20

427 46 2
                                    

Hari mulai petang matahari telah berganti bulan seperti perjanjiannya bersama sang suami sebelum pergi berdagang tadi pagi, Lili sekarang berhias dibantu dua pelayan memasangkan kain tipis yang entahlah apa namanya Lili tidak tahu lalu setelah itu dilapisi lagi dengan hanfu putih bersih.

"Nyonya, ini parfum yang  nyonya pinta" kata salah satu pelayan menyodorkan parfum yang dalam bentuk botol kecil berbau melati yang sangat lembut untuk di hirup.

"Terimakasih" kata Lili mengambil parfum itu, Lili memang sengaja tidak meminta wewagian pembangkit gairah karna dia ingin hal itu hadir secara natural tanpa adanya pemancing.

Diolesnya cairan serat melati itu di bagian-bagian tubuh seperti biasa dilakukannya dizaman modern.

Lili memandang wajahnya di cermin yang entah terbuat dari apa walau tak terlihat jernih namun cukup memuaskan bila bercermin.

"Bantu aku ke ranjang" perintah Lili pelayan yang mendengar pinta itu langsung mengambil posisi mempapah Lili yang mulai bisa melangkah hanya sedikit lemas saja.

"Pergilah" kata Lili mengusir kedua pelayan itu.

Dengan posisi duduk kaki selonjoran Lili diam seraya menunggu Hao datang.

Jika boleh jujur Lili ingin berteriak kalau dia sedang dilanda rasa gugup yang benar-benar membuatnya kuwalahan.

Makanpun rasanya tak berselerah saat ditawarkan oleh pelayan sebelumnya.

Uhumm hembus berat nafas Lili menghilangkan sedikit rasa gugup itu.

____________________________________
Peringatan! ada adegan dewasa anak kecil diharap skip!!
___________________________

Saat Lili sedang sibuk dengan rasa gugupnya tangan kekar nan hangat menjalar memeluknya dari belakang melingkari perutnya hembusan nafas terasa ditelingganya.

"Suamiku!" lirih Lili menyadari kehadiran Hao.

"Ya, Ini aku!" jawabnya tegas mengemmah.

Seluruh tubuh Lili terasa merinding seketika entah hilang kemana nyalinya yang mengebuh-gebuh itu.

Cup

Kecupan beberapa kali diberikan Hao terhadap Lili benar-benar membuat Lili seakan mati kutu ciut.

"Ommo!! Bisa mati muda aku nih kalau kalut kaya gini" batin Lili gelagapan 'ayo Lili kamu pasti bisa'ujarnya dalam hati menyemangati diri mengumpulkan segala nyali yang sempat hilang.

Tapi entah kenapa perasaan Lili seperti ada yang janggal tapi apa? Dia tak akan salahkan kalau melakukannya pikir Lili.

Entah pikiran dari mana tiba-tiba Lili merasa dia seperti selir haus belaian seorang suaminya hingga perlu mengemis-gemis seperti kemarin.

Saat Lili sudah berbaring ulah Hao Lili menahan tangan suaminya itu ketika ingin membuka hanfu nya.

"Kenapa?" kata Hao pada Lili melihat istrinya menahan tanganya.

"Berhenti" kata Lili dengan mata sedikit berkaca-kaca.

Lili merasa tidak ingin lagi melanjutkan kegiatan mereka "berhenti! Jangan lakukan kalau terpaksa" mendengar apa yang dilontarkan Lili Hao merasa kesal tapi dia harus menahan diri tidak ingin membuat Lili menangis lagi.

Zaici HuilaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang