26 ─ berpisah

353 92 9
                                    

Selama jam pelajaran, Nari terus tersenyum. Ingatannya memutar kembali kejadian saat Beomgyu menciumnya. Seharusnya dia kesal, tapi entah mengapa dia malah merasa senang.

"Eomeo. Aish, sudah-sudah, berhenti mengingat itu." Nari memukul kepalanya beberapa kali, membuat perhatian semua orang tertuju padanya.

Sadar bahwa sedang diperhatikan, membuat Nari menjadi gelagapan. Lantas, dia segera meminta maaf pada guru yang ada di depan, lalu fokus pada bukunya karena malu.

***

"Kau sedang bahagia, ya? Saat pelajaran tadi aku melihatmu terus tersenyum." Ucapan Hajin membuat Nari yang sedang memakan roti lapis tersedak.

"Jadi kau melihatku?" tanya Nari.

"Iya. Aku sudah menegur dengan bisikan, tapi kau tak menyahut dan terus tersenyum dalam lamunan. Coba ceritakan, apa yang membuatmu seperti itu?" Hajin melipat tangan di meja kantin. Matanya menatapku dengan penuh keingintahuan.

Aku mengambil kaleng minuman, lalu meminumnya. Selepas itu aku ikut melipat tangan di meja dan menatapnya.

"Aku ... berciuman dengannya," ungkap Nari dengan nada pelan. Hajin menekuk alis.

"Siapa?"

"Ck! Kau tebak sendiri."

Hajin yang semula menekuk alis langsung membulatkan matanya setelah berpikir beberapa saat.

"Beomgyu?" Hajin bersuara dengan pelan, padahal dia ingin sekali berteriak.

Nari mengangguk.

"Benarkah? Kau serius?!"

"Iya. Jangan berisik, eo? Jangan sampai orang lain tahu."

"Orangtua Beomgyu datang ke sekolah."

Nari langsung menoleh setelah mendengar kalimat itu. Alisnya menekuk kebingungan. Apakah yang dikatakannya benar? Orangtua Beomgyu datang ke sekolah?

"Nari-ya." Nari beralih melihat ke arah Hyuka yang datang dengan wajah penuh keingintahuan juga. Dia datang bersama dengan Taehyun di belakangnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Taehyun.

"Terjadi apa? Aku tidak mengetahui apa pun," balas Nari.

"Orangtua Beomgyu datang ke sekolah untuk pertama kalinya. Apakah ada sesuatu yang terjadi? Untuk apa mereka datang kemari?"

"Aku tidak tahu apa pun," kata Nari. Dia jadi ikut penasaran. Hatinya mengatakan bahwa ini bukan sesuatu yang baik.

***

"Ayah—"

"Tolong urus saja surat pindahnya. Beomgyu akan sekolah di Daegu." Ayahnya Beomgyu memotong kalimat yang hendak dilontarkan. Beomgyu ingin sekali memprotes, tapi ayahnya itu tak memberinya celah untuk berbicara.

Kepala sekolah terdiam beberapa saat. Karena ayah Beomgyu yang memintanya, jadi kepala sekolah mengangguk mengiyakan.

Ayahnya Beomgyu berterima kasih sembari sedikit membungkukkan badan. Selepas itu, dia berbalik menghadap Beomgyu dan istrinya.

"Ayo pulang." Setelah berkata demikian, ayahnya Beomgyu berjalan ke luar mendahului. Istrinya membungkuk pada kepala sekolah, lalu izin pamit sembari membawa Beomgyu.

[✓] GYUNARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang