Nari terus fokus pada ponselnya sambil duduk di kursi yang dekat dengan tempat pembayaran. Sekarang sudah malam, tapi dia dan Beomgyu masih berada di toko bunga. Karyawan-karyawan sudah tidak ada di toko karena mereka telah pulang.
"Beomgyu! Kapan pulang?" tanya Nari yang benar-benar suntuk karena harus menunggu Beomgyu yang sedang menghitung uang di kasir."Ck! Sebentar lagi."
"Bisa cepat tidak? Aku lapar. Aku tidak mau tahu, setelah mengunci toko, kau harus membelikanku makanan!"
"Beli saja sendiri."
"Tidak mau. Kau yang harus membelikannya. Lagipula aku tidak membawa uang."
Beomgyu mendengus sebal. "Menyusahkan saja."
***
Beomgyu dan Nari kini duduk di bangku halte berdua. Nari yang sedang memakan tteokbokki yang tadi dia beli sesekali mengomeli lelaki yang duduk di sebelahnya.
Nari benar-benar kesal, karena Beomgyu yang kelamaan menutup toko membuat mereka tertinggal bus. Dan sekarang, mereka terpaksa harus menunggu bus berikutnya yang masih lama tiba di halte.
"Ini semua karenamu, seharusnya kau bisa lebih cepat menghitung uangnya. Sekarang lihat, kita tertinggal bus, dan aku terpaksa makan tteokbokki karena kelaparan."
"Makan, ya, makan saja. Tidak usah banyak bicara."
"Bagaimana tidak banyak bicara? Aku ini kesal denganmu! Lain kali biarkan aku yang menghitung uangnya. Melihatmu yang menghitung begitu lambat membuatku yakin jika nilai matematikamu sangat jelek," jelas Nari.
Beomgyu langsung mendelik.
"Ya! Jaga bicaramu. Nilai matematikaku bagus, jadi jangan sok tahu."
"Benarkah? Tapi kenapa skill menghitungmu sangatttt lamban."
Beomgyu hendak membalas ucapan Nari, tapi tiba-tiba saja perempuan itu memasukkan satu tteok ke dalam mulutnya yang terbuka ketika akan mengeluarkan kata-kata.
Melihat Beomgyu yang tidak jadi bicara dan memilih mengunyah tteok itu membuat Nari menahan tawa. Dia memang sengaja karena tak ingin mendengar omelan Beomgyu.
"Enak tidak?" tanya Nari.
Beomgyu meliriknya sinis.
"Karena kau yang memasukkannya, rasanya jadi tidak enak. Mungkin karena tanganmu kebanyakan dosa."
Nari langsung tersedak bumbu tteokbokki yang ada di mulut setelah mendengar Beomgyu mengatakan hal semacam itu.
"Apa katamu?!"
"Kau itu kebanyakan dosa, jadi tteokbokki-nya tidak enak."
"Wah, kau ingin berkelahi denganku, ya?"
"Memangnya aku takut?"
Nari yang merasa tertantang segera meletakkan tteokbokki yang berwadah itu ke sebelahnya. Kemudian Nari langsung mengalungkan tangannya ke leher Beomgyu dan langsung saja menjitaki kepala Beomgyu.
"Ampun tidak?"
"Ya! Han Nari! Kau gila!"
"Kau yang gila!" Nari beralih mencubit pinggang Beomgyu hingga membuat lelaki itu memekik dan langsung berdiri dari duduknya.
"Dasar singa! Jika kau lelaki, aku akan pastikan kau tidak bisa terbangun besok."
"Ah, masa??" tanya Nari meledek, ditambah dengan wajahnya yang konyol ketika bertanya seperti itu. Namun, Beomgyu memilih untuk tidak menanggapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] GYUNARI
Fanfiction‹ 𝐆𝐘𝐔𝐍𝐀𝐑𝐈 › ft Choi Beomgyu ❝Cinta adalah bunga yang harus kau biarkan tumbuh di hatimu.❞