08 ─ tersesat

292 99 9
                                    

Nenek dan Nari masuk ke dalam toko bunga. Tadi, nenek sempat dihubungi oleh Beomgyu jika Nari tercebur ke kolam dan harus pulang. Oleh karena itu, Nenek memilih untuk pulang sebentar ke rumah agar bisa melihat keadaan Nari, takut-takut cucu kesayangannya itu sakit karena kedinginan.


Setelah keadaan Nari baik-baik saja, mereka berdua memutuskan untuk pergi ke toko bunga. Awalnya nenek tidak mengizinkan Nari untuk pergi, tapi Nari bersikukuh ingin ikut karena mau membantu. Lagi pula kondisi tubuhnya baik-baik saja setelah berganti pakaian.

"Nenek, ini bunga-bunganya dapat darimana? Nenek ada kebun bunga, kah?" tanya Nari sambil melihat-lihat bunga yang tertata rapi di salah satu rak yang ada di dalam toko.

"Tidak, nenek dapatkan dari distributor," jawab Nenek. Nari mengangguk paham.

"Tapi bunga-bunganya bagus dan segar. Juga... rangkaiannya sangat rapi dan indah." Nari beralih melihat ke area susunan buket bunga. Bunga yang berwarna-warni membuat matanya terasa ingin terus melihat.

"Tentu saja. Pegawai nenek, kan, kreatif-kreatif. Kau harus berkenalan dengan mereka."

***

"Nenek, Beomgyu pulang."

Beomgyu masuk ke dalam toko bunga. Dia baru saja pulang dari sekolah.

"Eo, Beomgyu."

"Ayo pulang, Nek. Nenek sudah bekerja seharian. Apa tidak lelah?"

Neneknya yang sedang membantu pegawai lain melihat-lihat bunga—takutnya sudah tidak segar lagi—tersenyum sambil menghampiri Beomgyu.

"Sedikit lelah, tapi Nari belum kembali. Bisa tunggu sebentar lagi?"

Beomgyu menekuk alis. "Nari kemana memangnya? Bukankah dia di rumah?"

"Tidak, tadi dia bilang jika dia baik-baik saja dan ingin ikut ke toko bunga. Dan sekarang dia sedang berjalan-jalan di dekat sini menggunakan sepeda. Tapi dia belum juga kembali," jelas nenek.

Beomgyu yang mendengar itu langsung membulatkan mata. Bukankah perempuan singa itu buta arah?

Bagaimana jika dia tersesat?

"Dasar gadis bodoh!" seru Beomgyu pelan. "Beomgyu cari dia dulu, ya, Nek. Takutnya dia tidak bisa kembali karena tersesat."

Nenek mengangguk cepat. "Iya-iya. Cepat cari dia. Perasaan nenek tiba-tiba jadi tak enak."

Beomgyu mengangguk. Dia meletakkan tasnya ke atas kasir, kemudian berlari keluar dari toko bunga. Dalam hati, Beomgyu terus menggerutu. Nari benar-benar bodoh. Bagaimana bisa dia pergi berjalan-jalan di saat dia tidak bisa menghafal arah dengan baik?

Untuk kali ini, mungkin Beomgyu begitu khawatir terhadapnya. Bukan apa-apa, tapi dia tidak mau jika nenek cemas karena Nari tidak kembali juga.

***

Nari terus berjalan dengan sepeda yang dia dorong. Tidak jarang dia melihat ke sekitarnya. Jujur, dia tidak tahu sekarang ada dimana. Mungkin saat ini dia bisa dijuluki si bodoh. Karena keinginannya untuk berjalan-jalan membuatnya malah tersesat seperti ini.

"Aku dimana ini?"

Nari berhenti melangkah. Dia menghela napas, berusaha untuk tidak panik.

"Aku hubungi Beomgyu saja kalau begitu." Nari merogoh saku hoodie yang dipakainya untuk menelepon Beomgyu. Namun, seketika dia membeku di tempat setelah mengingat sesuatu. "Aku, kan, tidak punya nomor si beruang!"

[✓] GYUNARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang