28

308 42 0
                                    

Pov'Lili (On)
Karna masalah kemarin aku sudah putusin untuk ngambek hari ini sampai seterusnya aku dalam mode marah pokoknya, bukan karna aku bertingkah kekanakkan tapi ini semua demi kelangsungan pernikahanku.

Marah?

Sebenarnya udah gak sih😌 sejak dia jelasin tadi malam sebelum aku tidur tapikan gensi dong kalau langsung dimaafin udah nangis-nangis kejer ehh malah salah paham kan gak lucu kalau gitu.

Mending lanjutin aja ampe kelar, tadi pagi pagi aku udah bangun dan keluar dari kamar tanpa membangunkan Hao.

Oh ya sejak kemarin kakiku sudah mulai normal walau kadang masih belum kuat berjalan lama pasti bakalan terasa keram.

Dan sekarang aku lagi duduk ditaman sendirian entahlah aku juga binggung mau ngapain, mau olahraga juga belum memungkinkan kalau sekarang, ditambah aku juga lagi hamil, jadi gak mungkin kan aku olahraga yang ada anakku nanti kenapa-kenapa.

Grep

Aku sedikit kaget sama pelukkan Hao yang tiba-tiba dari mana aku tahu itu Hao? Ya karna aroma ciri khas tubuhnya tercium jelas di hidungku.

"Sayang! Kamu membuatku cemas pagi-pagi" katanya lirih ditelingaku.

Dan jangan harap bakal aku hiraukan karna aku lagi mode ngambek dan gak bakal mudah luluh olehmu Hao.

"Jangan diamkan aku, ku mohon!" katanya memelas, beneran deh tampang nya yang kaku gak sama sekali cocok berekspresi kaya gitu geli sumpah.

Oke tenang Lili jangan mudah terpancing abaikan saja dia.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu tidak marah?" lah dia ini lagi nantang aku atau gimana sih?

Diubahnya posisi yang tadinya dibelakangku sekarang mengambil posisi pas berhadapan denganku.

Lah ngapain tuh bibir dimaju-majuin segala oke tahan jangan sampai ketawa ingat Lili kamu lagi ngambek okee tahan jangan sampai kelepaskan pikirku menyemanggati diri.

"Kok tidak kamu cium? Bukankah kamu suka bila aku ciummu?" lah sekata-kata nih orang dipikir aku mesum banget apa ya sih aku suka nyosor duluan tapi gak perlu di bilang juga kali.

"Sayang!"

Sumpah aku mulai gak kuat kalau kaya gini ceritanya, bagaimana aku bisa tahan di saat dia memasang wajah melas diimut-imutkan bukannya imut jatuhnya mengelikan.

Kalau saja aku gak lagi ngambek sudah dipastikan aku bakalan tertawa terbahak-bahak

"Sayang tolong percaya semua yang aku lakukan untuk mu itu tulus dari hatiku, jika kamu ingin memukulku silahkan asal jangan diamkan aku seperti ini"

Oke jika aku hanya mendiamkan nya ini semua tidak akan berhasil kumulai membuka suara dan berkata "kau yakin ingin aku maafkan?"

Wajahnya yang tadinya sama sekali tak enak dipandang sekarang malah mengeluarkan ekspresi yang gak pernah aku liat sebelum nya wajah sumringah tersenyum lebar terlihat.

"Tentu saja! Kamu tidak perlu bertanya lagi" katanya penuh antusias.

" aku bakal maafin kamu kalau kamu segera menyelesaikan masalah dengan kaisar Fang mau pun putri Niang jika tidak selesai juga jangan salahkan aku jika benar-benar pergi dari kamu!" kataku menekan setiap kata yang keluar dari mulutku.

Hao terdiam sebentar dan setelah itu dengan tergesah dia berkata " iya sayang iya aku pasti menyelesaikannya" penuh keyakinan walau sedikit kaget diawal.

"Waktumu dua minggu! lebih dari itu! Maka bersiaplah aku yang pergi" tekannya pada akhir ucapan.

Greb

Tanpa aba-aba Hao menarikku masuk ke dalam pelukkannya.

Senyum sama terukir dibibirku dan ku jamin Hao gak bakal sadar akan itu.

"Jangan peluk-peluk aku masih marah yah sama kamu!" kataku beracting sedikit dan mencoba berontak pelan.

"Tapi aku kangen sekali dengan kamu" katanya sumpah makin hari sikapnya makin beda dari pada dulu.

Kalau boleh jujur ini dulu kesan kalau dia lagi ngomong itu bawaannya pengenku lahan habis soalnya cool banget terus maskulin juga.

Pokoknya wow banget lah ini kok jadi gak ada remnya kalau bicara ya sih sesekali kadang dia kembali seperti dulu bila sedang badmood.

Aku diam saja tanpa melawan saat ini ketika dia memelukku gemas dan sesekali menciumku.

Beberapa waktu berlalu kami sama-sama terdiam aku yang malas ngomong sama dia dan dia yang pasti gak tahu mau ngomong apa soalnya setiap kami bersama biasanya aku yang terlebih dahulu membuka pembiacaraan.

Kupandang matanya kok aku jadi pengen nyium dia yah!tapikan aku lagi ngambek.

Tahan jangan agresif Lili pikirku bertolak belakang dengan hatiku.

Dia juga memandang wajahku sejenak lalu turun keperut diulurkan tangannya ke perutku.

"Bayi! Kamu sedang apa didalam?" katanya seraya mengusap perutku.

"Kangen gak sama ayah?"

"Mau dijenguk gak?"

Lah nih orang ngapa dah aku yakin nih pasti ada maunya.

"Apa kamu juga kangen?" katanya menempelkan telinganya keperutku dan dengan acuh aku hanya diam.

"Aduh!! Ayah juga pengen jengguk kamu tapi bunda lagi marah sama ayah gimana dong" katanya bergaya penuh sesal.

Astagah ni laki ku mulai beraksi deh kayanya sok-sokan mau ngejenguk anak .

"Jangan sembarang bicara nanti dia dengar" ucap ku berusaha ketus.

Ku dorong pelan dia dan pergi meninggalkannya begitu saja bodo amatlah kan lagi ngambek wk.

Dan aku tebak seratus persen mukanya sekarang pasti gak enak banget bye-bye suamiku.

Pov'Lili(Off)

______________________________________

Baru saja langkah kaki Lili ingin memasuki dapur gosip tak mengenakan terdengar olehnya.

Disana ada beberapa pelayan.

"Berarti sebentar lagi kita akan mendapatkan nyonya baru" ucap salah seorang pelayan 1.

"Ya tentu saja apalagi nyonya kita adalah seorang putri yang amat cantik dan nona Lili tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan putri" seru pelaya 2 berbeda dengan penuh keyakinan.

"Aku saja heran apa bagusnya wanita itu hanya mengandalkan wajah cantiknya dan asal usulnyapun tak jelas sama sekali" balas seorang pelayan 3.

"Lihat saja jalang itu sebentar lagi juga akan tersingkirkan" pelayan 4

"Bisakah kalian berhenti mengunji nona jika ada yang mendengar kalian akan habis" seorang pelayan yang merasa tak nyaman mendengar hinaan itu.

"Tidak akan siapa yang akan berani mengadu ku sobek mulutnya" balas pelayan ke 3.

"Diamlah kalian lanjutkan perkerjaan atau aku akan menghukum kalian" ujar kepala pelayan yang sedari tadi ada disana akhirnya membuka suara.

Kata demi kata diucapkan beberapa pelayan itu membandingkan bahkan menghina Lili.

Entah mungkin merasa terlalu kesal air mata Lili terjatuh begitu saja ia mencoba menghentikan tangis itu tapi bukan nya berhenti tapi tangisnya seakan ingin pecah.

"Sialan awas kalian liat saja apa yang akan ku lakukan!!" kata Lili membatin dan berputar balik tanpa diketahui beberapa pelayan itu sedikitpun.

_______________________________________
Tbc.

Zaici HuilaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang