagus kalau begitu. Ekskul kita tidak terlalu diminati. Anggotanya pun hanya ada 10. Sekali lagi aku ucapkan terima kasih padamu, Han Nari. Semoga kau bisa membantu orang-orang yang sedang mendapat masalah," jelas Nancy.
Nari kembali mengangguk. "Iya, Kak."
"Kalau begitu kalian boleh kembali ke kelas. Sebentar lagi bel masuk."
"Oke, Kak," sahut Yoona. Lalu ketiga perempuan itu segera keluar dari ruang konseling.
"Akhirnya kita satu ekskul. Bagaimana perasaanmu setelah diterima bergabung?" tanya Hajin begitu mereka keluar dari ruangan.
"Eum ... senang, tentu saja. Tapi kenapa anggotanya hanya ada sepuluh?"
"Ya mau bagaimana lagi. Tidak ada yang berminat masuk ke ekskul konseling. Hanya orang-orang yang ingin membantu saja yang bergabung." Yoona yang menjawabnya.
"Sejauh ini, kalian sudah melakukan apa saja?"
"Banyak. Paling sering menangani orang-orang yang baku hantam. Tapi ada juga yang datang ke ruang konseling tanpa disuruh dan menceritakan masalahnya pada kami," jelas Hajin. "Oh iya, sudah hampir satu bulan ini kami tidak terlalu aktif membantu karena memang tidak ada masalah, atau mungkin tidak ada yang ingin menceritakan masalahnya. Karena itu aku lebih aktif di klub broadcasting, dan Yoona di klub dance," sambungnya kemudian.
"Begitu, ya?"
Yoona dan Hajin mengangguk. "Tapi ada satu hal yang harus kau tau, Nari-ya," ucap Yoona. Dia menoleh kepada Nari. "Jika ekskul itu sudah tidak mendapatkan orang yang mau menceritakan masalahnya, terpaksa akan dibubarkan oleh pihak sekolah. Menyedihkan memang, tapi kami berusaha untuk bertahan dan meyakinkan pengurus OSIS bahwa ekskul kami masih berhak berdiri," jelasnya kemudian.
•••
"Apa benar kau dan murid pindahan itu satu rumah?"
Pertanyaan dari Hyuka membuat Beomgyu yang sedang mencatat apa yang tertulis di papan tulis berhenti begitu saja. Beomgyu berdecak pelan dan menoleh kepada teman sebangkunya itu.
"Aku, kan sudah bilang bahwa itu tidak benar," elak Beomgyu. Bagaimana pun tidak boleh ada yang tau jika dia dan Nari satu rumah.
"Aku tidak percaya, kemarin Yoona bilang bahwa kau dan murid pindahan itu satu rumah."
"Kau lebih percaya dia daripada aku, begitu?"
"Ti— tidak, bukan begitu."
"Ya sudah, berhenti bertanya karena jawabanku akan sama." Setelah mengatakan kalimatnya, Beomgyu kembali mencatat apa yang ditulis guru. Sementara itu, Hyuka malah berpikir. Dia berusaha mencari jawabannya sendiri tentang kenapa Beomgyu bisa satu tempat tinggal dengan murid pindahan yang cantik itu.
"Tunggu sebentar. Beomgyu-a, jangan-jangan alasan kau satu rumah dengannya itu karena ..."
Beomgyu tidak menoleh, tapi dia berhenti mencatat dan menanti kelanjutan kalimat Hyuka.
"Kalian sepupu, benar?"
Beomgyu langsung menoleh. "Sepupu?"
"Iya, kalian sepupu, jadi tinggal bersama di rumah nenek?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] GYUNARI
Fanfiction‹ 𝐆𝐘𝐔𝐍𝐀𝐑𝐈 › ft Choi Beomgyu ❝Cinta adalah bunga yang harus kau biarkan tumbuh di hatimu.❞