05 ─ kebohongan beomgyu

348 104 6
                                    

Di koridor, Nari dan Beomgyu melangkah bersama. Namun, tiba-tiba saja Nari berhenti, membuat Beomgyu ikut berhenti juga.


"Kenapa berhenti?" tanya Beomgyu yang kebingungan.

"Apa maksudmu? Memangnya aku mau berjalan denganmu? Tidak. Kau bisa berjalan lebih dulu, aku akan berjalan lebih jauh di belakangmu," jelas Nari dengan tatapan sinis.

"Terserah, lagipula aku juga tidak mau berjalan denganmu!" Beomgyu melanjutkan langkahnya, dan tanpa sadar, di belakang sana Nari sedang meledeknya tanpa suara. Baru saja Nari akan melanjutkan langkah, tapi suara panggilan dari seseorang membuatnya menoleh ke arah pintu masuk gedung.

"Hajin-a." Senyum Nari merekah ketika tau bahwa orang yang memanggilnya adalah Hajin. Temannya itu datang menghampiri, kemudian langsung merangkulnya.

"Selamat pagi. Kenapa diam di sini?" tanya Hajin.

"Tidak kenapa-kenapa."

"Ya sudah, ayo ke kelas."

•••

"Han Nari."

Nari dan Hajin menoleh bersamaan ketika seseorang memanggil nama Nari. Dilihatnya Jung Sungchan sudah berdiri di dekat bangku dua perempuan itu.

"Iya?" Sahut Nari.

"Nanti ikut aku ke ruang OSIS untuk menerima brosur ekstrakurikuler dan klub yang ada di sini."

"Biarkan aku saja yang mengantarnya ke ruang OSIS," sela Somi dengan semangat. Sungchan mengangguk setuju. Setelah itu Sungchan kembali duduk di bangkunya yang berada tak jauh dari bangku Nari dan Hajin.

"Nanti kita ke ruang OSIS, ya? Sekaligus aku ingin cuci mata."

Nari menekuk alis bingung. "Cuci mata? Kau menyukai salah satu anggota OSIS?" tebak Nari kemudian.

Hajin terkekeh. "Eum ... begitulah. Tapi aku yakin kau juga akan menyukainya. Dia tampan dan juga baik hati. Semua penghuni sekolah ini jatuh hati padanya, tapi sayang dia sudah berpacaran dengan kak Minjung." Hajin menghela napas. Terlihat dari wajahnya jika dia sedikit kecewa. "Mereka terlihat serasi sekali, apalagi marga keduanya sama. Apa itu berarti jodoh?"

Nari tersenyum, tangannya merangkul Hajin. "Hey, tidak apa-apa. Jangan sedih. Terkadang, kita jatuh hati pada orang yang salah meskipun kita berharap dialah jodoh yang diberikan Tuhan. Tidak ada yang selalu beruntung di dunia ini. Aku juga pernah menyukai orang yang sulit digapai dan akhirnya tidak pernah bisa kumiliki. Sampai saat ini, meskipun aku berusaha menghapusnya dari ingatan, tetap saja dia tidak pernah mau menghilang. Sedikit menyebalkan juga, ketika kita berusaha melupakan tapi malah tak bisa dilupakan."

"Kau benar."

Nari mengangguk.

"Hidup ini memang tidak seindah drama dan juga cerita fiksi yang si tokoh perempuannya penuh dengan keberuntungan. Bisa jatuh hati dan saling cinta pada lelaki tampan yang digemari banyak orang. Benar-benar berbeda dengan dunia nyata, bagaimana bisa si penulis menciptakan cerita seperti itu, membuatku iri saja!"

Nari terkekeh. "Kalau begitu kau harus mencoba membuat cerita yang sedikit nyata di dunia ini. Misalnya cerita tentang dirimu," usul Nari. "Membicarakan ini membuatku teringat pada seseorang di Incheon."

"Siapa? Orang yang kau suka itu?"

"Iya. Tapi jangan beritahu siapapun, oke?"

"Tenang saja. Aku akan menyimpannya sendiri, tidak akan aku biarkan orang lain tahu. Percaya padaku."

[✓] GYUNARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang