21 ─ toko bunga

244 90 13
                                    

"Nari, tolong bangunkan Beomgyu, eo?"

Nari yang sedang membantu neneknya menyiapkan sarapan segera menoleh ke belakang: pada neneknya yang sibuk menggoreng sesuatu.

"Hm, baik, Nek." Setelah menyahut, Nari segera pergi meninggalkan meja makan dengan terpaksa. Kenapa neneknya itu selalu memintanya membangunkan Beomgyu? Apalagi dia seorang perempuan. Bukankah tidak seharusnya seorang perempuan masuk ke dalam kamar laki-laki yang sama sekali tak ada hubungan dengannya.

Kadang, Nari menggerutu sendiri karena Beomgyu itu selalu bangun terlambat dan berakhir dengan neneknya yang menyuruhnya untuk membangunkan. Benar-benar merepotkan sekali. Jika bukan karena perintah neneknya, Nari sangat tidak mau di suruh seperti itu.

Nari berhenti di depan kamar Beomgyu.

Tok tok

"Choi Beomgyu, bangun!!" kata Nari dengan sedikit keras.

"Aish, dia itu tidur atau berhibernasi seperti beruang? Susah sekali dibangunkan. Jika Tuhan tidak mengembalikan nyawanya yang ada di alam mimpi bagaimana coba?" Nari menggerutu. Setelah itu tangannya segera meraih gagang pintu, dan dalam satu kali gerakan, pintu kamar Beomgyu langsung terbuka.

Nari membuka pintu itu dengan perlahan, dan begitu terbuka, matanya bisa melihat Beomgyu yang masih tidur dengan selimut yang menutupi tubuh.

Nari menggelengkan kepala sambil berdecak. Kemudian, kakinya mulai melangkah mendekati laki-laki yang sedang tidur menyamping dengan bantal guling yang dipeluk.

Nari berkacak pinggang, matanya memandang ke arah Beomgyu yang sama sekali tidak bergerak.

"Ya! Bangunlah," ucap Nari dengan nada normal, dan mana bisa Beomgyu mendengarnya. Nari mengembuskan napas saat tak mendapat respon dari Beomgyu.

Nari pun menggerakkan kedua tangannya, lalu dia menggoyangkan lengan Beomgyu.

"Aish, bangun. Jangan tidur terus!"

Beomgyu mulai bergerak, Nari segera berdiri tegak lagi. Setelah itu, tubuh Beomgyu jadi terlentang dengan kedua tangan direntangkan. "Mengganggu saja, masih pagi, tahu," balas Beomgyu tanpa membuka matanya, lalu dia tidur menyamping lagi.

Nari mengerlingkan bola mata.

"Ya! Kau ingin Tuhan tak membangunkanmu lagi, eo? Jika aku tidak disuruh Nenek, mana mau aku membangunkanmu seperti ini. Kau itu sebenarnya tidur atau mati, sih? Susah sekali bangunnya," jelas Nari sedikit kurang ajar di akhir kalimat.

Sontak, Beomgyu yang mendengar itu langsung membuka mata. Atensinya langsung menatap Nari.

"Sembarangan sekali kalau bicara. Aku itu sedang tidur, bukan mati."

"Tidur setengah mati, sulit sekali terbangunnya," balas Nari.

Beomgyu segera bangun dari tidurnya. Tangannya bergerak menggaruk belakang kepala sambil menguap.

"Cepat bangun, cuci muka, sarapan, mandi, setelah itu kita berangkat ke toko bunga. Tapi aku tidak menemanimu lama di sana, aku harus kerja kelompok," jelas Nari.

"Kerja kelompok? Di mana? Bersama siapa?"

"Kerja kelompok dengan Sungchan, di apartemen dia."

Jawaban Nari membuat Beomgyu mendelik. "Apa? Apartemennya?"

Nari mengangguk.

"Kenapa harus di apartemen? Kenapa tidak di kafe saja? Asal kau tahu, tidak baik seorang perempuan dan laki-laki berada di satu ruang yang sama, apalagi mereka tidak terlalu dekat," kata Beomgyu.

[✓] GYUNARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang