10 ─ menyerang

296 102 14
                                    

"Ini semua karenamu! Seharusnya kau lebih berhati-hati saat akan melangkah!" Nari menatap tajam Choi Beomgyu yang sedang berjalan di sebelahnya. Dari tadi, mereka berdua tak berhenti mempermasalahkan kejadian yang terjadi di sekolah.


"Kenapa aku?! Kau juga seharusnya tidak menggeser tubuhmu. Mungkin jika kau melakukan itu, kita tak akan jatuh bersamaan, dan aku tak akan menciummu! Menyebalkan sekali! Seharusnya aku menjaga bibir ini untuk orang yang nantinya menjadi cinta sejatiku." Nari menjelaskan panjang lebar.

"Ya! Memangnya aku akan senang jika kau menciumku? Tentu saja tidak!" balas Beomgyu.

"Ibu, kedua kakak itu sedang membicarakan tentang ciuman. Apa mereka sudah berciuman?"

Celetukan itu membuat Nari dan Beomgyu menoleh pada anak kecil yang baru saja berpapasan dengan mereka bersama dengan ibunya. Nari langsung menutupi pinggir wajahnya menggunakan tangan. Demi apapun dia sangat malu. Apalagi anak kecil yang mengatakan itu.

"Ini semua gara-gara dirimu! Aku tidak mau tau!!!" Nari berteriak pada Beomgyu. Setelahnya, perempuan itu berjalan cepat untuk masuk ke dalam toko bunga.

***

Nari keluar dari toilet. Dia baru saja mandi dan sekarang ini sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk sambil berjalan menghampiri nenek yang tengah menyiapkan makanan.

"Nenek, biar Nari saja yang menyiapkannya. Nenek ini bagaimana, sih?" Nari segera mengambil alih mangkuk berisi sup tahu yang hendak nenek letakkan ke meja makan, lalu Nari yang malah meletakkannya.

"Terima kasih, Nari-ya. Oh iya, tolong suruh Beomgyu mandi dulu. Setelah itu baru kita akan makan, ya?"

Nari mengangguk begitu saja. "Iya, Nek."

"Nenek ke kamar dulu sebentar."

Nari kembali mengangguk. Neneknya melangkah meninggalkan area meja makan. Kemudian, senyum Nari hilang begitu saja, digantikan oleh decakan. "Jika bukan nenek yang menyuruh, aku tidak akan mendatangai si beruang itu."

Dengan langkah yang malas, Nari pergi meninggalkan meja makan, hendak pergi ke kamar Beomgyu yang berhadapan dengan kamarnya.

Tok tok

Tidak ada sahutan setelah Nari mengetuk pintu.

Tok tok tok

Nari berdecak. Beomgyu belum juga menyahut.

Tok tok tok tok tok tok

"Aish! Sedang apa memangnya, kenapa tidak menyahut?!"

Ceklek

Akhirnya Nari membuka pintu kamar Beomgyu tanpa izin dari sang pemilik. Dan setelah itu Nari berkacak pinggang karena melihat Beomgyu yang ternyata sedang tertidur di atas kasur. "Pantas saja tidak menyahut, dia sedang tertidur. Padahal, kan, tidak baik tidur di jam seperti ini, apalagi dia belum makan."

Mau tak mau, Nari berjalan mendekati Beomgyu. Lalu, tanpa rasa kasian, Nari menampari Lengan Beomgyu. "Ya! Bangun! BANGUN!!!!!!"

Teriakan itu membuat Beomgyu meringis sambil membuka mata perlahan. Dia juga sempat menguap karena masih mengantuk.

"Beruang! Bangun! Kau mau berhibernasi, eo?!"

"Aish! Mengganggu, tahu tidak?! Pergi sana!" usir Beomgyu dengan mata yang berat untuk terbuka.

"Tidak! Bangun!! Jika kau tak mau bangun, aku doakan semoga kau tertidur selamanya!"

Mendengar itu, Beomgyu langsung membuka mata. Nari tersenyum senang karena akhirnya lelaki itu terbangun. "Cepat mandi, nenek menyuruhnya. Setelah itu makan malam."

[✓] GYUNARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang