Nari menatap langit-langit kamarnya. Tak jarang juga dia menjerit pelan karena mengingat kejadian yang terjadi di ruang kesehatan beberapa jam lalu.
Saat ini, setelah mandi, makan, dan minum obat alergi, Nari memutuskan untuk diam di kamar. Mengistirahatkan diri. Namun entah mengapa pikirannya selalu saja tertuju pada kejadian itu.
"Kenapa aku harus mencium Beomgyu, sih?! Lalu kenapa pula aku mencium bibirnya?!" Nari menggerutu kesal. Dia memukul-mukul kepalanya sambil menyerukan kata bodoh.
"Wah, benar-benar. Sepertinya ruang kesehatan itu ada penunggunya. Pasti si penunggunya merasukiku agar dia bisa mencium Beomgyu!" katanya mulai melantur.
Drrt drrt
Nari berhenti menggerutu. Kepalanya tertoleh ke ponsel yang tergeletak tak jauh dari posisinya di atas kasur.
Setelah diraih, Nari melihat sebuah pesan dari nomor yang tak dikenal. Hal itu langsung membuat Nari penasaran untuk segera membacanya.
Tak
Jschnxx
Untuk kerja kelompok, kau ingin mengerjakannya di mana?
Aku Jung SungchanNari menganga. Dia tidak menyangka jika Sungchan bisa mendapatkan nomornya.
"Apa dia memintanya pada Hajin?" Tanpa menunggu banyak waktu, Nari segera mengirim balasan.
Han Nari
Dimana saja asal kau bisa nyaman.Jschnxx
Di apartemenku, mau?***
Beomgyu termenung sambil menyangga dagu menggunakan satu tangan. Pandangannya tertuju pada bunga-bunga berpot di depan sana yang tersusun rapi.
Pikirannya sedang tertuju pada kejadian tadi.
Perlahan, dia menyentuh bibirnya. Namun langsung menggeleng. "Wah benar-benar, si perempuan singa itu menciumku dengan berani. Ancamannya sangat gila. Apa dia menyukaiku? Karena itu dia memberi ancaman agar bisa mendapat kesempatan untuk menciumku?"
"Beomgyu."
Beomgyu terperanjat. Dia langsung duduk tegak. Dilihatnya sang nenek yang baru saja menyentuh bahunya.
"Kenapa terkejut begitu? Kau sedang melamun ya?" tebak sang nenek.
Beomgyu mengusap pundaknya sambil tersenyum-senyum. "Ya ... begitulah, Nek. Nenek sudah mau pulang?"
Baru saja nenek hendak menjawab, nada dering ponsel Beomgyu berbunyi. Hal itu membuat nenek tidak jadi untuk berbicara.
Beomgyu segera meraih ponsel yang berada di saku hoodie-nya. Setelah tau siapa yang menelepon, Beomgyu permisi pada nenek untuk mengangkatnya di luar toko.
"Halo?"
"Bagaimana keadaanmu?"
"Beomgyu baik-baik saja. Apa kak Yeonjun masih merahasiakan ini?"
"Tentu saja. Demi dirimu. Tapi aku tak berjanji jika suatu saat ayah akan tahu yang sebenarnya. Akan lebih baik jika kau jujur pada ayah bahwa kau tidak sekolah di Jepang agar kau bisa terhindar dari amukannya."
Beomgyu menghela napas.
"Aku tidak bisa. Aku masih belum menyelesaikan sekolah seniku. Aku mohon, kakak tetap tutup mulut. Aku hanya ingin sekolah di sekolah seni, bukan kedokteran," jelas Beomgyu. Jengkel sekali rasanya jika harus dipaksa sekolah di jurusan yang tidak diinginkan.
"Ibu bagaimana? Kau juga tidak akan jujur padanya?"
"Ibu ... apa jika aku memberitahu ibu? Ibu tidak akan memberitahukannya pada ayah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] GYUNARI
Fanfiction‹ 𝐆𝐘𝐔𝐍𝐀𝐑𝐈 › ft Choi Beomgyu ❝Cinta adalah bunga yang harus kau biarkan tumbuh di hatimu.❞