17 ─ maaf

258 97 8
                                    

Nari berjalan di depan Beomgyu dengan tegang. Sementara di belakangnya, Beomgyu berjalan santai sambil memperhatikan Nari dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana.

Tak jarang juga Beomgyu terkekeh secara diam-diam dengan pandangan mata yang tertuju pada perempuan yang berjalan di depannya.

Pagi ini, Nenek mereka sedikit kebingungan karena Beomgyu dan Nari tidak membuat keributan seperti biasanya. Bahkan ketika Beomgyu meminta untuk mandi lebih dulu, Nari sama sekali tidak keberatan. Perempuan itu memilih untuk mengalah.

"Tumben sekali perempuan singa itu tidak mengaum. Tapi baguslah, aku tak perlu membuang tenaga untuk berdebat dengannya pagi ini."

Beomgyu mempercepat langkahnya, dan tiba-tiba saja Nari berhenti hingga membuat Beomgyu yang berada di belakangnya hampir menabrak punggung Nari.

"Kenapa berhenti mendadak?" tanya Beomgyu yang sedikit kesal karena dia hampir menabrak Nari dari belakang.

Nari berbalik badan.

Keduanya saling tatap.

"Heh, beruang. Sekarang kita lupakan kejadian di ruang kesehatan itu. Aku juga akan melupakannya dan tidak akan pernah menganggap itu terjadi," kata Nari tiba-tiba. Selama melangkah tadi, pikirannya terus saja tertuju pada hal itu hingga akhirnya dia memutuskan untuk membuat kesepakan dengan Beomgyu agar sama-sama tidak mengingat kejadian itu lagi. Demi apa pun, Nari tidak suka jika terus-menerus gugup ketika bersama Beomgyu.

"Kenapa tiba-tiba? Jika aku tak ingin melupakannya, bagaimana?"

Nari membulatkan mata. "Choi Beomgyu, aku menyuruhmu untuk melupakannya," kata Nari sambil menunjuk Beomgyu tepat di depan wajah laki-laki itu. Nari menurunkan telunjuknya. "Ohhh, jangan-jangan kau menyukaiku karena itu tak ingin melupakannya, ya?" terka Nari kemudian yang berhasil membuat Beomgyu membulatkan mata.

"Apa? Ya! Yang ada kau, tuh, yang menyukaiku. Mana mungkin aku menyukaimu. Sekarang mengaku saja, kau diam-diam menyukaiku, kan? Ayo mengaku. Kemarin kau sedang mencari kesempatan, kan?"

Pletak

"Ya!" Beomgyu memegang kepalanya yang kena pukul Nari.

"Aku? Menyukaimu? Mustahil! Aku tidak menyukaimu, kau itu laki-laki paliiiiingggggg menyebalkan yang pernah kutemui. Aku harap kau pergi jauh-jauh dari hidupku!"

"Kau saja sana yang pergi jauh-jauh. Kenapa harus aku?"

"Karena kau itu hanya menumpang, ingat, kau menumpang tinggal di rumah nenekku. Kau itu orang asing. Apa selama ini nenek tahu kau berasal dari mana? Nenek tahu siapa keluargamu?" Nari emosi.

Beomgyu terdiam setelah mendengarnya. Dia merasa sakit hati dengan perkataan Nari. Jika saja Nari adalah seorang laki-laki, sudah dipastikan Beomgyu akan segera melayangkan tinjunya.

Nari yang melihat Beomgyu diam sambil menatapnya memilih untuk berbalik badan lagi. Ketika kakinya hendak melangkah, Nari terkejut karena tangannya dicekal.

Beomgyu mencekal lengan Nari dan menariknya hingga membuat Nari berbalik badan dan berhadapan sangat dekat dengan Beomgyu.

Beomgyu masih mencekal lengan Nari. Semakin kuat.

"Ya, kenapa? Lepaskan tanganku," pinta Nari berusaha melepas cekalan tangan Beomgyu.

"Han Nari. Perkataanmu menyakiti perasaanku. Aku tahu aku hanya menumpang, aku sadar bahwa aku ini orang asing. Aku tidak pernah meminta untuk tinggal bersama dengan nenek. Nenek sendiri yang membuka pintu rumahnya dan memintaku untuk tinggal bersama dengannya," jelas Beomgyu dengan tatapan serius.

[✓] GYUNARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang